Puri Alang Suci Badung - Babad Pemecutan
Dinasti Kejambean
Setelah jatuhnya kekuasaan Arya Tegeh Kori di Tegal maka
Kyai Anglurah Jambe Merik menjadi raja di Badung beristana di Alang Badung
dengan Pemerajannya bernama Pura Suci, istananya bernama Puri Peken Badung.
Puri Alang Badung berolokasi di di sebelah timur sungai
Badung tepatnya dari barat mulai Masjid besar kampung Arab terus melajur ke
timur sampai di Batan Sabo sedangkan batas paling selatan sepanjang Jl.
Hasanudin sedangkan batas paling utara sepanjang jalan Masjid kampung Arab.
Setelah Kyai Jambe Merik meninggal, digantikan oleh
puteranya Kyai Anglurah Jambe Ketewel. Beliau masih menempati kediaman ayahnya
di Puri Peken Badung. Pada jamannya dibangun bendungan (DAM) raksasa di tukad
Sagsag, di mana sepasang suami-istri dari abdi menyerahkan nyawanya (jadi caru)
menjadi dasar bendungan tersebut.
Suami-istri tersebut menceburkan diri di tempat sekitar
75 meter ke Utara dari lokasi bendungan sekarang, disaksikan oleh raja Badung,
pejabat-pejabat kerajaan, dan rakyat. Oleh karena itu bendungan tersebut diberi
nama Oongan.
BERAKHIRNYA KEKUASAAN PURI TEGEH KORI TEGAL
Pada tahun 1750 ada sebuah konflik internal di dalam
kerajaan Arya Tegeh Kori yang berujung dengan berakhirnya kekuasaan beliau.
Masalahnya adalah perebutan seorang gadis putri dari Arya Tegeh Kori XI yang
bernama I Gusti Ayu Mimba Sundari (Ratu Istri Tegeh). Persiapan upacara
pernikahan antara putri raja dengan Kyai Jambe Merik putera dari Kyai Jambe
Pule sudah dilakukan oleh keluarga raja dan rakyat.
Tiba-tiba ada permintaan dari raja Mengwi I Gusti AgungMade Agung Alang Kajeng, agar sang putri diserahkan ke Mengwi. Oleh karena
kerajaan Mengwi pada waktu itu sedang mengalami masa kejayaan dengan reputasi
laskarnya yang hebat. Arya Tegeh Kori tidak berani menolak permintaan tersebut,
sang putripun diserahkan ke kerajaan Mengwi.
Penyerahan gadis ini menimbulkan amarah yang besar dari
pihak keluarga Kyai Jambe Pule karena dinilai sebagai penghinaan. Dengan
mendapat dukungan dari rakyat pihak keluarga Jambe Pule memberontak terhadap
kekuasaan Arya Tegeh Kori XI. Terjadilah perang di intern kerajaan Arya Tegeh
Kori. Laskar yang masih setia dengan raja terdesak sampai ke desa Kaliungu,
kemudian terdesak lagi sampai di sebelah Barat Banjar Taensiat, yang disebut
dusun Tegal Tebuk.
Sementara raja Arya Tegeh Kori XI bertahan di desa
Tanguntiti sambil menunggu datangnya bala bantuan dari menantunya I Gusti Agung
Made Agung Alang Kajeng. Setelah lama menunggu, datang bala bantuan dari
Mengwi. Raja Arya Tegeh Kori sangat kecewa, karena jumlah anggota laskar yang
didatangkan amat sedikit, dan itupun dimasudkan hanya untuk mengawal sang
menantu.
Raja Arya Tegeh Kori XI akhirnya menyerah dan meminta
peperangan di hentikan agar tidak menimbulkan korban lebih banyak. Demikianlah
perang dihentikan dengan kekalahan pada keluarga raja.
Atas usulan dari raja Mengwi, permasalahan diselesaikan
dengan pertemuan keluarga yang dilaksanakan di desa Kapal wilayah kerajaan
Mengwi. Pertemuan keluarga ini melahirkan beberapa kesepakatan, diantaranya
Arya Tegeh Kori XI menyerahkan kekuasaan. Laskar dan pengikut Arya Tegeh Kori
diampuni dan dibebaskan memilih tempat tinggal. Sedangkan Kyai Tegeh Kori XI
beserta keluarga menuju suatu desa yang kemudian disebut desa Tegaltamu
(wilayah Gianyar), karena ada tamu dari Tegal .Jero Tegeh Kuri kemudian
dibangun disebelah barat jalan tikungan menuju Desa Celuk .
Akhirnya para pimpinan laskar dan putra-putranya memilih
jalan sesuai dengan keinginan masing-masing, seperti:
- Ki Gusti Tegeh Gara, Ki Gusti Tegeh Kebek, Ki Gusti Tegeh Tegal dan keluarga menuju ke Jimbaran, Klungkung dan Jembrana.
- Ki Gusti Tegeh Dawuh, Ki Gusti Tegeh Tengah, Ki Gusti Tegeh Tambun beserta keluarga menuju Penarungan, Carangsari, Petang, Pelaga, Tinggan, dam Penulisan.
- Ki Gusti Tegeh Kandil, Ki Gusti Tengah Dogol, Ki Gusti Tegeh Jero, Ki Gusti Tegeh Degeng beserta keluarga menuju desa Beratan, Candikuning dan seterusnya.
- Rombongan ke empat mengambil jalan yang paling singkat menuju kota Tabanan, dipimpin oleh Kyai Gusti Tegeh Wayahan, Kyai Gusti Tegeh Made Segara beserta keluarganya. Dua orang saudaranya Ki Gusti Tegal Agung dan Ki Gusti Tegal Dawuh gugur dalam menghadapi laskar Ki Pucangan. Sebagian rombongan ini menuju dan menetap di desa Bongan sekarang, sambil mundut pasasti dengan busana keraton yang lengkap.
Dengan demikian usai sudah kekuasaan Ksatrya Dhalem
dinasti Kyai Arya Tegeh Kori di Badung yang berlangsung selama 350 tahun.
Kemudian Badung memasuki jaman Kejambean.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar