Peristiwa Terbunuhnya Pasek Badak
Setelah berhasil mengalahkan I Gusti Ngurah Kekeran, I Gusti Agung Putu mendirikan istana di Bekak, di sebelah Utara Bale Agung Mengwi, sehingga dinamai Puri Kaleran. Di sebelah Barat – Laut istana dibangun Parahyangan (Dewa Graha) yang dinamai Taman Ganter. Dibuatkan Tengeran (kulkul) yang bernama Si Tankober, milik I Gusti Tangeb.
Setelah diupacarai dinamakan Kawyapura, atau Manghapura nama lainnya.
Sementara istana beliau di Balaayu (Puri Belayu) diberikan kepada I Gusti Celuk.
Ada seorang Ki Pasek yang sakti dan teguh berkendaraan Badak, dengan pengikutnya tidak mengakui kedaulatan I Gusti Agung Putu.
Pada suatu hari, ia mengundang Pasek Badak untuk datang menghadap ke Puri.
Ki Pasek Badak memenuhi permintaan Gusti Agung Putu, datang ke sana bersama keluarga rakyat sebagai pengiringnya.
Raja menantang untuk adu tanding, tanpa mengadu rakyat. Rakyat hanya menjadi taruhan. Tantangan disetujui oleh Ki Pasek Badak. Mereka berdua mengadu kekuatan, sama – sama kebal tidak terlukai oleh senjata. Tidak ada yang kalah. Kemudian Ki Pasek Badak menyadari, bahwa I Gusti Agung Putu ditakdirkan menjadi penguasa dan menikmati kewibawaan.
Syarat itu disetujui, Ki Pasek menyerahkan nyawanya, ditikam dengan keris Ki Nagakeras. Jenazahnya diurus sebagaimana mestinya oleh I Gusti Agung Putu sebagaimana menurut tradisi kerajaan. Binatang Badak peliharaannya juga mati di sebelah Selatan desa Buduk.
I Gusti Agung Putu kemudian melakukan upacara pemerasan kepada 40 orang dari semua golongan masyarakat untuk menyembah roh Ki Pasek Badak, sebab beliau tidak mau keturunan langsung yang menyembah.
Warga Ki Pasek seluruhnya tidak mau tunduk, mereka mengungsi ke desa Tanguntiti Tabanan.
I Gusti Agung Putu memenuhi janjinya dengan mendirikan Pura Taman Ahiun (Ayun). Arwah Ki Pasek Badak diistanakan di Pelinggih Meru Tumpang 1. Kemudian dilaksanakan upacara besar Bhuta Yajnya, Manca Wali Krama, dan Siwa Yajnya, pada Anggara – Kliwon – Medangsya.
Warga 40 orang yang menyembah roh Ki Pasek Badak kemudian dijadikan laskar kerajaan bernama Bala Putra Dika Bata – Batu.
Mengenai keturunan I Gusti Pangeran Pasek Tohjiwa yang ada di beberapa desa ,dapat dijelaskan sebagai berikut: Keturunan Pasek Tohjiwa, yang dikenal dengan julukan Pasek Badak ada yang kembali ke Desa Buduk, lalu bertempat tinggal di Banjar Sengguan Desa Buduk, wilayah Badung. Kemudian ia menurunkan enam orang anak semuanya disebut Pasek Tohjiwa,namun berlainan tempat tinggal yaitu:
- Pasek Tohjiwa di Banjar Sengguan Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Gunung Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Danginjalan Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Dawuhjalan Pasekan Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Tengah Desa Buduk
- Pasek Tohjiwa di Banjar Umadwi Desa Padangsambian.
Kawitanku ini :)
BalasHapusKalo di Pura Besakih pedharmannya yang mana nggih?
BalasHapus