Google+

Bahaya memuja Guru atau Awatara

 

Bahaya Memutlakkan Guru atau Avatāra sebagai Jalan Tunggal

Saat Jalan Dipersempit, Mokṣa Menjauh

Banyak sekte modern—termasuk Hare Krishna dan pengikut Sai Baba—mengajarkan bahwa hanya melalui satu nama, satu guru, atau satu avatāra, seseorang bisa mencapai mokṣa. Mereka berkata:

  • "Tanpa berjapa Hare Krishna, kamu tidak akan bisa bebas."

  • "Sai Baba adalah Viṣṇu yang turun di zaman Kali. Ikutilah dia, maka kamu selamat."

Inilah penyempitan spiritual yang berbahaya, karena memutlakkan jalan, lalu mengklaim monopoli keselamatan. Ini bukan hanya menyesatkan secara teologis, tapi bertentangan langsung dengan Sruti, Bhagavad Gītā, dan esensi Vedānta.


Sruti Tidak Pernah Menyebut Nama atau Guru Tertentu

Dalam ratusan Upaniṣad, kita tidak akan temukan:

  • Nama Kṛṣṇa, Rāma, atau Sai Baba sebagai syarat keselamatan

  • Perintah untuk bergantung pada japa nama tertentu

  • Aturan bahwa satu guru atau tokoh adalah mutlak dan tak tergantikan

Yang justru kita temukan adalah:

"tat tvam asi"Chāndogya Upaniṣad 6.8.7
“Engkau adalah Itu.”

"ayam ātmā brahma"Māṇḍūkya Upaniṣad 1.2
“Diri ini adalah Brahman.”

Jadi, jalan sejati bukan tunduk pada guru, tapi menyadari Diri sendiri sebagai Kesadaran Murni.


Memutlakkan Guru adalah Bentuk Halus Penundaan Mokṣa

Ketika kamu percaya bahwa:

  • Mokṣa hanya bisa dicapai lewat Sai Baba

  • Hanya nama Kṛṣṇa yang “valid”

  • Guru eksternal harus jadi perantara abadi...

...maka kamu sedang menunda realisasi. Kamu menciptakan jarak antara dirimu dan Tuhan, dan menyerahkan kuncimu pada tangan orang lain.

"na anyaḥ panthā vidyate ayanāya"Śvetāśvatara Upaniṣad 3.8
“Tak ada jalan lain menuju pembebasan selain mengenali Ātman.”

Bukan mengenali guru. Bukan mengikuti avatāra. Tapi mengenali Diri.


Bhagavad Gītā Pun Menolak Kultus Figur

Orang Hare Krishna sering mengutip Kṛṣṇa sebagai Tuhan mutlak. Tapi mereka lupa Kṛṣṇa sendiri berkata:

"avyaktam vyaktim āpannaṃ manyante mām abuddhayaḥ"BG 7.24
“Orang bodoh mengira Aku, yang tak berwujud, telah menjelma sebagai pribadi.”

Jadi yang mengira Tuhan hanya ada dalam bentuk Krishna adalah orang yang belum memahami kedalaman ajaran Gītā.

Lebih jauh, dalam BG 4.34, Kṛṣṇa menyuruh Arjuna:

“jñāninaḥ tattva-darśinaḥ”
“Datanglah kepada mereka yang melihat Kebenaran (Brahman), bukan mereka yang hanya punya nama dan posisi.”


Guru adalah Perahu, Bukan Pelabuhan

Dalam Vedānta, guru sejati tidak ingin disembah. Ia ingin kamu melampaui dirinya, bukan bergantung padanya selamanya.

"ācāryavān puruṣo veda"Chāndogya Upaniṣad 6.14.2
“Dia yang dibimbing guru, akan mengetahui.”

Tapi ini bukan berarti guru jadi pusat penyembahan. Ia hanya pelita, bukan cahaya sejati. Maka ketika guru dijadikan objek kultus, kamu tersesat dalam figur, bukan menuju pencerahan.


Memutlakkan Avatāra Membunuh Spiritualitas Universal

Semua tradisi spiritual besar—baik Vedānta, Buddhisme, bahkan Kristiani awal—mengajarkan kesadaran, bukan pemusatan pada figur tunggal.

Ketika kamu berkata:

  • “Hanya Hare Krishna yang benar.”

  • “Sai Baba adalah penyelamat dunia.”

...maka kamu sedang memisahkan diri dari kebenaran universal, dan menciptakan agama sektarian penuh fanatisme.

Spiritualitas bukan eksklusif. Kesadaran tidak butuh visa sektarian.


Bhakti Boleh, Guru Boleh—Tapi Jangan Dipertuhankan

Bimbingan itu perlu. Tapi jika kamu mengubah guru menjadi satu-satunya jalan, dan tokoh menjadi mutlak, kamu telah meninggalkan Veda dan Sruti.

Tuhan tidak terbatas pada satu nama, satu guru, atau satu tubuh.
Ia hadir sebagai kesadaran dalam setiap makhluk.

Jika jalanmu membuatmu semakin bergantung dan takut kehilangan tokoh atau nama,

Maka kamu sedang dijauhkan dari Tuhan—bukan didekatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar