Google+

Mantra dan Do’a

Mantra dan do’a sering sekali agak bingung umat kita. Sering ada pertanyaan umat yang seperti ini
  • Apakah pengertian manta dan do’a sama?
  • Bila kita hendak maturan atau sembahyang, apakah harus mengunakan mantra atau do’a?
  • Bagaimana kalau tidak tahu mantra/do’a, apa bisa dengan menggunakan bahasa sehari – hari?
mungkin memalui artikel ini dapat memberikan penjelasan mengenai mantra dan do’a tersebut.

kalau dilihat dari asal katanya, kata mantra dari kata “man” (manana) yang berarti “berpikir/pikiran” dan “tra” (trana) yang artinya bebas dari keterikatan. Menilik asal – usul katanya, maka istilah mantra memiliki makna bahwa dengan mengucapkan mantra berarti seseorang telah memikirkan tenteang Hyang Widhi dengan pengharapan agar dirinya terbebas dari segala keterikatan yang membuat dirinya menderita.

Memantra (mengucapkan mantra) sering juga disebut Maweda/ngweda, karena yang diucapkan sebagai mantra itu umumnya adalah ayat – ayat suci yang tersurat di dalam kitab weda. Mantra juga dapat dikatakan sebagai do’a. sebab mantra itu sendiri adalah do’a – do’a yang dilafalkan dengan mengambil sumber dari weda. Hanya saja seperti sudah menjadi pemahaman umum, memantralebih mengacu pada bahasa hati. Tetapi tentu akan lebih baik jika dapat sembahyang/maturan dengan mantra /do’a sesuai dengan jenis yadnya yang dihaturkan. Kalau memang tidak mengetahui/hafal dengan mantra tersebut, mengunakan bahasa sehari – hari juga tidak dilarang. Bukankah Hyang Widhi maha mengetahui. Dan apabila ada rasa janggal atau kaku dalam mengunakan mantra/doa, tanpa berucap sepatah kata pun asal tetap dengan niat bakti, sembahyang/maturan dapat dilakukan.
Malah sebagaimana disuratkan di dalam kitab manawadharmasastra II.85 menyebutkan justru mantra/do’a dalam hati atau batin itu lebih tinggi nilainya. Selengkapnya dinyatakan sebagai berikut:
pengucapan do’a mantra dengan suara terdengar, 10 kali kebaikannya. Do’a/mantra yang diucapkan tanpa terdengar oleh orang lain 100 kali kebaikannya. Dan pengucapan do’a mantra dalam hati/batin tanpa mengeluarkan kata-kata dari bibir, 1000 kali kebaikannya”.

Sebagaimana diketahui ada empat cara pengucapan mantra yaitu;
  1. Waikhari japa, mengucapkan mantra sampai terdengar 
  2. Upamsu japa, mengucapkan mantra dengan cara berbisik 
  3. Likhita japa, dengan menuliskan berulang – ulang diatas kertas 
  4. Manasika japa, mengucapkan mantra didalam hati.

Dari empat cara itu, mengucapkan mantra di dalam hati yang dipandang memiliki nilai paling tinggi. Namun tentu ini bukan berarti umat tidak perlu mengenal atau menghafal bahasa mantra/do’a. dan yang pasti, dengan cara apapun mantra/do’a dilantumkan, kesemuanya terpulang pada kesungguhan, ketulus-ikhlasan, dan kesucian diri lahir batin yang dijiwaioleh sikap iman dan takwa kepada Hyang Widhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar