Google+

Makna Sarana Upakara Yadnya

Makna Sarana Upakara Persembahyangan

Upakara sering dikenal dengan sebutan banten, upakara berasal dari kata “Upa” dan “Kara”, yaitu
Upa berarti berhubungan dengan, sedangkan,
Kara berarti perbuatan/pekerjaan (tangan). 
Upakara merupakan bentuk pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan atau dikurbankan dalam suatu upacara keagamaan. Dalam kehidupan agama Hindu di Bali, setiap pelaksanaan upacara keagamaan selalu mempergunakan upakara atau banten sebagai sarana untuk berhubungan/mendekatkan diri dengan pujaannya yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa/manifestasi-Nya yang akan dihadirkan.

Salah satu bentuk pengamalan beragama Hindu adalah berbhakti kepada Sang Hyang Widhi. Di samping itu pelaksanaan agama juga di laksanakan dengan Karma dan Jnana. Bhakti, Karma dan Jnana Marga dapat dibedakan dalam pengertian saja, namun dalam pengamalannya ketiga hal itu luluh menjadi satu. Upacara dilangsungkan dengan penuh rasa bhakti, tulus dan ikhlas. Untuk itu umat bekerja mengorbankan tenaga, biaya, waktu dan itupun dilakukan dengan penuh keikhlasan.

Makna Banten di Bali

Makna Banten di Bali

Kalo kita pergi ke Bali sering sekali kita melihat warga Hindu Bali melakukan persembahan yang mereka sebut Banten.
Apakah sebenarnya banten itu?
bagaimana sejarah Banten di Bali?
Apa fungsi Banten?
Terbuat dari apakah banten itu?
Mengapa kita membuat Banten…?
kumpulan banten untuk upakara yadnya sering juga disebut "bebanten". karena sangat banyak jenisnya serta membutuhkan pengorbanan lebih, maka sering juga ada plesetan dalam bahasa bali seperti ini:
  • be banten? (sudahkah upakara yang dibuat itu sesuai aturan banten)
  • beban ten? (apakah upakara ini memberatkan atau tidak?
karena beberapa permasalahan itulah, dalam artikel ini akan dibahas sepintas tentang bebanten atau banten upakara yadnya yang merupakan aplikasi dari ajaran Bakti Marga. Didalam Bhagavad Gita ditentukan banten yang paling sederhana, seperti yang dinyatakan sebagai berikut:
Patram pushpam phalam toyam yo me bhaktya prayacchatitad aham bhakty-upahritam ashnami prayatatmanah. (Bhagavad Gita IX.26)
Artinya :
Siapapun yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, atau seteguk air, akan Aku terima sebagai bakti persembahan dari orang yang berhati suci.