Menantu dari Mengwi
Gusti Ngurah Panji Sakti mempunyai beberapa isteri. Dari para isteri memberikan
beliau keturunan beberapa orang putra dan beberapa orang putri.
Setelah keinginannya menguasai wilayah Blambangan tercapai, I Gusti Ngurah Panji
Sakti merasa lega. Beliau telah mempercayakan kepada putranya berkuasa di
Blambangan dan telah bisa menjalankan roda pemerintahannya di ujung Jawa Timur.
Harapannya adalah agar bisa menyatukan kekuasaannya dengan Untung Surapati
yang sudah mengusai wilayah Pasuruhan dan sekitarnya.
Sedang dalam menata rencana, tiba-tiba datang seorang utusan menghadap I Gusti
Panji. Utusan itu menyampaikan bahwa seseorang dari wilayah Mengwi ingin
bertemu. Setelah I Gusti Panji tahu maksud kedatangan tamu tersebut lalu dengan
senang akan menerima kedatangannya. Tidak berselang waktu lama, datanglah
seeorang memperkenalkan diri, bernama I Gusti Agung Anom dari Puri Kapal dengan
iringan beberapa orang. Setelah memperkenalkan diri, I Gusti Agung Anom
mengutarakan maksudnya yang tidak lain adalah ingin meminang putri I Gusti
Ngurah Panji yang bernama I Gusti Ayu Panji.
Setelah perpikir sejenak, I Gusti Ngurah Panji bertanya kepada I Gusti Agung Anom,
apakah sudah mengenal I Gusti Ayu Panji, siapa dia sebenarnya. Setelah beberapa
perbincangan dijelaskan, bahwa I Gusti Ayu Panji adalah putrinya yang berasal dari
keturunan wangsa kebanyakan, bukan keturunan wangsa tinggi. Demikianlah
penjelelasan I Gusti Ngurah Panji dengan jelas dan jujur tanpa menyembunyikan dari
mana asal beliau sebenarnya. I Gusti Agung Anom menjawab dengan tegas bahwa
sudah tahu dengan jelas dan tidak ragu-ragu mencintai dan memperisteri I Gusti Ayu
Panji.
Mendapat penjelasan demikian, I Gusti Ngurah Panji bertanya sekali lagi kepada
I Gusti Agung Anom sebelum menyampaikan putusan akhir : "Apakah anakku I Gusti
Ayu Panji, nantinya dianggap sebagai isteri panawing ataukah selir?" Pertanyaan tegas
calon metuanya itu membuat I Gusti Agung Anom terpaku sejenak namun segera
menjawab dengan kata maaf bilamana kedatangannya membuat kesan ragu ketulusan
hatinya, bahwa tidak ada maksud lain, hanyalah bermaksud mohon agar I Gusti Ayu
Panji bersedia mendampinginya sebagai isteri perami atau permaisuri, tidak ada
maksud dan arti lain, demikian kata I Gusti Agung Anom.
Suasana hening, hanya terdenganr napas napas panjang. Kemudian wajah-wajah
tegang berangsur lembut menjadi cerah. I Gusti Ngurah Panji berkata, bahwa bukan
bermaksud mengusut atau curiga akan tetapi ketegasan perlu agar tidak terjadi
kesalah-fahaman dikemudian hari. Akhirnya, setelah menemui saling pengertian, I
Gusti Ngurah Panji dengan senang hati merelakan puterinya, I Gusti Ayu Panji
dipinang oleh I Gusti Agung Anom dari Puri Kapal, Mengwi. Tidak lama kemudian,
setelah dilangsungkah widiwidana di desa Kapal, terjalinlah ikatan keluarga antara
mereka yang tambah lama makin erat.
Selanjutnya, para putra I Gusti Ngurah Panji di Den Bukit sudah berkembang sampai
cucu. Semuanya saling mencintai dan rukun. Demikian pula I Gusti Ayu Panji yang
kawin ke desa Kapal juga suda menurunkan beberapa orang putra dan putri.
Pergaulan antara para putra dan para cucu I Gusti Ngurah Panji di Den Bukit sangat
akrab. Berselang beberapa lama setelah mereka dewasa, di antara apar cucunya
diberikan kekuasaan di bagian Barat yaitu wilayah desa Petemon, wilayah Timur di
desa Jagaraga dan dibagian tengah di desa Buleleng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar