Google+

Ramalan Kalki Awatara Non-Hindu versi Bhawisa Purana

Ramalan Kalki Awatara Non-Hindu versi Bhawisa Purana

gambaran Kalki Awatara
Om swastiastu, Om Awighnamastu namo siddham
ini merupakan Sebuah Sanggahan dan Penjelasan atas Ramalan Nabi Muhammad S.A.W dalam sastra Veda sebagai Sri Kalki Avatara.

Namaste,
Dengan memuja nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian dan kesejahteraa kepada setiap pribadi.

Pada pembahasan pengetahuan Veda kali ini, topik yang akan di bahas dimulai dari pengertian kata “avatara” || अवतार | sebagai inkarnasi atau perwujudan realitas personal Tuhan Yang Maha Esa yang hadir ke dunia mengambil berbagai perwujudan kepribadian rohani_Nya, dengan perkenan_Nya sendiri, untuk melaksanakan sebuah misi menegakan kembali prinsip-prinsip Dharma atau kebenaran dalam masyarakat manusia, melindungi pribadi-pribadi yang saleh yang teguh dalam kebajikan serta menumpas siapapun

mereka yang terperosok dalam berbagai tindakan yang bertentangan dengan Dharma, yang tidak mengindahkan Dharma, mereka yang menentang realitas mutlak Tuhan Yang Maha Esa dan merosot dalam tindakan-tindakan Adharma. 


yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata
abhyutthānam adharmasya tadātmānaṃ sṛjāmy aham
||Bhagavad Gita 4.7|
"Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela-pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, Wahai putera keluarga Bharata."

paritrāṇāya sādhūnāṃ vināśāya ca duṣkṛtām
dharmasaṃsthāpanārthāya saṃbhavāmi yuge yuge
||Bhagavad Gita 4.8 |
"Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman."

Siapakah yang menyatakan diri_Nya akan selalu hadir untuk menegakan prinsip-prinsip Dharma, melindungi pribadi-pribadi yang bajik serta yang akan menumpas dan menundukan para pelaku tindakan Adharma tersebut, Bhagavad Gita dan Bhagavata Purana menjelaskan lebih lanjut :
ekonaviḿśe viḿśatime
vṛṣṇiṣu prāpya janmanī
rāma-kṛṣṇāv iti bhuvo
bhagavān aharad bharam
||Srimad Bhagavatam 1.3.23|
"Dalam inkarnasi ke-19 dan ke-20, Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa menghadirkan Diri_Nya sendiri sebagai Balarama dan Sri Krishna di keluarga Vrsni (Dinasti Yadava), dan dengan demikian Dia (Balarama dan Sri Krishna Avatara) melenyapkan beban dunia"

Siapa yang menyatakan diri sebagai sang “Aku” dalam Bhagavad Gita adalah Sri Krishna, Inkarnasi ke-20 dari Sri Vishnu, kehadiran_Nya sendiri bersamaan dengan realitas personal_Nya yang lain yaitu Balarama. Kedua realias personal Sri Krishna dan Balarama adalah satu kesatuan, karena kedua_Nya adalah realitas Sri Vishnu sendiri, yang berkenan hadir pada masa Dvaparaya – Yuga. Dalam Bhagavata Purana disampaikan bagaimana Sri Krishna hadir ke dunia.
mumucur munayo devah
sumanamsi mudanvitah
mandam mandam jaladhara
jagarjur anusagaram
nisithe tama-udbhute
jayamane janardane
devakyam deva-rupinyam
vishnuh sarva-guha-sayah
avirasid yatha pracyam
disindur iva pushkalah
||Bhagavata Purana 10.3.7-8 |
“Para dewa dan pribadi suci yang agung menaburkan bunga dalam kebahagiaan hati, dan awan berkumpul di langit dengan sedikit bergemuruh, membuat suara bagaikan gelombang lautan, kemudian Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa, Vishnu, yang berada di inti hati setiap pribadi, hadir dari jantung Devaki dalam kegelapan pekat malam, bagaikan bulan purnama terbit di ujung timur, karena Devaki sebelumnya adalah bagian yang sama dari Sri Krishna"

Baik Bhagavad Gita dan Bhagavata Purana (Srimad Bhagavatam) menjelaskan dengan sangat baik siapa sebenarnya Sri Krishna dan Sri Vishnu, kepribadian dan realitas yang satu ada_Nya. Selanjutnya Bhagavata Purana menyatakan bahwa avatara atau inkarnasi Vishnu tidak pernah memiliki akhir bagaikan sungai-sungai yang terus mengalirkan ke samudera luas, karena bersumber dari mata air yang tidak pernah akan habis.
avatārā hy asańkhyeyā
hareḥ sattva-nidher dvijāḥ
yathāvidāsinaḥ kulyāḥ
sarasaḥ syuḥ sahasraśaḥ
||Srimad Bhagavatam 1.3.26|
"Wahai para Brahmana, Inkarnasi dari Realitas Mutlak Tuhan Yang Maha Esa tidak terhitung banyaknya, bagaikan anak sungai yang mengalir dari sumber mata air yang tidak pernah ada habisnya"

ṛṣayo manavo devā
manu-putrā mahaujasaḥ
kalāḥ sarve harer eva
saprajāpatayaḥ smṛtāḥ
||Srimad Bhagavatam 1.3.27|
"Semua Rsi, Manu (Ras manusia), para Dewa dan keturunan Manu (Manusha), yang sangat kuat, adalah bagian dari gugusan semesta atau bagian dari perwujudan semesta Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan tersebut termasuk juga Prajapati."

ete cāḿśa-kalāḥ puḿsaḥ
kṛṣṇas tu bhagavān svayam
indrāri-vyākulaḿ lokaḿ
mṛḍayanti yuge yuge
||Srimad Bhagavatam 1.3.28 |
"Semua inkarnasi yang disebutkan sebelumnya adalah bagian dari semesta atau bagian dari perwujudan semesta Tuhan Yang Maha Esa, namun Realitas Mutlak Sri Krishna adalah Kepribadian Utama Tuhan Yang Maha Esa. Kesemuanya (Para Avatara) akan hadir di planet-planet (Bumi) kapanpun gangguan diciptakan oleh kaum penentang Tuhan. Realitas Personal Tuhan akan hadir untuk melindungi pemuja_Nya"

Sesuai penjelasan yang tertuang dalam Bhagavata Purana, dinyatakan bahwasanya avatara Vishnu, realitas mutlak Tuhan Yang Maha Esa tidak memiliki akhir. Kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun, dalam berbagai perwujudan personal apapun, dengan perkenan_Nya sendiri, realitas personal_Nya akan hadir ke dunia disaat Adharma mendominasi peradaban manusia dan para penentang Tuhan mulai berkuasa dan merusak tatanan semesta.

Dari uraian awal di atas, pembahasan kali ini akan dilanjutkan untuk memberikan informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat terhadap satu pengakuan sepihak yang telah disampaikan sebelumnya oleh oknum kelompok keagamaan tertentu, yang menyatakan bahwa tokoh yang dimuliakan dalam sejarah keagamaan mereka diramalkan dalam sastra Veda sebagai Sri Kalki Avatara. Tokoh tersebut disetarakan dengan inkarnasi Vishnu, dengan penguatan beberapa kutipan sastra Veda sebagai dasar pemikiran para pelaku pembuat informasi yang keliru tersebut. 

Adapun informasi yang keliru tersebut telah diterbitkan dalam sebuah buku yang dicetak dan disebarkan kepada masyarakat umum tanpa terlebih dahulu melakukan sebuah perbandingan informasi dan tafsir keagamaan dengan institusi resmi masyarakat Hindu Dharma (PHDI) dan atau dengan institusi pendidikan Agama Hindu Dharma (IHDN) agar sekiranya tidak terjadi kesimpang siuran informasi atau mengarah kepada manipulasi sejarah keagamaan, dimana ketidakbenaran informasi tersebut bisa berujung pada pengaburan sejarah keagamaan, pendiskriditan ajaran dan masyarakat beragama dan atau merusak hubungan harmonis antar umat beragama.

Buku tersebut berjudul :
Ramalan tentang Muhammad S.A.W, dalam kitab suci agama Zoroaster, Hindu, Buddha dan Kristen
Ringkasan Buku Ramalan Tentang Muhammad SAW
Sebagai sebuah ajaran, Islam yang dibawa Muhammad Saw. bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Ia menjadi kelanjutan dari ajaran Tuhan yang diturunkan kepada umat terdahulu. Ini bisa dilihat dari banyaknya ritual yang dilakukan umat terdahulu diajarkan dalam Islam. Meskipun dengan penyempurnaan di sana-sini. Yang lebih tak terbantahkan lagi adalah Islam mengajarkan tauhid sebagaimana ajaran agama-agama yang dibawa oleh para Nabi sebelum Muhammad Saw.
Lebih dari itu, lewat buku ini, keberlanjutan ajaran Muhammad semakin tak terbantahkan. Dalam buku ini diuraikan adanya nubuat (ramalan ) tentang kehadiran Muhammad dalam kitab suci agama-agama. Dalam kitab suci agama Zoroaster misalnya, Muhammad disebut sebagai “nabi yang dijanjikan”. Dalam Weda, Muhammad diberi gelar Narashansah astvishyate (Muhammad yang Terpuji dan Diagungkan). Sementara Buddha Gautama meramalkan kehadiran Muhammad dengan menyebutnya sebagai Buddha Maitreya. Dalam perjanjian lama Muhammad disebut sebagai Himada yang membawa Shalom (sama dengan Muhammad yang membawa Islam).
Penerbit: Hikmah
Pengarang: Abdul Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad

Artikel khusus yang membahas pengakuan sepihak ramalah tokoh yang dimaksud dan disetarakan dengan avatara Vishnu dapat diperoleh salah satunya dari media informasi dan salahsatunya sudah dibahas di "benarkah Nabi Muhammad SAW adalah kalki awatara?"

Selanjutnya, tulisan ini akan membahas dan menjelaskan setiap kutipan sastra Veda yang dijadikan dasar pemikiran oleh penulis buku tersebut, dikarenakan kekeliruan penafsiran bahkan kecerobohan penulis dalam merujuk sumber acuan yang dijadikan dasar penguat pengakuan sepihak yang berpotensi mengaburkan informasi sejarah keagamaan masyarakat Hindu Dharma.

Kutipan pertama :
|| Ayat-ayat ramalan kedatangan Nabi Muhammad Disebutkan dalam Bhavisa Purana –; dalam Pratisarag Parv III, Khand 3, Adhyay 3,Shalokas 10 to 27 : 
"Aryadarma akan tampil di muka bumi ini. 'Agama kebenaran' akan memimpin dunia ini.Dia diutus oleh Isyparmatma. Dan pengikutnya adalah orang yang berada di lingkungan itu, yang kepalanya tidak dikucir, mereka akan memelihara jenggot dan akan. mendengarkan wahyu, mereka akan mendengarkan panggilan sholat (adzan), mereka akan memakan apa saja kecuali daging babi, mereka tidak akan disucikan dengan tanaman semak semak/umbi-umbian tapi mereka akan suci di medan perang. Meraka akan dipanggil "Musalaman". (Perantara kedamaian).|

Sanggahan dan penjelasan :
Penulis mengutip sloka-sloka dari Bhavisya Purana Prati Sarga III Kanda 3, Adhyaya 3, Sloka 5-27. 
Di dalam kutipan tersebut memang tercantum kata “mahamadh” atau “mahamadha” yang serta merta disetarakan dengan tokoh yang dimaksudkan oleh penulis. Tanpa melakukan klarifikasi jelas makna perkata dari sastra Bhavisya Purana yang dikutip tersebut apakah benar-benar mendiskripsikan tokoh yang dimaksudkan atau sebaliknya merupakan tokoh yang berbeda. Kata “mahamadha” terdiri daru dua suku kata dalam literatur sanskerta Veda, yaitu :
Maha || मह | yang bermakna : Great, Mighty = luar biasa, atau besar dan kuat.
Madh/Madha || मद | yang bermakna : Drunkenness, Intoxication = Kemabukan
Rujukan kata, Kamus Bahasa Sanskerta : [http://spokensanskrit.de/index.php]
Kata “madh/madha” yang berarti kemabukan juga merupakan salah satu dari Sad Ripu atau enam sifat-sifat buruk yang jika tidak dikendalikan akan menjadi musuh bagi kesadaran diri manusia, adapun ke-enam sifat tersebut adalah :

  1. Kama || काम | yang bermakna hasrat seksual (nafsu).
  2. Loba || लोभ | yang bermakna keserakahan, tidak pernah puas.
  3. Krodha || क्रोध | yang bermakna kemarahan dan kekejaman.
  4. Madha || मद | yang bermakna kemabukan dan ketidaksadaran diri (kegilaan)
  5. Moha || मोह | yang bermakna kebodohan dan kebingungan
  6. Matsarya || मात्सर्य | yang bermakna iri hati dan sifat dengki

Secara singkat makna kata “mahamadh” menerangkan satu kepribadian yang memiliki sifat mabuk (kemabukan) yang luar biasa atau ketidaksadaran diri yang teramat sangat. Dan kepribadian seperti itulah yang dijelaskan dalam Bhavisya Purana di atas, satu kepribadian yang mabuk akan kekuasaan dan akan mewujudkan satu faham yang menentang realitas Tuhan dimana dalam Bhavisya Purana, realitas mutlak Tuhan Yang Maha Esa disebut sebagai Mahadeva, yang tidak lain adalah Siva. Lalu siapakah Siva, Bhagavat Gita menjelaskannya sebagai berikut :
paśyādityān vasūn rudrān aśvinau marutas tathā

bahūny adṛṣṭapūrvāṇi paśyāścaryāṇi bhārata
||Bhagavad Gita 11.6|
"Wahai yang paling baik di antara para Bharatha, lihatlah di sini berbagai perwujudan para Aditya, vasu, Rudra, Asvini-kumara dan semua dewa lainnya. Lihatlah banyak keajaiban yang belum pernah dilihat atau didengar oleh siapapun sebelumnya."

ihaikasthaṃ jagat kṛtsnaṃ paśyādya sacarācaram

mama dehe guḍākeśa yac cānyad draṣṭum icchasi
||Bhagavad Gita 11.7|
"Wahai Arjuna apapun yang ingin engkau lihat, lihatlah dengan segera dalam badan-Ku ini! Bentuk semesta ini dapat memperlihatkan kepadamu apapun yang engkau ingin lihat sekarang dan apapun yang engkau ingin lihat pada masa yang akan datang. Segala sesuatu- baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak-berada di sini secara lengkap, di satu tempat."

Sri Krishna menunjukan realitas mutlak perwujudan semesta_Nya kepada Arjuna, berbagai perwujudan personal_Nya yang tidak terbatas sebagai para Dewa, Aditya, Vasu, Rudra (Siva), Asvini-Kumara, segala sesuatu berada dalam kekuasaan_Nya. Siva adalah Vishnu itu sendiri, realitas mutlak Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri, Ia yang dimuliakan dengan berbagai nama suci_Nya.
indraṃ mitraṃ varuṇamaghnimāhuratho divyaḥ sa suparṇo gharutmān

ekaṃ sad viprā bahudhā vadantyaghniṃ yamaṃ mātariśvānamāhuḥ
||Rg Veda 1.164.46|
"Mereka menyebut_Nya sebagai Indra, Mitra, Varuna, Agni, dan Dia yang bersayap mulia dari surga Garutman. Untuk realitas kebenaran yang satu itu (ekam sad), para bijaksana (yang berpengetahuan) memberikan_Nya banyak nama, mereka menyebut_Nya Agni, Yama, Matarisvan"

Dari uraian tentang siapa Mahadeva yang disebut dalam Bhavisya Purana, pembahasan ini dilanjutkan kepada kutipan literatur sanskerta Veda yang terdapat dalam Bhavisya purana berikut dengan penjelasan maknanya. Semua kutipan di alih bahasakan dari artikel yang dibuat oleh Stephen Knapp dalam artikel resminya yang membahas pengakuan sepihak satu tokoh agama tertentu dalam Bhavisya Purana. Berikut adalah kutipan dari penjelasannya.

Bhavisya Purana Prati Sarga III Kanda 3, Adhyaya 3, Sloka 5-27

mahamadh ithi khayat, shishya-sakha-samniviyath
||Bhavisya Purana III, 3.3.5|

mahadev marusthal nivasinam.

mahadevthe snanya-pya punch-gavua samnivithya
tripurarsur-nashav bahu-maya pravathiney
||Bhavisya Purana III, 3.3.6-7|

malech-dharma shav shudhaya sat-chit-anandaya swarupye,

thva ma hei kinkare vidhii sharanaghatham
||Bhavisya Purana III, 3.3.8 |

suta uvacha: ithi shurthiya sthav deva shabadh-mah nupaya tam,

gath-vaya bhojraj-ney mahakhaleshwar-sthale
||Bhavisya Purana III, 3.3.9|

malech-shu dhushita bhumi-vahika nam-vishritha

arya dharma hi nav-vathra vahike desh-darunya
||Bhavisya Purana III, 3.3.10|

vamu-vatra maha-mayi yo-sav dagdho myaa pura

tripuro bali-daithyane proshith punaragath
||Bhavisya Purana III, 3.3.11|

ayoni sa varo math prasava daithyo-vrudhan

mahamadh ithi khayath , paishacha-kruthi thathpar
||Bhavisya Purana III, 3.3.12|

nagathvaya thvya bhup paisachae desh-vartake

math prasadhayane bhupal tav shudhii prajayathe
||Bhavisya Purana III, 3.3.13|

thi shruthva nupshav svadesha-napu maragmath

mahamadh toi sdhav sindhu-thir mupaye-yav
||Bhavisya Purana III, 3.3.14|

uchav bhupati premane mahamadh-virshad

tva deva maharaja das-tva magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.15|

mamo-chit sabhu jiya-dhatha tatpashya bho nup

ithi shruthya ththa hata para vismaya-magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.16|

malechdhano mathi-shasi-tatsaya bhupasaya darutho
||Bhavisya Purana III, 3.3.17|

tucha tva kalidas-sthu rusha praah mahamadham

maya-thei nirmithi dhutharya nush-mohan-hethvei
||Bhavisya Purana III, 3.3.18 |

hanishyami-duravara vahik purusha-dhamum

ityak va sa jidh shrimanava-raja-tathpar
||Bhavisya Purana III, 3.3.19|

japthya dush-sah-trayach tah-sahansh juhav sa

bhasm mutva sa mayavi malech-dev-tva-magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.20|

maybhithashtu tachya-shyaa desh vahii-kamayuuah

guhitva svaguro-bhasm madaheen tva-magatham
||Bhavisya Purana III, 3.3.21|

swapiit tav bhu-ghyot-thro-shrumadh-tathpara

madaheen puro jath thosha trith sayam smurthaum
||Bhavisya Purana III, 3.3.22|

rathri sa dev-roop-shav bahu-maya-virshad

paisacha deha-marathaya bhojraj hi so trivith
||Bhavisya Purana III, 3.3.23|

arya-dharmo hei to raja-sarvoutham smurth

ishapraya karinayami paishacha dharma darunbhu
||Bhavisya Purana III, 3.3.24|

linga-chedri shikhaheen shamshu dhaari sa dhushak

yukhalapi sarva bhakshi bhavishyat jano maum
||Bhavisya Purana III, 3.3.25|

vina kaul cha pashav-thosha bhakshava matha maum

muslanav sanskar kushariv bhavishyat
||Bhavisya Purana III, 3.3.26|

tasman-musal-vanto hi jathiyo dharma dhushika

ithi pishacha-dharma mya kruth
||Bhavisya Purana III, 3.3.27|

Untuk mengurutkan masing-masing kejadian, di dalam Bhavisya Purana,
Sri Suta Gosvami (putra Lomaharshana) pertama-tama menjelaskan bahwa pada waktu sebelumnya, pada masa dinasti Raja Shalivahana, ada sepuluh raja yang akan mencapai svarga loka setelah memerintah selama lebih dari 500 tahun lamanya. Dimana masing-masing dari sepuluh raja tersebut memerintah selama 50 tahun. Kemudian secara perlahan moralitas mulai merosot di planet bumi. Pada masa tersebut, Raja Bhojaraja adalah raja ke-sepuluh di bumi yang memerintah 450 tahun setelah pemerintahan Raja Shalivahana. Ketika Dia (Raja Bhojaraja) mengetahui bahwa tatanan moralitas dan etika merosot, Dia pergi untuk melakukan eksvansi kekuasaannya ke semua arah dan negara dengan sepuluh ribu tentara dipimpin oleh Kalidasa. Dia (Raja Bhojaraja) menyeberangi sungai Shindu (sungai Indus) bergerak terus menuju ke utara dan menaklukan Gandharas (Afganistan saat ini), komunitas Mleccha (wilayah Turki saat ini), suku Shaka, Kashmir (wilayah Kashmir dan Pakistan), Narava dan Satha. Raja Bhojaraja merebut tahta kekuasaan mereka dan memberikan hukuman kepada mereka.

Selanjutnya, dalam Sloka 7-8 dijelaskan, Raja Bhojaraja, raja dari para Arya yang telah meninggalkan India (Bharata) untuk pergei memperluas kekuasaanya, menyeberangi sungai Shindu (Indhus) dan juga ke arah barat, bertemu dengan sosok Mahamadh || महमद | [yang diklaim penulis sebagai Muhammad, sedangkan yang tertulis adalah “mahamadh” lihat sloka. 5,12,14,15 dan 18]. Mahamadh adalah pemimpin dari masyarakat Mleccha - Dharma atau agama bangsa Mleccha [lihat sloka. 8, 10, 17 dan 20]. Mahamadh tiba bersama para pengikutnya. Pada saat itu, Raja Bhojaraja melakukan pemujaan kepada Archa Siva Mahadeva [lihat sloka 7, disebutkan “mahadev marusthal nivasinam. mahadevthe snanya-pya punch-gavua samnivithya tripurarsur-nashav bahu-maya pravathiney” yang menjelaskan pemujaan kepada Acrha (Lingga) Siva yang ada di wilayah padang pasir, hal yang bertentangan dengan agama dari tokoh yang diklaim penulis] pemimpin tertinggi para Dewa. Archa Siva tersebut terletak di tanah gurun (padang pasir). Raja Bhojaraja membersihkan Archa Siwa (Lingga Siwa) dengan air sungai Gangga dan melakukan pemujaan kepada Siva dengan pemusatan pikiran serta mempersembahkan Pancagavya yaitu susu sapi, mentega, yogurt (susu asam), kotoran sapi dan kencing sapi, bersama pasta dari pohon cendana dan yang lainnya. Raja Bhojaraja melakukan pemujaan dengan sangat baik kepada Siwa, dengan begitu tulus dan penuh pengabdian. Raja Bhojaraja melakukan pemujaan kepada Siva Mahadeva, "Wahai Girijanatha yang bersthana di padang gurun ini (marusthal), hamba mempersembahkan puja hamba kepada_Mu, Engkau telah menunjukan kekuatan maya_Mu (ilusi) untuk menghancurkan Tripurasura (Asura Tripura, dan bangsa Mleccha kini menjadi pemuja_Mu. Engkau yang tidak ternodai dan merupakan pengetahuan sat-cit-ananda svarupa (pengetahuan tentang keabadian dan kebahagiaan). Diri hamba adalah pemuja_Mu, Pelayan_Mu. Kehadiran saya di bawah perlindungan dari_Mu".

Pada sloka 10-27, selanjutnya Sri Suta Gosvami menjelaskan. Setelah mendengar puja dari Raja Bhojaraja dan berkenan atas pemujaan tersebut. Deva Siva memberikan sebuah sabda kepada Raja Bhojaraja, “Berangkatlah ke Mahakaleshvara (wilayah Ujjain) di tanah Vahika, yang saat ini dicemari oleh bangsa Mleccha (yang tidak mengenal pengetahuan Veda). Wahai raja, tanah dimana dirimu berdiri sekarang yang dikenal dengan nama Bahik, telah dicemari oleh bangsa Mleccha. Di negeri yang buruk tersebut Dharma telah diabaikan. Sebelumnya di sana ada Asura dengan nama Tripura (Tripurasura) yang telah aku musnahkan menjadi abu pada satu kesempatan sebelumnya. Dia (Asura Tripura/Tripurasura) kembali datang diperintakan oleh Bali ) [lihat sloka 11 disebutkan kata “tripuro bali-daithyane” yang bermakna Tripura utusan Asura Bali (daithya_raksasa)]. Dia (Inkarnasi Asura Tripura/Tripurasura) tidak memiliki asal namun Dia memperoleh anugerah dari_Ku. Dia memiliki nama Mahamadh dan kepribadiannya bagaikan Bhuta (mahluk halus). Oleh karena itu, wahai raja, engkau sebaiknya tidak pergi ke wilayah dimana Asura yang bersifat buruk tersebut berada” [ sloka 10-27 menyebutkan bahwa Mahamadh adalah Inkarnasi Asura Tripura/Tripurasura yang sebelumnya telah dimusnahkan oleh Deva Siva namun atas perintah Asura Bali dan anugerah dari Deva Siva sendiri, Tripurasura hadir kembali ke dunia]. Mendengar sabda tersebut, Raja Bhojaraja segera kembali ke kerajaannya (Bharata) dan disertai Mahamadh, namun Mahamadh hanya turut serta sampai di tepi sungai Shindu (Indhus). Dia (Mahamadh) adalah penguasa ilusi, dan Dia berkata kepada Raja Bhojaraja dengan begitu berbesar hati, “Wahai raja yang agung, Tuhan_mu telah menjadi hambaku, lihatlah, saat dia memakan sisa-sisa dariku, aku akan menunjukkannya kepadamu”

Raja Bhojaraja terkejut disaat melihat hal itu terjadi kepada mereka sebelumnya. Kalidasa (pemimpin pasukan Raja Bhojaraja) menjadi marah dan berkata kepada Mahamadh, “Wahai yang berkepribadian buruk, dirimu telah menunjukan ilusi untuk membingungkan raja, aku akan membunuhmu, dirimu adalah kepribadian terendah”. Raja Bhojaraja kemudian meninggalkan daerah teresebut.

Kemudian, dalam perwujudan Bhuta (mahluk halus), penguasa ilusi Mahamadh hadir pada malam ke-delapan di hadapan Raja Bhojaraja dan berkata, “Wahai raja, agamamu yang dikenal sebagai agama yang paling baik di antara agama-agama lainnya. Tetapi, dengan perintah Tuhan, aku akan mendirikan agama yang buruk dan bersifat merusak (demoniac) serta memaksakan keyakinan kuat (keras) kepada para pemakan daging (bangsa Mleccha). Pengikutku akan dikenal karena mengiris kemaluan mereka, mereka tidak memiliki Shikha (kuncir rambut di kepala,seperti selaiknya para Brahmana), tetapi akan memiliki jenggot (janggut), membuat suara yang keras (menyukai kegaduhan), dan akan memakan segala jenis daging kecuali daging babi tanpa memperhatikan berbagai bentuk upakara (yadnya), mereka akan melakukan perbuatan penyucian diri dengan “musala”. Dan mereka disebut dengan “musalman”, dan tidak melakukan penyucian harta benda (barang-barang) mereka dengan rumput “kusha” (sebagaimana tradisi dalam masyarakat penganut Veda). Jadi, aku akan menjadi pencipta ajaran Adharmik ini (ajaran yang bertentangan dengan Sanathana Dharma), dan sebuah agama yang bersifat merusak (demoniac) bagi bangsa yang memakan daging”[lihat sloka 12,24, dan 27 terdapat kata “paishacha dharma_pencemar nilai-nilai kebenaran” dan “dharma dhushika_ penentang realitas kebenaran”. Setelah mendengar perkataan Mahamadh, Bhavisya Purana menjelaskan bahwa Raja Bhojaraja ke istananya, kembali ke negerinya. Sedangkan perwujudan ilusi dari Mahamadh kembali ke asalnya, marusthal (gurun pasir).

Bagian akhirnya menjelaskan bagaimana Raja Bhojaraja adalah seorang yang cerdas, membentuk bahasa Sanskerta untuk Vrna Brahmana, Kstria dan Vaisya serta membentuk bahasa Prakrita untuk para pekerja (Vrna Sudra) untuk komunikasi masyarakat biasa dalam kehidupan keseharian mereka. Setelah 50 tahun memerintah, Raja Bhojaraja mencapai svarga loka, prinsip-prinsip moralitasnya begitu dihormati dan bahkan dipuji para Dewa. Arya – Vartha, tanah suci tersebut terletak di antara Vindhyacala dan Himachala, atau gugusan pegunungan yang dikenal sebagai bagian bawah dari wilayah Vindhya. Sedangkan masyarakat Musalman tetap berada di wilayah lainnya, yaitu di sebelah barat laut dari sungai Shindu (Indhus).
[http://www.stephen-knapp.com/mohammed_is_he_really_predicte…]

Dari informasi yang dirangkum oleh Stephen Knapp dan kutipan yang disertakan oleh penulis buku ramalan di atas, dapat di bandinkan informasi pembanding yang lebih jelas sebagai berikut :

  1. Tokoh yang dimaksudkan dinyatakan di utus oleh Isyparmatma, dikutip dari sloka ||Bhavisya Purana III, 3.3.24| yaitu “ishapraya karinayami paishacha dharma darunbhu” yang justru menyatakan bahwa Mahamadh menjelaskan dirinya mengklaim membawa ajaran dari Tuhan tapi ajaran tersebut bertentangan dengan Sanathana Dharma, kata “paisacha dharma” berarti “pencemar (bertentangan dengan) Dharma”.
  2. Penulis menyatakan bahwa pengikut Mahamadh akan mendengarkan wahyu dan panggilan “adzan”. Penjelasan rinci dalam masing-masing sloka tidak menyebutkan kata “adzan” dan ini tafsir yang terlalu di paksakan oleh penulis.
  3. Penulis menyatakan bahwa pengikut Mahamadh, yaitu Musalman akan suci di medan perang, sebaliknya seuai kutipan sloka Bhavisya Purana III, 3.3.27 “tasman-musal-vanto hi jathiyo dharma dhushika ithi pishacha-dharma mya kruth” dijelaskan kata “dharma dhushika_pencemar nilai-nilai kebenaran” dan “pishacha dharma_penentang realitas kebenaran” yang secara tegas bahwa ajaran yang dibawa oleh Mahamadh tidak sesuai dengan Veda dan bertentangan dengan Dharma.
  4. Dan yang paling akhir adalah Bhavisya Bhavisya Purana III, 3.3 tidak menjelaskan tentang kehadiran Sri Kalki Avatara (inkarnasi Vishnu) tetapi menjelaskan tentang perjalanan hidup Raja Bhojaraja dan diskripsi tentang Asura Mahamadh inkarnasi dari Tripurasura.

Informasi ini di rangkum dari penelusuran yang dilakukan oleh Stephen Knnap dengan disertai literatur sanskerta Veda dari sastra Bhavisya Purana Prati Sarga III kanda 3 adhyaya 3 sloka 5-27 untuk menegaskan penyampaian informasi yang lebih tepat dari kekeliruan tafsir yang dilakukan oleh penulis buku ramalan terhadap tokoh yang dihormati oleh masyarakat agama tertentu. Tujuannya agar tidak terjadi kesimpang siuran informasi yang mengarah kepada pengaburan sejarah keagamaan satu masyarakat beragama atau penistaan tokoh yang dihormati karena kekeliruan identifikasi (pencocokan) karakter yang berbeda dan terlalu dipaksakan oleh penulis buku tersebut.

Kesimpulan dari pembahasan ini adalah sesuai literatur Bhavisya Purana, Mahamadh adalah inkarnasi dari Asura Tripura/Tripurasura, satu kepribadian yang didiskripsikan kurang baik, menguasai ilusi dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Veda (Sanathana Dharma).

Apakah Mahamadh yang didiskripsikan dalam Bhavisya Purana itu sesuai dengan kepribadian dari satu tokoh yang dimuliakan satu masyarakat beragama sesuai pengakuan penulis buku ramalan di atas, para pembaca bisa membandingkan informasi dan memberikan penilaian sendiri.

Akhir kata, semoga artikel ini menambah wawasan, memberikan rujukan informasi yang mencerdaskan, dan bermanfaat bagi keyakinan dan kesadaran beragama untuk masing-masing pribadi. 
Satyameva jayate nanritam_ Hanya realitas kebenaran yang pasti akan menang
OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya

OM Namo Bhagavate Rudra Ya
OM Shanti Shanti Shanti OM
Dengan memuja nama Tuhan Yang Maha Esa, semoga terwujudkan kedamaian di hati, terwujudkan kedamaian di dunia, terwujudkan kedamaian untuk selamanya

8 komentar:

  1. saya sebagai pemerhati sejarah Geli lihat tulisan yang di pkasakan itu..hal yang sama di injil..ada tulisan bahwa roh penolong akan hadir maksudnya adalah roh kudus dalam hati manusia masing2 tapi diganti dng akan datang seorang penolong yang bernama mohamad..saya jadi geli..pertanyaanya jarak antara isa atau yeus adalah 600 th kenapa tdk ada satu pun murid Isa atau yesus menyebut dalam tulisan2..jadi buat saya hal yang biasa para penulis islam menaksakan sebuah tulisa..ibarat nya di pas2kan..

    BalasHapus
  2. Apapaun caramu, selama itu utk kemuliaanNya, dan perbuatanmu yg baik terhadap segala hal d sekitarmu, it cukup. Ga perlu pake alat pengeras atau media promosi utk ngikutin kamu, cukup perBaiki dirimu.

    BalasHapus
  3. Pemaksaan seorang seakan referensinya sudah cukup meyakinkan semua berasal dari satu sampai2 merilis buku...semua sudah ada jalan ceritanya jangan dirubah2 lagi lah perbaiki aja keyakinan sendiri jangan merubah keyakinan yang sudah ada

    BalasHapus
  4. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah sesuai literatur Bhavisya Purana, Mahamadh adalah inkarnasi dari Asura Tripura/Tripurasura, satu kepribadian yang didiskripsikan kurang baik, menguasai ilusi dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Veda (Sanathana Dharma).
    Ajarannya hanya berorientasi pada syahwat. Tujuh puluh dua bidadari dijadikan kompensasi bagi para pengikutnya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan anda hubungi account pribadi Profesor Pundi Valid Parkash yg menulis "Kalky Avtar" utk argumen yg lebih berkualitas.
      Beliau jauh lebih mengenal dan memahami Hindu beserta kitab2 yg menyertai ajarannya..
      Di sini tidak ada yg memahami ajaran Hindu secara mendalam, sehingga feed-back nya sering ngawur atau gak nyambung..
      Tanyakan n bersabarlah dg prof.Pundit spy bnr2 dapat info n tantangan yg berkualitas..
      Salam damai...

      Hapus
  5. Zakir naik emang ngawur
    katanya yg belajar weda sungguh sungguh bakal mualaf .nah tokoh idola saya A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada yg paham betul Bhagavad gita aja gak mualaf .Adakah muslim disini yg berani bilang A.C Bhaktivedanta gak menerti veda?

    Satu lagi mereka bilang "profesor hindu aja setuju" .sengaja ditulis profesor saja oleh mereka agar kita mengira profesor dalam bidang agama hindu. tapi ternyata profesor bahasa . nanya agama ke profesor bahasa .jangan jangan ntar nanya kimia ke ahli psikologi
    hadeh hadeh slimm slimm

    ntar mungkin ada yg komen "veda sudah dirusak orang orang kafir"
    saya tunggu komen begitu

    BalasHapus
  6. simbol simbol yg di uraikan dalam tulisan di atas sangat jelas. Memotong sebagian alat vital, memelihara jenggot. Dalam ilmu hakekat, apapun yg terjadi di dunia ini atas ijin DariNya. Bahkan sehelai daun atau sebutir debu yg beterbangan juga atas Ijin DariNya. Ini menandakan Kekuasaan Tuhan Yang Mutlak. Bahkan Agama agama yg berkembang di dunia juga atas Ijin Darinya, agar kita saling mengenal dan saling belajar. Untuk siapa yang dikehendaki memeluk agama tertentu juga atas kehendakNya. Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa.....

    BalasHapus