Google+

Peristiwa Terbunuhnya Pasek Badak (Pasek Badak Takluk)

Peristiwa Terbunuhnya Pasek Badak

Setelah berhasil mengalahkan I Gusti Ngurah Kekeran, I Gusti Agung Putu mendirikan istana di Bekak, di sebelah Utara Bale Agung Mengwi, sehingga dinamai Puri Kaleran. Di sebelah Barat – Laut istana dibangun Parahyangan (Dewa Graha) yang dinamai Taman Ganter. Dibuatkan Tengeran (kulkul) yang bernama Si Tankober, milik I Gusti Tangeb. 
Setelah diupacarai dinamakan Kawyapura, atau Manghapura nama lainnya. 
Sementara istana beliau di Balaayu (Puri Belayu) diberikan kepada I Gusti Celuk.

Ada seorang Ki Pasek yang sakti dan teguh berkendaraan Badak, dengan pengikutnya tidak mengakui kedaulatan I Gusti Agung Putu. 
Pada suatu hari, ia mengundang Pasek Badak untuk datang menghadap ke Puri.
Ki Pasek Badak memenuhi permintaan Gusti Agung Putu, datang ke sana bersama keluarga rakyat sebagai pengiringnya. 

Raja menantang untuk adu tanding, tanpa mengadu rakyat. Rakyat hanya menjadi taruhan. Tantangan disetujui oleh Ki Pasek Badak. Mereka berdua mengadu kekuatan, sama – sama kebal tidak terlukai oleh senjata. Tidak ada yang kalah. Kemudian Ki Pasek Badak menyadari, bahwa I Gusti Agung Putu ditakdirkan menjadi penguasa dan menikmati kewibawaan. 

Pasek Badak setuju dan memberitahu kepada I Gusti Agung Putu, ia tidak bisa dibunuh dengan keris pusaka. Ki Pasek bersedia mengalah dan dibunuh dengan syarat setelah menjadi Pitara disembah oleh 40 orang keturunan I Gusti Agung Putu.

Syarat itu disetujui, Ki Pasek menyerahkan nyawanya, ditikam dengan keris Ki Nagakeras. Jenazahnya diurus sebagaimana mestinya oleh I Gusti Agung Putu sebagaimana menurut tradisi kerajaan. Binatang Badak peliharaannya juga mati di sebelah Selatan desa Buduk. 

I Gusti Agung Putu kemudian melakukan upacara pemerasan kepada 40 orang dari semua golongan masyarakat untuk menyembah roh Ki Pasek Badak, sebab beliau tidak mau keturunan langsung yang menyembah. 

Warga Ki Pasek seluruhnya tidak mau tunduk, mereka mengungsi ke desa Tanguntiti Tabanan.

I Gusti Agung Putu memenuhi janjinya dengan mendirikan Pura Taman Ahiun (Ayun). Arwah Ki Pasek Badak diistanakan di Pelinggih Meru Tumpang 1. Kemudian dilaksanakan upacara besar Bhuta Yajnya, Manca Wali Krama, dan Siwa Yajnya, pada Anggara – Kliwon – Medangsya. 

Warga 40 orang yang menyembah roh Ki Pasek Badak kemudian dijadikan laskar kerajaan bernama Bala Putra Dika Bata – Batu.

Ada seorang pasek Badak laki-laki yang masih anak-anak diajak oleh I Gusti Agung Putu ke purinya. Kemudian sesudah kerajaan Mengwi berdiri serta anak itu sudah dewasa ,anak itu diangkat menjadi sedahan, memegang seluruh harta benda kekayaan I Gusti Agung Putu. Pedang yang bias dipakai membunuh Pasek Badak, kemudian diberi nama Ki Nagakeras sebagai senjata Pusaka I Gusti Agung Putu

Sedang keturunan Pasek Badak Sedahan Puri Mengwi, masih tetep tinggal di Banjar Gulingan, Mengwi. Lama-kelamaan ada keturuannya pidah tempat ke berbagai desa, seperti misalnya ke desa Braban, Kediri, wilayah Tabanan dan lain-lainnya.

Mengenai keturunan I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa yang ada di beberapa desa ,dapat dijelaskan sebagai berikut: Keturunan Pasek Tohjiwa, yang dikenal dengan julukan Pasek Badak ada yang kembali ke Desa Buduk, lalu bertempat tinggal di Banjar Sengguan Desa Buduk, wilayah Badung. Kemudian ia menurunkan enam orang anak semuanya disebut Pasek Tohjiwa,namun berlainan tempat tinggal yaitu:

  1. Pasek Tohjiwa di Banjar Sengguan Desa Buduk
  2. Pasek Tohjiwa di Banjar Gunung Desa Buduk
  3. Pasek Tohjiwa di Banjar Danginjalan Desa Buduk
  4. Pasek Tohjiwa di Banjar Dawuhjalan Pasekan Desa Buduk
  5. Pasek Tohjiwa di Banjar Tengah Desa Buduk
  6. Pasek Tohjiwa di Banjar Umadwi Desa Padangsambian.

2 komentar: