Niti Sastra
Sargah II
Wangcapatrapatila –oo/-o-/ooo/-oo/ooo/oo//
Niti Sastra Ayat 1
Bhuṣaṇa wastra mukya têkaping para jana mamilih.
muḵyanikāng bhinojana minak dwijawara mamilih.
stri gêmuhing payodhara minukya hinamêr ing akūng.
çastra wiçesa mukyanira sang muniwara pilihên.
Pakaian dan permiasan badan itu dianggap orang biasa sebagai sesuatu yang mulia.
mentega adalah makanan yang disukai sekali oleh para pendeta.
perempuan yang subur dadanya disukai sekali oelh orang laki-laki.
adapun yang disukai oleh orang pandai ialah buku yang bagus.
Niti Sastra Ayat 2
Uttamaning dhanolihing amet prih-awak aputêran.
madhyama ng arthaning bapa kanista dhana saking ibu.
niṣṭanikang kaniṣṭa dhama yan saka ring anak-êbi.
uttamaning hinuttama dhanolihing anuku musuh.
Kekayaan yang terbaik adalah uang yang diperdapat sendiri dari kerja berat. Yang baik adalah uang dari Bapak. Yang tidak baik uang pemberian ibu. Adapaun yang sangat tidak baik, yaitu uang pemberian bini. Tapi yang utama sekali adalah rampasan dalam peperangan.
Niti Sastra Ayat 3
Dhāna wiçeṣa ring catur upāya kênakêna kabeh.
ring sama bheda danḍa tayaning dhana tan ana kêna.
sang maharêp musuh catur upāya juga kênakêna.
byakta kasoraning ripu, balanta magalak ing ayun.
Dari keempat macam “alat” uanglah yang paling berguna. Jika tiada uang, akan sia-sia penyelesaian perselisihan dengan damai, maupun dengan usaha memecah-belah atau dengan perkosa. Mereka yang pergi perang harus menggunakan “keempat alat” itu juga.*)
Pasti musuh akan ditundukkan oleh serdadu-serdadumu, jika mereka maju dengan gagah berani.
Niti Sastra Ayat 4
Haywa kaciryan ing para yadin hana kinatakutan.
Dhairya juga prihên galakaning balagana malaga.
Tan hawamāna rin ripu musuhta mawuwuh agalak.
Bahni manahnirānggêsêngi tan hana pangucapira.
Jika engkau merasa ketakutan, janganlah diperlihatkan kepada orang lain. Ikhtiarkan saja, supaya tentaramu bertahan dan menyerang dengan gagah berani.
Jangan menghina musuh, kerana sikapmu itu akan menambah amarahnya. Nyala-nyalakan hatimu; akibatnya akan dapat menghanguskan.
*) Yang dimaksud, “empat macam alat” yaitu : sama, beda, dana, danda (damai, memecah belah, beramal dan memaksa musuh). Dengan tidak mengucapkan apapun juga.
Niti Sastra Ayat 5
Nora ‘na mitra manglêwihane wara-guna maruhur.
Nora ‘na çatru manglêwihane gêlêng ana ri hati.
Nora ‘na sih mahānglewihane sihikang atanaya.
Nora ‘na çakti daiwa juga çakti tan ana manahên.
Tidak ada sahabat yang dapat melebihi pengetahuan yang tinggi faedahnya.
tidak ada musuh yang berbahaya dari pada nafsu jahat dalam hati sendiri.
tidak ada cinta yang melebihi cinta orang tua kepada anak-anaknya.
tidak ada kekuatan yang menyamai nasib, karena kekuatan nasib itu tidak tertahan oleh siapapun jua.
Niti Sastra Ayat 6
Kokila ring swaranya maka-rūpa kinalêwihakên.
stri maka-rūpa diwya kapatibrata linêwihakên.
ring çruti dharma-çāstra guruwaktra kinalêwihakên.
ring ksama rupa sang prama pandita linewihaken.
Burung murai itu dihargai karena dari nyanyiannya. Orang perempuan dipandang tinggi, jika ia dengan keyakinan yang suci setia kepada suaminya.
Adapun teladan dan pelajaran yang dihormati sangat ialah pelajaran guru.
Orang-orang suci yang ‘alim sekali memberikan penghargaan yang tertinggi kepada sifat suka mengampuni.
Niti Sastra Ayat 7
Nemani sang mamukti dumadak tika tan ana guna.
yowana rūpawān kula wiçāla tika pada hana.
denika tanpa çāstra tan ateja wadana makucên.
lwir sêkaring çami murub abāng tan ana wanginika.
Sangat disayangkan, jika orang kaya tiada mempunyai kepintaran.
Biarpun muda, bagus, turunan bangsawan dan kesehatannya baik, jika tiada berkepandaian, tentu mukanya kusam, tiada bercahaya, seperti bunga kapuk hutan, yang merah merang tetapi tiada semerbak baunya.
Niti Sastra Ayat 8
Tingkah-laku sopan adalah tanda keluarga yang baik.
Tanda makanan yang baik ialah membuat badan gemuk.
Tanda persahabatan yang baik ialah sifat ramah-tamah yang berlebih-lebihan.
Sifat suka memberi ampun dan sifat redla adalah tanda orang yang suci.
Niti Sastra Ayat 9
Makṣika çirça taṇḍasika wiṣyanika tan ana len.
mrêccika pucca buntutika wiṣya katinêngêtaken.
sarpa ri dantra rakwa wisa huntunika taya waneh.
durjana sarwa sandhinika wisya mamepek ing awak.
Lipan mempunyai bisa hanya dikepalanya.
Bisa kala hanya terdapat di ujung ekornya.
Ular hanya giginya yang berbisa, akan tetapi orang jahat itu seluruh badannya adalah bisa.
Niti Sastra Ayat 10
Çaktinikāng rarre rudita mogha tinulung inamêr.
mina balanya ring banū magöng maputêran adalêm.
çaktinikāng kaganglayang ing ambara lêyêp aruhur.
sang ratu çakti yan pêpêk ikang bala-gana catura.
Kekuasaan anak menangis terletak pada harapan akan ditolong dan dimanjakan. Kekuasaan ikan terletak pada air besar lagi dalam yang bergolak.
Kesaktian burung : terbang melayang-layang tinggi di udara.
Adapun kesaktian raja terletak pada tentara yang lengkap keempat bahagianya.
Niti Sastra Ayat 11
Hinganikāng sayojana salaksa dêpa widhinika.
yojana hinganing bhahiri-çabda lêpasika kabeh.
dwādaça yojananya kupaking gêlap angawang-awang.
çabdani sang sujāna mêpêking bhuwana pada ngalêm.
Menurut penetapan : seyojana sama dengan sepuluh ribu depa.
Suara gong terdengar sampai seyojana.
Suara guntur di udara sampai dua belas yojana.
Akan tetapi kemasyuran orang baik memenuhi dunia, setiap orang memujinya.
Niti Sastra Ayat 12
Haywa mamukti sang sujana kasta piçita tilarên.
kacmalaning çarira ripu wāhya ri dalêm aparêk.
lwirnika kaṣṭa-mangsa musika çrêgala wiyung ulā.
krimi kawat makādinika pāpahara hilangakên.
Orang baik-baik tidak boleh makan daging yang tidak suci.
Ia harus menjauhi segala yang mengotorkan badan dan segala yang mendekatkan seteru lahir-batin kepadanya.
Adapun yang termasuk daging yang tidak baik yaitu : daging tikus, anjing, katak, ular, ulat dan cacing : semua itu makanan yang terlarang, sebab itu elakkan.
Niti Sastra Ayat 13
Haywa maninda ring dwija daridra dumadak atêmu.
çāstra tininda denira kapātaka tinēmu magöng.
yan kita ninda ring guru patinta maparêk atêmu.
lwirnika wangça-patra tumibeng watu rêmêk apasah.
Jangan mencela berahmana; perbuatan itu dapat mendatangkan kecelakaan bagimu.
Jika kamu mencela buku-buku suci, kamu akan mendapat siksaan di neraka.
Jika kamu mencela guru-guru, akan segera kamu menemani ajalmu seperti piring hancur jatuh dibatu.
PEMIMPIN INDONESIA WAJIB MEMBACA KITAB SUCI INI YANG AMAT DALAM AJARAN KEPEMIMPINAN
BalasHapusWejangan tentang hakekat kehidupan sukseme dumugi semeton sami rahayu
BalasHapus