Google+

Dewa Agung Made - Raja I Tegallalang (1765 – 1770 M) Babad Dalem Sukawati

Dewa Agung Made - Raja I Tegallalang (1765 – 1770 M) Babad Dalem Sukawati

Telah diceritakan di istana kerajaan Dalem Sukawati terjadilah percecokan antara dua putra mahkota kakak beradik yaitu I Dewa Agung Gede dan I Dewa Agung Made.  I Dewa Agung Made memohon kepada kakak beliau agar membagi wilayah Kerajaan Sukawati, yaitu:

  • dari desa Mas ke selatan supaya di pegang oleh kakaknya I Dewa Agung Gede, dengan pusat pemerintahan di Sukawati.
  • dari Mas ke utara supaya di pegang oleh I Dewa Agung Made dengan pusat pemerintahan di Peliatan. 
Permohonan I Dewa Agung Made ternyata tidak mendapat persetujuan dari kakaknya Dewa Agung Gede, sehingga kemudian percecokan tersebut semakin memanas.


Karena terjadinya peristiwa tersebut kemudian I Dewa Agung Made mengambil keputusan untuk meninggalkan daerah Sukawati menuju Bumi Badung, dan untuk sementara mesandekan (tinggal) dirumahnya Arya I Gusti Jambe Tangkeban. Berpergian beliau itu diikuti oleh saudaranya antara lain Cokorda Ketut Segara, Cokorda Gede Anom, Cokorda Gede Karang, dan beberapa pengiring setia antara lain Paman Nginte Pulasari (Jero De Pulasari).

Tidak lama beliau berada di Bumi Badung kemudian melanjutkan perjalanan ke daerah Mengwi dan bertempat tinggal untuk sementara di rumah paman beliau I Gusti Agung Anglurah Made Agung. Disana beliau mendapatkan nasehat - nasehat dan selanjutnya segera mengatur persiapan untuk menyerang Rakanda I Dewa Agung Gede di Sukawati dimana:

  • Cokorda Gede Anom bersama dengan pasukan Badung dipimpin oleh I Gusti Munang (Kiyayi Anglurah Wayahan Grenceng) dari Jero Gerenceng akan menggempur dari selatan, 
  • Cokorda Gede Karang bersama Laskar Mambal menggempur dari Padang Tegal dan 
  • Cokorda Ketut Segara yang dulunya di Sangeh ditarik menuju daerah padang alang - alang bersama dengan Rakanda Dewa Agung Made. Perjalanan beliau selalu di iringi oleh Paman Nginte Pulasari.


Setelah berdua tiba di daerah padang alang - alang yang keadaanya sangat sunyi dan masyarakatnya belum begitu banyak, maka disinilah beliau mempunyai firasat baik untuk bertapa semadi kehadapan Ida Sang Hyang Widhi untuk memberikan kekuatan iman dalam rangka melakukan tugas penggempuran ke daerah Sukawati

Entah selang beberapa lama kemudian keamanan desa Mas agak mendapat gangguan karena keruhnya situasi, sehingga beberapa rakyat mengungsi serta menyerahkan diri kepada Dewa Agung Made, dengan maksud agar beliau mau melindunginya.

Dewa Agung menerima baik pengungsi tersebut dan memberikan tempat kepada mereka disebelah pinggir bagian selatan hutan alang-alang dan berdekatan dari tempat beliau bersemadi, disekitar Pura Duhur Bingin sekarang. Disana mereka diberikan tugas khusus untuk mengamati saudara-saudara beliau yaitu Cokorda Tiyingan yang ada di desa Gentong dan Cokorda Gunung di Petulu. Sedangkan Paman Nginte Pulasari berada ditengah-tengah di daerah Tegalan yang cukup luas guna memudahkan saluran kontak pada I Dewa Agung Made di tempat pertapaan.

Lama sudah I Dewa Agung Made memikirkan bagaimana cara menghimpun kekuatan untuk bisa menggempur Rakanda I Dewa Agung Gede di Sukawati. Pada suatu ketika beliau sedang kusyuk bersemadi beliau merasakan seperti tertidur dan memimpikan almarhum ayahanda datang seraya menanyakan:
"Apa tujuan anakku bertahun - tahun mengasingkan diri di Jenggala Kusara ini? Ayahanda menyadari betapa sedih perihnya hati anakanda karena ulah kakakmu di Sukawati"
Demikian antara lain wahyu yang beliau terima. Setelah beliau sadar dari setengah mimpi itu, lalu beliau ingin mengetahui apa sebenarnya yang di maksud dengan Kusara Jenggala itu. Segera beliau menceritakan wahyu tersebut kepada Paman Nginte Pulasari,dan pada akhirnya beliau dapat merumuskan bahwasanya Jenggala Kusara itu tidaklah lain tempat atau daerah yang beliau tempati dengan terjemahan sebagai berikut:

  • "Jenggala" artinya tempat atau daerah, 
  • "Kusa" artinya Ambenga atau ilalang, 
  • "Ra" artinya luas. 
  • Dengan demikian maka jelaslah apa yang di maksud itu adalah daerah alang - alang yang luas.


Selanjutnya I Dewa Agung Made segera menugaskan Cokorda Ketut Segara untuk bertempat tinggal di Jenggala Kusara ini, karena tempat ini di pandang sangat istimewa dan angker untuk di tempati supaya tidak direbut oleh orang lain. Cokorda Ketut Segara menerima amanat itu dengan agak cemas, karena sudah diketahui bahwa I Dewa Agung Made bermaksud akan meneruskan perjalanan dengan rencana menghimpun kekuatan dengan tujuan menggempur Sukawati. semenjak itu berdirilah Puri sebagai cikal bakal Kerajaan Tegalalang. didirikan pula Pamerajan sebagai persimpangan Pura Penataran Agung di Sukawati

Tidak di ceritakan dalam perjalanan maka tibalah I Dewa Agung Made di Peliatan dan bertemu dengan adik beliau Cokorda Ngurah Tabanan. Setelah lama beliau bertukar pikiran, maka Cokorda Ngurah Tabanan mempersilahkan agar I Dewa Agung Made suka menetap di Puri Peliatan, sebab beliau adalah satu-satunya putra Prami Sukawati yang membawa pusaka sangat ampuh dan bertuah untuk memegang pemerintahan.

Cokorda Ketut Segara semakin lama semakin cemas diam di Jenggala Kusara karena ke angkeran daerah tersebut. Daerah ini terkenal dengan arena pertarungan ilmu hitam pada waktu itu. Ketakutan Cokorda Ketut Segara dirasakan oleh I Dewa Agung Made dan segera beliau meminta bantuan pengemit yang mahir dalam ilmu hitam kepada saudaranya yang berada di desa Ketewel. Kemudian permintaan tersebut di kabulkan oleh Cokorda Ketewel dengan mengirimkan seorang tokoh yang sangat sakti dalam ilmu batin, orang tersebut bernama I Gede Kebayan Guwang untuk menentramkan Bumi Kusara Jenggala dari pertarungan-pertarungan ilmu hitam yang tidak setuju Bumi Kusara Jenggala di jadikan suatu daerah kerajaan. Lalu Cokorda Ketut Segara memberikan tempat berdekatan dengan perarudan atau pengungsian Bendesa Manik Mas. Tidak lama Pasek Bendesa Manik Mas tidak mampu bedampingan dengan I Gede Kebayan Guwang  karena pengaruh ilmu batin atau kesaktian yang dimiliki I Gede Kebayan Guwang. Ketika I Gede Kebayan Guwang mengucapkan mantra guna menggempur musuh gaib yang mengganggu ketentraman Bumi Kusara Jenggala, masyarakat Warih Pasek Bendesa Manik Mas merasa hawa panas yang begitu membara lama - kelamaan Warih Pasek Bendesa Manik Mas menjauh dari kediaman I Gede Kebayan Guwang.

diceritaka Laskar gabungan ini berhasil mengalahkan laskar Sukawati yang dipimpin oleh Dewa Agung Gede. Dewa Agung Gede melarikan diri ke desa Tojan di bawah perlindungan I Gusti Ngurah Jelantik. Tetapi keberhasilan ini mengecewakan Dewa Agung Made, karena yang menduduki Puri Agung Sukawati adalah I Gusti Munang, bukan keturunan pewaris kerajaan Sukawati. Oleh sebab itu Dewa Agung Made merencanakan merebut Puri Agung Sukawati. Dalam persiapan merebut kembali Puri Agung Sukawati dari I Gusti Munang, Dewa Agung Made mendirikan Puri Agung Peliatan. Beliau kuatir akan kelestarian Pemerajan Agung Pura Penataran Sukawati.

baca juga artikel yang terkait:
demikianlah sekilas tentang Puri Tegalalang dan Dewa Agung Made - Raja I Tegallalang (1765 – 1770 M) Babad Dalem Sukawati. semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar