Google+

Citra - AM I A HINDU

berikut adalah lanjutan resume dari buku 

AM I A HINDU ( Apakah Saya Hindu ? ) 

dimana dibawah ini dijelaskan tentang "Citra" buku ini di tulis oleh Ed. Viswanathan (Diterjemahkan oleh NP Putra) 

 

AYAH, APAKAH AGAMA HINDU MENDORONG PENYEMBAHAN PATUNG? 

Untuk memulainya, kitab-kitab suci Hindu tidak merekomendasikan pemujaan sebuah patung sebagai Tuhan. Sebagaimana dikatakan oleh philsuf Jerman Mac Muller, "Agama Weda-Weda tidak mengenal patung." Sesungguhnya, kitab-kitab suci dengan jelas menyatakan bahwa sebuah patung bukanlah pengganti Tuhan, tapi hanyalah sebuah sarana untuk membuat pikiran berpikir tentang Tuhan. 


Sebuah patung di Pura persis sama dengan salib yang ada di Gereja. Keduanya membantu manusia untuk memusatkan pemujaannya kepada Tuhan. Lagipula, agama Hindu dengan jelas menyatakan bahwa pemujaan secara mental / batin lebih tinggi dari pemujaan citra (patung atau gambar), tapi semua pemujaan dimulai dengan citra. Orang-orang biasa tidak dapat memahami sesuatu yang tanpa bentuk. 

Dalam setiap agama, Tuhan dipuja dengan berbagai bentuk. Agama Hindu mempunyai keberanian untuk mengakui ini kepada dunia. Dalam Raja Yoga, bagian ilmiah dari agama Hindu, Tuhan dipandang sebagai energi murni. Dalam bagian ini, tidak ada pernyataan Tuhan dengan bentuk. 

Dalam Upanishad, Tuhan dijelaskan sebagai Neti, Neti, artinya, "Bukan ini-bukan ini." Bahkan Bhagawad Gita menyatakan, "Orang-orang bodoh karena tidak mengetahui hakikat transedentalku yang tidak berobah mengira bahwa aku, yang tak-termanifestasikan, dilengkapi dengan sebuah yang bentuk yang termanifestasi." 

Jadi sekalipun Tuhan abadi dan tanpa bentuk, sama sekali tidak ada salahnya dalam memuja Dia dengan bentuk. Pada kenyataannya banyak orang suci, para santo, termasuk mendiang Sri Ramakrishna Paramahamsa, percaya bahwa konsep Tuhan berpribadi (Ishta Dewata, personal God) sangat berguna dalam penyucian-diri (self-purification).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar