Google+

Ida Wang Bang Manik Angkeran berjumpa Ki Dukuh Murthi

Ida Wang Bang Manik Angkeran berjumpa Ki Dukuh Murthi

Diceriterakan sekarang, pada suatu hari. Ida Sang Pendeta Danghyang Bang Manik Angkeran berjalan menuju ke arah barat laut, ke arah tempat kediaman Ki Dukuh Murthi.

Tidak diceriterakan di jalan, sampailah beliau di hutan Jehem, kemu­dian, menuju Padukuhan, dan berjumpa dengan Ki Dukuh Murthi. Keduanya kemu­dian berbincang-bincang mengenai mertua Sang Pendeta yakni Ki Dukuh Belatung yang sudah moksa.

Ki Dukuh Murthi memang bersaudara dengan Ki Dukuh Belatung.

Pada saat itu Ki Dukuh Murthi memiliki seorang anak wanita yang sangat cantik ber­nama Ni Luh Canting.
Putrinya itu dipersembahkan oleh Ki Dukuh kepada Sang Pen­deta, sebagai haturan utama yang tulus iklhas, bukti besar bhaktinya Sang Dukuh kepada Sang Pendeta, sebagai pengikat hingga kelak di kemudian hari.

Beliau Sang Pendeta sangat mencintai dan mengasihi Ni Luh Canting, serta bertemu cinta didasari rasa kasih sayang yang suci. Namun karena ada pekerjaan yang sangat mendesak, serta didatangi oleh warga desa-desa Iain untuk memberikan pelajaran pengetahuan keagamaan, tergesa-gesa beliau meninggalkan Ni Luh Canting untuk melanjutkan perjalanan memberikan petuah kepada warga desa-desa Iainnya.

Ni Luh Canting kemudian hamil, dan Iama-kelamaan melahirkan seorang putra yang tampan, diberi nama Sira Agra Manik. Belakangan Sira Agra Manik kembali ke Besakih, sehubungan dengan pesan ayahandanya untuk mengatur Lawangan Agung.

Dengan demikian Ida Danghyang Bang Manik Angkeran memiliki putra empat orang, yakni:

  1. Ida Bang Banyak Wide, 
  2. Ida Bang Tulusdewa, 
  3. Ida Bang Wayabiya dan 
  4. Sira Agra Manik, 
yang keturunannya kemudian bernama Catur Warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar