Google+

Adi Sankara - AM I A HINDU

berikut adalah lanjutan resume dari buku 

AM I A HINDU ( Apakah Saya Hindu ? ) 

dimana dibawah ini dijelaskan tentang "Adi Sankara" buku ini di tulis oleh Ed. Viswanathan (Diterjemahkan oleh NP Putra) 

 

AYAH, AKU TAHU ANDA SANGAT TERTARIK DENGAN ADI SANKARA. AKU INGIN TAHU LEBIH BANYAK MENGENAI DIA.

Ya, anakku. Aku memang memuja dia bagaikan pahlawan. Dia pendiri dari filsafat Advaita. Dia adalah seorang suci dengan pengaruh seperti Kristus, tapi ia terkenal karena pendekatan filsafatnya dalam menafsirkan Weda-weda.


Dia sangat genius dalam segala bidang yang meninggalkan jejaknya dalam setiap aspek dari agama Hindu. Dia melaksanakan upacara kematian ibunya dan ia mengarang puisi dan doa-doa kepada dewa-dewi. Namun ia bicara tentang Brahman saja (yang sejati ada, pen) Swami Chinmayananda sering mengatakan , " Sankara mulai dimana Einstein berakhir." Demikian luasnya pengetahuan Sankara.

Dia lahir di Kaladi, kurang lebih enam mil dari Always, di negara bagian Kerala. Pada usia delapan tahun ia telah menguasai keempat Weda, dan pada usia duabelas tahun ia telah memahami seluruh kitab-kitab suci Hindu. Pada usia enam belas tahun ia telah selesai menulis banyak buku-buku penting, dan pada usia tiga puluh dua tahun ia meninggalkan dunia ini. Menurut para sejarahwan Barat Sankaracharya hidup antara tahun 788 dan 820 AD. Dikatakan bahwa ketika ia berumur delapan tahun ia pergi ke India Utara dan menjadi murid dari Gowinda Bhagavadpada, yang merupakan murid dari Gaudapada. Kemudian Sankara pergi ke Banaras, dan disana Padmapada, Hastamalaka dan Totaka menjadi muridnya. Menurut beberapa orang, hari-hari terakhir dari Sankara dipergunakan di Kanchi, dimana ia meninggalkan badannya. Menurut beberapa orang, Sankara tidak pernah meninggal. Ia hanya hilang dari pandangan. Sekte Siwa percaya bahwa Sankara adalah Avatara dari Siwa.

Selama persinggahannya yang singkat di dunia ini, Sankara telah menulis banyak buku. Dia menulis komentar atas Bhagawad Gita, Upanishad, Brahma Sutra dan Vishnu Sahasranama. Dia menulis dua buku manual bebas yang diberi nama Upadesashasri dan Vivekachoodamani. Ia juga menulis Adma Bodham dadn Bhaja Govindam. Dari semua sajak bhakti yang ia tulis, Saundarya Lahari adalah yang paling baik. Dia juga mendirikan empat pertapaan (biara) di sudut-sudut India yang berbeda yang dikenal dengan nama Sankaramath.
Keempat pertapaan itu adalah 
  • di Sringeri (Mysore), 
  • Bandrinath (Himalaya), 
  • Dwaraka (Gujarat) 
  • Puri (Orissa). 
Sankaramath di Kanchi (Tamil Nadu) adalah sebuah 'saka' (cabang) dari Sankaramath di Sringeri. Sama seperti Jesus Kristus, Sankara datang bukan untuk menghancurkan tapi untuk memenuhi kekosongan spiritual di India selama satu periode waktu tertentu dalam sejarah India. Sankaracharya menghentikan serangan gencar dari agama Buddha atas ide-ide Hindu dan mengembalikan agama Hindu pada kejayaannya sebelumnya. Menurut dia,"hanya Brahman satu-satunya yang ada; semua yang lain adalah maya atau ilusi. Jiwatman atau jiwa individu adalah Brahman itu sendiri dan sama sekali bukan yang lain. Manusia diikat oleh lingkaran reinkarnasi yang tiada akhir disebabkan oleh kebodohannya
Kebodohan adalah akar sumber dari segala masalah. Pengetahuan menghapuskan kebodohan dan membebaskan manusia dari ikatan." 

Sankara juga mengatakan, "perbedaan antara manusia dengan Tuhan adalah masalah derajat. Pada hakikatnya mereka adalah satu dan mahluk yang sama. Itu yang ada dalam manusia disebut Atman, dan itu yang memeluk seluruh alam semesta dikenal sebagai Brahman. Mereka adalah satu dan sama seperti ruangan dalam cangkir dan ruangan di luar cangkir adalah satu dan sama." 

Sama seperti Tao dalam Taoisme, Allah dari Islam dan Ayin dari mistik Yahudi, Brahmannya Sankara tidak memiliki sifat-sifat, tidak memiliki bagian bagian dan kesadaran, dan juga abadi. Bila kamu membaca tulisan Sankara mengenai Brahman dan tulisan Lao-Tse mengenai Tao, keduanya tampak sama. Agama Hindu berutang cukup banyak kepada Sankara. Pengajarannya adalah perwujudan yang sebenarnya dari kebebasan mutlak, dan ajaran-ajaran itu tidak dibatasi hanya pada satu kelompok tertentu dalam agama Hindu. Kamu harus berupaya membaca dan mempelajari semua buku-bukunya dalam hidupmu.

 

AYAH, PERNAHKAH SANKARA MENJELASKAN KENAPA BRAHMAN, YANG SEMPURNA DALAM DIRINYA SENDIRI, MENCIPTAKAN DUNIA YANG TIDAK SEMPURNA DAN PENUH MASALAH?

Aku menyesal untuk mengatakan bahwa Adi Sankara tidak pernah enjelaskan pertanyaan ini dalam tulisan-tulisannya. Banyak Vedantis, termasuk istikus Aurobindo (1872-1950), telah menunjukkan masalah ini dengan teori-teori Sankara. 

Kenapa Brahman, yang sempurna dan lengkap dalam dirinya sendiri, mengembangkan jaring besar Maya atau ilusi dari esensinya sendiri? 
Bila Dia sempurna mengapa ketidak-sempurnaan datang dari dia? 
Bila Brahmannya Sankara mengatasi (transcends) semua perasaan-perasaan pribadi (personality feelings), bagaimana Dia membuat satu ciptaan dengan kesadaran? Menurut Aurobindo, Sankara tidak berhasil menjelaskan, atas prinsip-prinsip negativistiknya, mengapa Yang Mutlak harus turun kepada yang terbatas. Baik Mahabagawatam maupun Bhagavad Gita menyebut-nyebut hal ini dengan cara tidak langsung. 

Keduanya bicara mengenai ciptaan sebagai alat bantu atau perantara (instrumentality of creation). Srimad Mahabagavatam menyatakan bahwa adalah merupakan Leela (permainan suci) bagi Tuhan untuk menciptaan sesuatu. Bhagawad Gita, pada sisi lain menyatakan bahwa adalah bagian dari alam untuk mencipta dan melahirkan (to create dan procreate). 

Malangnya, tidak ada kitab suci yang dengan jelas menjawab pertanyaan "kenapa dan apa" tentang penciptaan itu. Demikian juga dalam Kitab Kejadian (Genesis) kita melihat penciptaan sebagai alat bantu atau perantara, dimana Elohim berobah menjadi Jehovah ("I am" atau "Aku ada") dan menciptakan alam semesta dalam enam hari. Dalam Vedanta Sutra kata Leela (Lila, pen) - Permainan Suci digunakan untuk menjelaskan penciptaan sebagai ekspresi tanpa keinginan dari Tuhan (desireless expression of God). 

Kenapa Tuhan ingin menyatakan (mengekspresikan) dirinya?
Aku kira kita tidak akan pernah mendapat jawaban atas pertanyaanmu dari siapapun dengan kemampuan manusia (yang terbatas) di dunia ini. Sankara sendiri mengatakan bahwa sebuah pertanyaan seperti yang kamu ajukan tidak mempunyai dasar, karena alam semesta materi ini sesungguhnya adalah ilusi atau Maya, hanya kilasan khayalan semata. Kamu dan aku memiliki masalah karena kita tidak mampu mengatasi kerudung besar dari Maya itu. 

Sankara tidak pernah mengatakan bahwa dunia ini tidak penting. Ia hanya menunjukkan fakta bahwa dunia yang kita lihat bukan dunia yang nyata. Dunia yang kita lihat senantiasa berobah. Duduk dalam mobilmu, satu mil dari sini, air yang kamu lihat di jalan sementara memang nyata, tapi bila kamu dating lebih dekat kepada air itu apa yang kamu lihat menjadi bayangan udara. Perampok dalam mimpi yang menyerang kamu adalah nyata dalam mimpi. 

Dalam mimpi kamu berkelahi melawannya. Tapi ketika kamu bangun, kamu akan berkata kepada dirimu sendiri, "ini hanya mimpi." 

Sankara mengatakan "seseorang akan mengatakan hal yang sama mengenai dunia pada saat ia menyadari atau mencapai pengetahuan yang benar". Apapun kritik yang ditujukan terhadap aspek-aspek yang lebih halus dari Advaitanya Sankara, aku pribadi merasa philsafat Advaita akan tetap ada selamanya. Bila besok seorang manusia dibuat di laboratorium, tanpa bantuan sperma dari laki-laki dan ovum dari wanita, hampir semua agama terorganisasi di dunia ini akan runtuh. Tapi philsafat Advaita dari Sankara sendirian akan tegak tinggi pada hari itu. Bila pada saat itu Sankara dapat membangkitkan tubuhnya sendiri, ia akan berteriak, "Tuhan menciptakan ilusi tapi kini manusia sendiri mulai melakukan hal itu!" Pada hari itu hanya philsafat Advaita yang akan bersorak kegirangan, semua yang lainnya akan hancur luluh.

 

APAKAH PHILSAFAT DVAITA?

Philsafat ini adalah philsafat mengenai dualitas yang disebarkan oleh Madhva (1197 AD), yang percaya bahwa bhakti (devotion) kepada Tuhan adalah sangat penting. Menurut dia, dunia ini adalah nyata dan ada satu perbedaan antara manusia dengan Tuhan. Realitas menurut dia ada dua macam, yang bebas dan yang tidak bebas. Tuhan satu-satunya realitas yang bebas. Materi dan jiwa manusia tergantung dan dikendalikan oleh Tuhan. Jiwa itu aktif dan bertanggung jawab untuk kebebasannya sendiri dari kelahiran berulang kali yang tak terhitung melalui bhakti kepada Tuhan.

Ramanuja, rasul pertama dari filsafat Dvaita, lahir kira-kira tahun 1050 AD. Ia adalah pemuja Wishnu. Dia mengambil jalan tengah antara philsafat Advaita dengan Dvaita. Reshi Ramanuja mengatakan bahwa Tuhan bukanlah prinsip yang tidak memiliki sifat-sifat, sebagaimana dikatakan oleh Adi Sankara, tapi adalah satu Tuhan berpribadi (Saguna Brahman) yang dapat dicintai dan dimengerti melalui bhakti. Ia mendebat Adi Sankara yang menolak bhakti kepada Tuhan ini. Tapi pada saat yang sama, Ramanuja percaya pada posisi tradisonal dari Wedanta mengenai kesatuan dengan Tuhan Yang Mahakuasa. Ia percaya pada prinsip Jivatman (jiwa individu) dan Paramatman (jiwa absolut) dan persatuan dari jivatman ke dalam Paramatman untuk mencapai moksha. Baik philsafat Advaita maupun Dvaita masih berjaya di India dalam kedudukan terhormat yang sama bahkan sampai dewasa ini. (Masih ada lanjutannya)

 

AYAH, AKU BINGUNG. BILA PHILSAFAT ADVAITA DAN DVAITA BERBEDA, YANG MANA YANG BENAR?

Seperti telah kukatakan sebelumnya, adalah normal sekali-sekali untuk dibuat bingung oleh kedua sistem philsafat ini. Sesungguhnya, kedua philsafat ini adalah satu dan sama tapi mereka beda hanya menurut dataran dari mana kita memandang mereka. Bila aku melihat kamu dan sebuah robot sebagai satu bundel elektron dan proton, maka kamu berdua adalah satu dan sama. Tapi bila dilihat dari dataran yang lain mahluk manusia sangat berbeda sekali dengan robot yang tidak bernyawa. Keduanya benar, tapi mereka berbeda dalam dataran persepsi. Wajah seorang model sangat cantik di depan mata telanjang, tapi akan buruk sekali di bawah mikroskop elektron yang sangat kuat. Ketika dataran persepsi itu berobah kebenaran yang dilihatnya juga berobah. 
Tengoklah kepada cahaya yang dapat dilihat. 
  • Sir Isaac Newton berkata, "Cahaya bergerak dalam garis lurus." 
  • Albert Einstein, dengan quantum teorinya, memproklamirkan kepada dunia, "Cahaya bergerak dalam pola gelombang." 

Sekarang kita mempelajari keduanya, teori Newton dan Einstein mengenai cahaya dan menggunakannya untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pada satu sisi cahaya adalah satu gelombang tetap dalam gerakan, dan pada sisi lain cahaya yang sama itu terbuat dari partikel-partikel independen dalam gerakan. 

Memeriksanya lebih jauh, cahaya itu adalah satu radiasi elektromagnetik dalam jarak panjang gelombang (range wavelength) termasuk infra merah, cahaya ultraviolet dan cahaya yang dapat dilihat, dengan kecepatan kurang lebih tiga ratus miliar meter per detik bila ia berjalan dalam ruang hampa. Tanpa persepsi dualitas tindakan tidak mungkin. Kita dapat memahami (perceive) dunia ini hanya karena dia adalah satu seri dari dualitas yang bertentangan (rwa bineda). Manusia hanya dapat bertindak dalam satu lingkungan subyek-obyek. 

Menurut Taoisme, Satu Yang Mutlak itu (the Absolute One) menjadi dua dalam ciptaan. 

I Ching atau Buku tentang Perobahan dari China yang terkenal itu, melihat alam semesta ini sebagai Yin dan Yang atau laki-laki dan wanita. 
  • Yin adalah kekuatan phisik dan emosional, 
  • Yang adalah kekuatan spiritual atau intelektual. 
Mereka sesungguhnya adalah dua aspek dari satu kekuatan absolut, sama seperti kutub utara dan selatan dari sebuah magnet. Pengikut Tao mencoba untuk memperoleh keseimbangan yang wajar antara Yin dan Yang. Dikatakan bahwa pemuka awal dari sistem pasangan (binary system) yang terkenal itu, Orang Jerman jenius Gottfried Wilhelm Leibniz, dalam tahun 1666 meletakkan dasar dari komputer elektronik modern berdasarkan atas ide-ide yang ia terima dari I Ching mengenai Yin dan Yang. Menurut dia, "satu" mewakili Tuhan, "nol" mewakili kosong (void), dan dari satu ke kosong segala sesuatu datang sama seperti satu dan kosong dapat menjelaskan ide-ide matematika. 
Jadi dalam sirkuit-sirkuit yang terintegrasi dari komputer modern, kita dapat melihat sistem Advaita dan Dvaita. 
Dengan menjaga tombol mocroscope eletronik pada sebuah komputer modern dalam posisi "on" atau "off", mewakili satu dan kosong, manusia sesungguhnya telah menciptakan satu dunia impian. Semua masalah-masalah rumit dunia ini oleh sebuah komputer elektronik hanya dilihat sebagai posisi "nol" dan "satu", sebagai "off" dan "on" dari sejumlah besar nomor tombol. 

Ini kedengaran mengagetkan pikiran, tapi itulah sesungguhnya kebenarannya. Aku harap dengan contoh-contoh di atas akan sangat mudah untuk memahami mengapa philsafat Advaita dan Dvaita mempunyai posisi penting yang sama bagi orang Hindu. Dan lagi, tidak ada pemisahan yang ketat antara aliran philsafat. 

Adi Sankaracharya sendiri menulis beberapa puisi bhakti untuk bentuk-bentuk Tuhan yang berbeda. Sama seperti Taoisme, Adi Sankara tidak menolak dunia materi atau kehidupan yang biasa, tapi meminta para pengikutnya untuk mengunakan dunia materi dan kehidupan biasa itu mengatasi (transcend) dunia materi itu. 

Doktrin Maya, yang telah banyak sekali ditulis oleh Adi Sankara, tidak menyatakan bahwa dunia ini tidak nyata tapi bahwa persepsi kita mengenai dunia ini salah. Persepsi kita mengenai dunia ini adalah relatif, tergantung atas waktu, ruang dan penyebab (causation). Kata Maya biasanya dijelaskan oleh orang-orang suci Hindu sebagai "peniadaan" (negation) dan "karena itu ayo hentikan semua tindakan." Penjelasan semacam itu sangat jauh dari kebenaran dan melawan semua ajaran Bhagawad Gita. 

Kata ilusi berasal dari bahasa Latin yang berarti "memainkan permainan" (to play the game). Jadi kita tidak dapat menghentikan tindakan sampai tindakan secara alamiah berhenti dalam hidup kita atau sampai kita melihat "tidak-bertindak dalam tindakan dan tindakan dalam tidak-bertindak" (inaction in action and action in inaction) seperti dijelaskan dengan panjang lebar oleh Bhawagad Gita. 

Kepada sebagian orang filsafat Advaita akan menarik dan kepada sebagian yang lain philsafat Dvaita akan menarik sesuai dengan sifat-sifat individu mereka masing-masing. Secara pribadi, aku merasa kedua philsafat ini merupakan bagian tak terpisahkan dari satu philsafat besar, seperti kutub utara dan kutub selatan dari sebuah magnet. Kedua philsafat ini membantu agama Hindu untuk secara sungguh-sungguh mengeksplorasi wilayah-wilayah tak dikenal dari hidup kita. (Masih ada lanjutannya, satu kali lagi)

 

APAKAH ANDA MENYIMPULKAN, AYAH, BAHWA ADVAITA MUNGKIN BENAR TAPI BAHWA DVAITA ADALAH SISTEM YANG DAPAT DIPRAKTEKKAN?

Aku kira aku telah menjelaskan hal itu. Anyway, mari kujelaskan sekali lagi. Bila kamu melihat philsafat Advaita dan Dvaita sebagai dua philsafat yang berbeda, maka Advaita adalah Kebenaran Mutlak. Tapi bila kita hidup dalam satu dunia hubungan subyektif - obyektif, kita dipaksa bertindak dibawah prinsip-prinsip Dvaita. Bahkan Sankara sendiri tidak sama sekali menolak prinsip-prinsip Dvaita, seperti ditunjukkan oleh contohnya yang termashur mengenai "tali dan ular" dalam komenternya atas Karika Gaudapada. 

Seorang manusia yang melihat seutas tali sebagai seekor ular dalam kegelapan dipaksa mengalami stres mental karena harus menghadapi seekor ular. Kemudian, ketika ia menemukan bahwa ular itu sesungguhnya hanya seutas tali, ia mungkin akan berpikir betapa bodohnya dirinya. Tapi tak seorangpun dapat menyalahkan orang itu karena melihat tali sebagai ular dalam kegelapan. Seseorang mengalami mimpi melihat seekor harimau mengejarnya. Dalam mimpinya ia mencoba lari dari harimau itu. Tanpa bergerak seincipun dari tempat tidurnya, ia merasa lari bermil-mil jauhnya melalui hutan onak-duri, tapi ketika ia tiba-tiba terbangun ia berkata kepada dirinya sendiri, "ini hanya mimpi." Pengalaman menyedihkan yang ia alami dalam mimpi tiba-tiba hanya menjadi suatu kebodohan ketika ia bangun. 

Menurut Adi Sankara, kita akan merasakan hal sama mengenai dunia materialistik ini ketika kita bangun dari mimpi materialistik ini. Pada saat yang sama, semua dari kita harus berjuang di dunia dualitas ini sepanjang kita melihat dunia ini sebagai dualistik dalam sifatnya. Berteriak-teriak mengenai Advaita tidak akan membuat kita menyadari kesatuan kita dengan alam semesta ini. Tapi, bersama Sankara, banyak sekali guru-guru telah menyatakan kemampuan mereka untuk melihat dunia ini sebagai Advaita - satu kesatuan (one entity). Para santo sufi adalah contoh sempurna. Bila kamu mencari, akhirnya kamu akan mencapai keadaan dari para Sufi itu dan Adi Sankara.

1 komentar:

  1. Om Swastyastu 🙏😇🙏😇

    Ampure sedurungnyane pak, mohon izin bertanya, pernah saya baca sejarah Adhi Shankara katanya berhasil mengalahkan filsafat Buddha terbukti dari menang debat dengan para biksu Buddha zaman itu

    Namun saya sendiri sebagai orang Hindu Bali di Bali meragukan hal tsb, meskipun di artikel tertulis Adhi Shankara mengalahkan filsafat Buddha,namun sebelum artikel tsb mengklaim dengan mengatakan Adhi Shankara menang debat dengan para biksu sehingga dikatakan Adhi Shankara berhasil mengalahkan filsafat Buddha, maka beberapa hal yg sebagai pertanyaan adalah
    1. Apakah agama bisa diperdebatkan sampai tuntas??

    Sebab kemaren saya dialog sama nitizen org Bali Hindu spiritualis juga beliau mengatakan bahwa agama tidak bisa diperdebatkan, meskipun dalam sejarah AA Panji Tisna raja Buleleng masuk Kristen karena kalah debat dengan para Zending atau raja Kutai masuk Islam karena kalah debat dengan ulama dari Bugis, namun raja2 tsb pindah agama tsb katanya bukan karena kalah debat tapi karena sraddhanya lemah mungkin karena pengetahuan agama hindunya kurang, berarti biksu2 Buddha zaman Adhi Shankara bukan kalah debat donk pak? Tapi karena mungkin biksu Buddha zaman Adhi Shankara kurang menguasai agamanya dengan baik dan mungkin sraddhanya lemah sehingga dikatakan kalah debat dengan Adhi Shankara, padahal sebenarnya dari segi ajaran Buddha dan filsafat Buddha sebenarnya tidak pernah kalah dengan Adhi Shankara, bukankah begitu pak?

    2. Di India zaman Adhi Shankara, karena Adhi Shankara menang debat sehingga kemudian ada klaim bahwa Adhi Shankara mengalahkan filsafat Buddha, padahal sebenarnya biksu yg berdebat dengan Adhi Shankara tsb kurang menguasai agamanya dan mungkin sraddhanya lemah dan kurang baik dalam berargumen sehingga kalah debat, namun filsafat buddhanya sejatinya tidak pernah kalah, mungkin ya pak?

    Sebab zaman Hindu-buddha di Nusantara dulu, para MPU Nusantara juga pernah mencoba mendebatkan Siwa dan Buddha, dan debat pun berlangsung sangat lama apa hasilnya?

    Hasilnya adalah tidak ada menang dan kalah ibaratnya seperti angka 6 dilihat dari 2 sisi, dibilang 6 juga benar, dibilang 9 juga benar , sehingga darisana lahirlah kitab Sutasoma yaitu Siwa dan Buddha memang berbeda, namun tidak ada Dharma yang mendua

    Bhinekka Tunggal Ika Tan Hana Mangruwa

    Istilahnya seperti itu

    Sebenarnya memperdebatkan agama bukanlah hal yg mudah,

    Klo debat sains misalnya medis, misalnya debat metode A dan metode B dalam menangani kasus sakit punggung, bisa saja debat tsb terjadi sangat sengit dan saling menguatkan argumennya, namun setelah lama berdebat, ya untuk membuktikan menang atau kalah ya bisa dilakukan uji coba dengan metode A dan B mana yg hasilnya lebih efektif dalam menangani sakit punggung dan selesai sudah

    Nah sekarang klo agama yg berdebat, asyik berdebat, ujung-ujungnya akan kewalahan dan susah dalam membuktikan ajarannya
    Misalnya gimana cara membuktikan surga dan neraka itu ada dan surga dan neraka agama siapa yg paling benar? Gimana cara buktikannya?m

    Kan susah jadinya ya klo seperti itu

    Kurang lebih seperti Nike pak

    Ampure sedurungnyane bila tyg Wenten salah paham🙏 mohon dikoreksi kembali 🙏😇 nilai-nilai

    Yakti Kenten nggih pak???

    Ampure sedurungnyane yeninh Wenten sane kurang berkenaan

    Ampure sedurungnyane yenning Wenten tyg sane salah paham, mohon diluruskan kembali 🙏🙏

    Mohon pencerahannya

    Mohon pencerahannya 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏😇

    Suksma

    Suksma

    BalasHapus