Google+

Jro Dalang Sukawati

Jro Dalang sukawati

Jro Dalang Darsana dari Sukawati
merupakan sebutan bagi dalang wayang kulit yang berasal dari daerah sukawati.
dahulu, dalang yang terkenal di tanah sukawati adalah ki Dalang Tangsub. yang terkenal dengan kehebatan seni pedalangannya serta ilmu kawisesan kesaktiannya, tetapi sejarah beliau jarang ditemukan tulisannya.

Sejarah Wayang di Bali

Kesenian wayang di Bali yang diwarisi hingga kini merupakan salah satu kesenian yang sudah muncul sejak dulu. Boleh jadi, kesenian wayang merupakan kesenian yang sudah tua sekali.

menurut Dosen Jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Drs. I Gusti Seramasara, M.Hum dalam tulisannya yang berjudul “Sejarah Pewayangan di Bali: Sebuah Renungan” di jurnal seni budaya Mudra No. 9 Tahun VIII September 2000 menyebutkan wayang sudah menjadi salah satu kesenian di Bali sejak zaman Bali Kuno. Ketika itu, wayang disebutkan dengan kata parbwayang atau arringgit.


Mengenai kata parbwayang termuat dalam prasasti Bebetin yang diperkirakan berangka tahun Saka 818 (896 Masehi). Sementara mengenai kata arringgit ditemukan pada prasasti Dawan yang diperkirakan dikeluarkan pada tahun Saka 975 (1053 Masehi) serta dalam prasasti Blantih yang berangka tahun Saka 980 (1058 Masehi).

Kendati pun diketahui wayang di Bali sudah menjadi salah kesenian khususnya seni tontonan sejak zaman Bali Kuno, namun belum bisa dipastikan bagaimana bentuk bentuk atau pementasannya. Ada yang menyatakan asal mula bentuk wayang di Bali, tetapi masih berupa dugaan-dugaan. Budayawan I Gusti Bagus Sugriwa pernah mengungkapkan bentuk wayang di Bali berawal dari pratima. Pratima itu kemudian berkembang menjadi parba atau lukisan wayang yang menceritakan mengenai para leluhur yang ditampilkan di dinding hulu bale piyasan. Dari parba inilah yang kemudian dikembangkan menjadi wayang.

Karena masih berupa dugaan-dugaan, hingga kini sejarah wayang di Bali masih belum jelas benar. Kendati pun dalam sejumlah prasasti disebutkan istilah parbwayang yang berarti tetapi bentuknya secara pasti belum pernah terungkap.

Begitu juga jika hendak menelusuri kapan lahirnya kesenian wayang di Bali. Hingga kini hal itu masih menjadi perdebatan di antara para ahli atau pakar. Kendati pun ditemukan data yang mengungkapkan sejarah wayang di Bali, tetapi data tersebut masih juga belum bisa final sekali.

Akan tetapi, jika dicermati keberadaan kesenian wayang Bali mirip dengan kesenian wayang Jawa. Hal itu menyebabkan banyak para ahli yang menyebutkan wayang di Bali berasal dari Jawa. Pasalnya, pada zaman Bali Kuno, begitu juga zaman Gelgel, Bali dan Jawa berhubungan erat. Bahkan, banyak kebudayaan Jawa yang kemudian dilestarikan di Bali.

Di Jawa, kata ringgit yang berarti wayang ditemukan pada kekawin Arjuna Wiwaha yang ditulis Mpu Kanwa pada zaman Airlangga, sekitar tahun 1019-1042. Dalam kekawin itu disebutkan pada masa itu wayang menjadi pertunjukan yang sangat memesona. Banyak penonton yang terbius meskipun tahu yang disaksikan hanyalah kulit yang diukir menyerupai bentuk orang dan dimainkan oleh seorang dalang.

Namun, menurut Dr. W.H. Rassers dalam bukunya, Over den Orsprong yang dikutip I Gusti Seramasara dalam tulisannya menyebutkan, sekitar abad ke-3 di India sudah ada pertunjukan wayang yang mirip dengan pertunjukan wayang di Bali dan Jawa. Karena itu, pertunjukan wayang di Bali dan Jawa diduga mendapat pengaruh dari India

Lontar Dharma Pawayangan sebagai dasar aturan menjadi Dalang Wayang

Ada beberapa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang dalang sebelum ia mulai ngewayang, mulai dari membersihkan diri seperti membersihkan kaki, tangan, lidah, wajah, badan, kepala dengan air dan mantra, serta membersihkan pakaian yang dipergunakan dengan mantra. Selanjutnya dalang sembahyang di merajan dengan menggunakan bunga memohon doa restu kepada Ida Sang Hyang Widhi agar diberikan tuntunan, selanjutnya bunga tersebut diletakkan dikepala.

Seorang dalang tidak boleh memakan makanan yang mengandung pupusuh seperti usus, limpa, ati dan lain sebagainya, namun jika ia tidak mengetahui bahwa makanan itu mengandung pupusuh maka hal itu dibenarkan. Selanjutnya dalang pun mulai ngewayang sesuai dengan runtutan ngewayang.

menurut Tutur Purwa Wacana (Dharma Pawayangan) diuraian tentang kewajiban atau syarat seorang dalang dalam menekuni dunia pewayangan, adapun peralatan dalam pergelaran wayang seperti kelir, kropak, dan sebagainya, yang dihubungkan dengan dunia mikrokosmos (bhuwana alit) sang dalang. Disebutkan juga mantra-mantra pengeger agar pihak penonton tertarik hatinya, mantra-mantra penyimpanan wayang, brata seorang dalang, mantra sehabis ngwayang, dan tetulak lengkap dengan mantranya, agar terhindar dari marabahaya.

dalam Dharmaning Pawayangan (Sanghyang Kencana Widhi) berisi uraian tentang perlengkapan/sarana pewayangan berikut lambangnya masing-masing, seperti: batang pohon pisang sebagai tanah, kelir sebagai langit, lampu sebagai surya; dan wayang sebagai manusia, disertai mantra-mantra. Dilanjutkan dengan mantra-mantra: pengeger, mantra kayon, mantra segeh, bebayon, panyampi dan lain-lain. terdapat  pula keterangan tentang hal-hal yang harus dipahami oleh seorang dalang, antara lain: sangut, delem, mredah, twalen, dilengkapi dengan tempat, warna dan sabdanya masingmasing. Disebutkan juga peranan Aji Kembang bagi dalang kaitannya dengan penyudamalan (pangruwatan), sarana dan mantra pangalup, diakhiri dengan Aji Pangebek Bhuwana.

Jro Dalang di Sukawati

Para penikmat kesenian wayang tentu sudah tidak asing dengan dalang Wayan Wija yang terkenal dengan Wayang tantrinya, begitu juga dengan dalang Wayan Nartha. Juga tempat kelahiran dalang Nyoman Granyam yang terkenal pada era Presiden Soekarno dimana tahun 1962 beliau mengundang dalang Granyam mementaskan wayang di sebuah Puri di Ubud dengan lakon Sutasoma, di saat itu Presiden Soekarno ingin menyelami semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma untuk dijadikan sebagai pemersatu Bangsa Indonesia.

Selain itu terdapat pula almarhum seniman gender wayang terkenal yang bernama Wayan Loceng yang mana anaknya yang bernama Ketut Sukayana dan Wayan Nik Suprapto meneruskan suksesi orang tuanya. Dan tak lupa saya sebutkan Nyoman Ganjreng yang merupakan keturunan dari Dalang Granyam. Mungkin anda sudah familiar dengan Wayang Cenk Blonk dengan dalangnya bernama Wayan Nardayana dari Desa Belayu Tabanan, beliau ini pernah belajar seni pedalangan dari dalang Wayan Nartha.

adapun salah satu dalang muda yang masih memegang teguh pakem wayang sukawati yang terkenal itu adalah jro dalang ketut darsana yang berasal dari banjar babakan desa sukawati dan jro dalang balik gunadi yang berasal dari desa batuyang, arah barat desa guwang sukawati.

Mantra Dalang Wayang Kulit

mantra ini diperoleh dari Nyoman Hartanegara, seorang dalang wayang Bali (generasi muda, tinggal di Tabanan - Bali) membaca pustaka berjudul KAMA and KALA karya C. Hooykass terbitan North-Holland Publishing Company-Amsterdam, London-1973.
Di halaman 144 dia membaca uraian tentang “Mantra (Dalang Jawa) Ketika Akan Mendalang”, tertarik dan dia menyalinkannya dengan maksud berbagi serta mengirimkannya ke Admin. Di bawah ini Admin menampilkan salinan tersebut dan menambahkan terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia. Hooykaas menyitir buku Najawirangka yang terbit sekitar 1956, jadi sitiran C. Hooykas masih memakai bahasa Jawa ejaan lama.

Salinan dari C. Hooykaas :
The use of mantra preparatory to a dalang’s performance, is not unknown in Java, though I have only come across these MANTRAN MANAWI BADE NDALANG in “Pedalangan I-II” by M. Ng. Najawirangka, published by Tjabang Bagian Bahasa Jogjakarta, Djawatan Kebudajaan Kementrian P.P dan K (no year, 1956 or 1957), page 67:

1. Bade mangkat saking grija:
(ejaan baru : Badhe mangkat saking griya.)
Ind : Ketika dalang akan berangkat dari rumah.
Hong sing lelembut padanjangan sira ing (grijaning dalang) kang gageder, kang samara desa, bijang babo kabujutan, Allah rewang-rewangana aku; katakana sasedyaku katurutana sakarepku,umat lanang umat wadon andedulu menjang aku, teka demen, teka asih. Asih-asih saking karsaning Allah, jahu Allah, jahu Allah, jahu Allah. ( ndjedjeg siti kaping tiga kalijan megeng napas).

2. Dumugi panggenaning ndalang:
Ind : Ketika dalang sampai di tempat mendalang.
Kados ing inggil, angka 1 kaot (….kampung panggenanipun ndalang).
Ind : seperti nomor 1 di atas hanya lafal yang di dalam tanda kurung diganti dengan lafal nama kampung tempat mendalang.

3. Gangsa wiwit talu:
Ind : Ketika karawitan / gamelan mulai dibunyi gendhing talu ( Admin : serangkaian gendhing yang dimainkan sebelum pentas wayang kulit dimulai ).
Sang Naga-bumi sirahing bumi, jahu Danjang ing kene rewang-rewangana aku, adja pati bubar kang pada nonton, jen during wisan nggonku ndalang. (Ndjedjak siti 3X kalijan megeng napas, kengin kalijan linggih kemawon).

4. Ngungalaken blentjong :
(ejaan baru : Ngungalacen blencong.)
Ind : Ketika dalang memeriksa blencong ( Admin : lampu minyak tergantung di depan layar untuk menerangi layar. Posisinya di atas dalang, se-gayuhan tangan dalang ketika dia duduk mendalang. Saat ini fungsi blencong digantikan lampu listrik. Bagaimana pun dalang selayaknya memeriksa posisi, arah sinar dan sebagai nya. … Jangan kesetrum … he3. ).
Hong sing Sanghjang SuksmaPurba Djatining Tunggal. Sanghjang Nurtjahja urub ing dammar, mrabani sabuwana, teka kedep teka lerep, teka welas teka asih, wong sataruppada ndedulu marang badan saliraku.

5. Bade njempala kotak sapindah, sasmita ungeling gangsa djedjer :
(ejaan baru : Badhe nyempala kothak sapindhah, sasmita ungeling gangsa jejer.)
Ind : Ketika dalang akan pertama kali memukul kotak dengan cempala, isyarat kepada nayaga untuk berangsur pindah memainkan gendhing jejer / adegan pertama.
Gunung linggihku, petak lindu prabawanku. (Ndjedjak siti 3X kalijan megeng napas, kalijan linggih, kasasaban gelaren inggih kenging).

6. Mbedol kajon, mbekuk putjukipun :
(ejaan baru : Mbedhol kayon, mbekuk pucukipun.)
Ind : Ketika dalang mencabut kayon, memegang pucuk kayon serta perlahan sedikit menekuknya.
Hum an gung kung awakku kadya gunung, kulkul dingkul rep-rep-sirep sabuwana, teka kedep teka lerep, teka welas teka asih, asih-asih saking karsaning Allah.

Mantra dan Ritual Pedalangan menurut Adat Bali

berikut ini PAKEM PEWAYANGAN yang umum digunakan oleh para dalang di bali, begitu juga yang dijalankan oleh para jro dalang sukawati. berikut ini urutan Pakem Wayang Sukawati:

Jagi Pacang Ngewayang
Bersihin angga sarira : Ngukup muka antuk asep
Mantra : Ong seri guru jagat papebyonamah swaha

Matirta, maketis ping tiga
Mantra : 
Ong Budha maya pamitr ya namah
Ong Dharma maha tirtha ya namah
Ong Sang Hyang Maha ya namah

Nginum ping tiga
Mantra : 
Ong Brahma Pawaka ya namah
Ong Wisnu amretha ya namah
Ong Iswarednyana ya namah

Meraup ping tiga
Mantra : 
Ong Ciwa hampurna ya namah
Ong Sadha Ciwaparipurna ya namah
Ong Prama Ciwa ksama purna ya namah

Masekar, Mantrain sekare rihin
Mantra : 
Ong Ang Ung Mang Yang patanamah swaha

Raris genahang sekare ring duur utawi ring karna
Mantra : 
Ong muryam

Wus punika Uncaran Gelaran Pemargi
Mantra :
Pakulun Sanghyang Prama Wisesa ngeraksa sabda, Sanghyang Guru Wisesa ngeraksa idep, Wisnu Wijaya ngeraksa Bayu, tan karesya dening satru, Kala kroda punah, sarwa senjata piyak,asing galak manuh, teka sepi sunya, sirep, Jeng Ah. Pukulun Sanghyang Panca Pandawa, umasing akasa, Nakula Sahadwa ring tekepan kalih, Arjuna ring Lontar, Dharmatanaya ring Sastra, Bima ring kelaming lontar, uripa pageh lila Nirwigna Parama Sakti, Ong Ang Mang Ung Ong.

Uwus punika wawu manuju linggih Taksu ngaturang pakeling, ngastawa ring Ida Sanghyang Tiga Wisesa, Sahe Ki Dalang ngaturang sembah, sampun puput raris memargi manuju umah sang ngaturin.

Tiba Ring Umah Sang Ngaturin

Tiba ri pamesuan Ki Dalang mandeg saha natabang irung, yan dres angsengan kiwa, suku kiwa tindakang rumuhun, yan dres angsengan tengen suku tengen tindakang rumuhun, yan sama dresnya mahancogan raris rumaku. 
Ri sampune rauh ring umahnye, saderenge malinggih uncarang mantra : Ong Kama Jaya Wusprapta

Manuju Genah Ngewayang
Damare kanyitin antuk I katengkong, sampun endih Ki Dalang sareng medal ring damar manuju genah ngewayang.

Ring Genah Ngewayang
Ki Dalang melinggih ngarepin Kelir, gender raris metabuh ngangge gending Cecek magelut/Sekar Gindot.
Ki Dalang ngukup muka antuk asep, 
mantra : Ong seri guru jagat pebyonamah swaha. 

Ngelarang Peranayama. Wus punika ngambil dupa 
mantra : 
Ong Dupastra Ya Namah, Ong Agenirudre Jwaline Ya Namah, ngincepang Sanghyang Tigawisesa, Pukulun Sanghyang Tiga Suksma, Sanghyang Guru reka ring hidep, Sangyyng Saraswati ring canteling lidah, Sanghyang Kawiswara ring Wayang ning sabda.

Raris metabuh toya, arak, berem, 
Mantra : 
Ih Kaki Sang Buta Mangan Mantra, Nini sang Buta Antera-antera, muang sang Buta Kala Dengen, aturane sesari ning ulun ring Ida Sanghyang Saraswati, sira tinanggupa, ndan ingsun wahane ingsun kasidian ku, poma.

Wus Punika ngaturang segehan, 
Mantra : 
Ang, Ang Sanghyang Tiga Wisesa manusa hira angaturaken tadah saji aminta kreta anugeraha sidining mantera, Ang, Ang.

Raris ngantebang Daksina, 
Mantra : 
Pukulun Batara Wisnu malingga haneng sesantun, hinggulun kayogianen, betara Guru asung panugerahan, saluiring pinuja dening ulun, purna jati tan pamiruda Ong sidirastu tatastu rastu.

Raris Nguncarang Mantra Tunggal
Ong Ang Ung Mang Suksma yogi prayojanem sudha Ya Namah.

Puput punika tampedang upakara punika, genahang ring langgatan samping ngwayang utawi ring ungkur Ki Dalang taler kangkat genahang.

Pasikepang Ngwayang serana : Lekesan Pangan saking muncuk, 
Mantra : 
Pukulun Sanghyang Tunggal, Amasanganaguna Kasemaran, Butha Asih, Leyak Asih, Jadma manusa asih, Dewa Betara Asih, teka patuh ingkup, teka asih, Ung antara, pantara, sarwa asih, manembaha, lila suksma Ya Namah Swaha, Ang, Ah.

Ngusap dada ping tiga, 
Mantra : 
Nini Hyang ngasemari, Kaki Hyang ngasemara undangan manusanira kabeh, anon ingsun angringgit, asing anulu teka, nangis, teka rene, teka rene, asih tana pasah sidi swaha ya wong.

Dudonan Ritual Ngewayang

Nebah Keropak Ping Tiga
Tetabuhan gender sampun rauh ring pamungkah Ki Dalang raris nebah Keropak ping tiga,
mantra pamungkah : Atangi Sanghyang Samirana Angringgit Ya Namah Cwaha.
Raris tekep Kropak genahang ring tengen anggen tatakan wayang sane tengen.

Ngambil Wayang sane pinih rihin
Wus Punika ambil wayang sane pinih si duur, 
mantra : 
Ang Ung Mang Prayojanem lila sudha ya namah. Lanturang ngambil wayang pamurtian, sane patut ring kiwa, miwah ring tengen mangda anut genah ipun, sarwi nyantosang tabuh gender ulungan cepala sane pinih rihin.

Ulungan cepala pinih rihin
Keletakan cepala ping lima anut ring tabuh gender, raris kasambung antuk keletakan ngereceb, nyelah, mangda tabuh gender ka alit, katinut antuk penyambung kaletakan ngereceb, pinih ungkur, keletakan apisan angsel gender.

Ngilak Kekayonan
Ki Dalang ngambil wayang kekayonan, agem ring ungkur damar, saha nguncarang mantra
Atangi Sanghyang Jati Swara, Sanghyang amangkurat, duduten wong kabeh, teka resep, purna, teka purna, teka purna. Uwus uncaran punika cepala keletakan ngereceb, wangsit ngangsehan gender. Keletak ring ungkur nyelah tabuh gender nyalit ke ageng, raris kekayonan medal.

Kekayonan munggah tedun kiwa tengen pademapisan, ngambil angsel taler pademapisan, raris melpel kiwa tengen, ngampig kiwa tengen, saha mincerang kiwa tengen, maduluran cepala keletakan ngereceb malih angsel, munggah tedun malih pademapisan, ngampig, kaletakan apisan, angsel pamuput, kaletekan ngereres, Kekayonan ngareres. Rikala pacang nanceb Kekayonan, keletakan gabah, muwut engsong kekayonan, jantos puput matanceb.

Ngamedalang Wayang Saking Keropak
Sesampun Kekeyonan metanceb ring tengah-tengah kelir, wayang ring gedogan raris medalang, sane pacang angge nganutin lalampahan, genahang metanceb miring ring kiwa, tengen kekayonan. 
Sane tan mangge serahang ring I katengkong kiwa kalawan tengen. 
Sampun telas wayange medal saking keropak.

Ngabut Wayang sane mebatbat
Wayange sane matanceb miring ambil ngawit padamasiki kiwa kelawan tengen nyantos telas. Ring panelas ngabut Wayang sane metanceb miring punika mangda masarengang ring telas tabuh gender gending selendro punika.

Ngancit Kekayonan
Ngancit Kekayonan sarengin tabuh gender pangancit. Raris ngilakang, ngampig kiwa tengen puput ngangselang antuk cepala, keletakan apisan nyalitang tabuh gender. Kekayonan raris nyelah, keletakan mgereres, nganutin gending gender.

Alasarum
Kekayonan raris ngalasarum.
Rahina tatas kemantian umuni meredangga kala sangka ghurnitaan tara, pamuntat ceburin antuk keletakan nganutin tabuh gender pamuntat alasarum, kekayonan raris genahang.

  • Dharmawangsa : Gumuruh tekang gubarbala samuha mangkata nguwuh padha asru rumuhun, Keletakan nganut tanjek pakiring wayang. Keletakan pengalasaruman tetep ring panguwusan gending. Raris wayang Dharmawangsa tancebang ring tengen. Ambil tangan wayange makekalih pinaka nabdabang payas. Para Ratu sampun Ahyas hasalin, lumampaha hawan ratha parimita.
  • Arjuna : Narapati Yudhistira Para muka Bhimasena, Nakula Arjuna saha nara gra lumurug. Arjuna saha nyembah.
  • Twalen lan Werdah : Rasa belah tang mahitala penuh wangekrepa, riweg dedet gemerebeg. Tualen ngelantur Werdah saha nyembah,


Panyacah Parwa
Dadia ta pira pinten gati kunang ikang kala, mijil Sanghyang Sunyantara, kadi gelap tumerasah tumereping rangdu praja menala, gumeteri gatin ikang pretiwi apah bayu teja akasa lintang tranggana muang ikang surya candra. Om Rep ri sekala sahinganing Sanghyang Premana, swasta paripurna tan kacawuhing pangila-ila nguniweh tan sosot sapa wacananira phada bhatara. Mangalaning sembah ring padaning sira Hyang. Mijil Sanghyang Ringgit Yata Molah Cara wetinuduh denira Sanghyang Pramakawi nuni weh Sanghyang Guru Reka. Paran risapretingkah ira apan riwus sampun jangkep pangekan ira Sanghyang Asta Dasa Parwa, ripangiket ira Bhagawan Khresna Dwipayana. Saksana mijil Sanghyang Kwiswara Murthi, tansah amunggel punang tatwa carita.
Caritanan……………………..
…………………………..Samangkana
Keletakan Cepalane ping tiga maka wangsit telah penyacah. Ring ngawit panyacahe, keletakan apisan-apisan nganutin angsel ucapan.
baca juga artikel berikut ini:
demikianlah sekilas tentang Jro Dalang Sukawati beserta tuntunan ngewayang'nya. semoga bermanfaat.

6 komentar:

  1. salam hangat dari kami ijin informasinya dari kami pengrajin jaket kulit

    BalasHapus
  2. Dumogi tetap lestari kesenian wayang

    BalasHapus
  3. Mogi tetap lestari kesenian adi luhung peningaln leluhur

    BalasHapus
  4. Dumogi ajeg lan katincapang malih antuk kesenian pawayangan dening prasida ngicen piteket" kahuripan

    BalasHapus
  5. Dumogi rahayu. Tiang suka pewayangan, pengen belajar, tapi bahasa bali alus saya belum bisa full.

    BalasHapus