Bhagavad Gita 11.1
Membongkar Tafsir Dogmatis atas Bhagavad Gitā 11.1: Apakah Arjuna Mengakui Krishna Sebagai Tuhan Mutlak?
Sloka Bhagavad Gita 11.1
Terjemahan literal:
Arjuna berkata: “Demi anugerah-Mu aku, telah Kaukabarkan pengetahuan tertinggi yang paling rahasia tentang adhyātma (diri yang sejati), dengan sabda-Mu itu, keillusianku telah sirna.”
Arjuna Mengakui Kṛṣṇa sebagai Pemberi Ajaran, Bukan Objek Sembahan
Sloka ini tidak menyatakan bahwa Krishna adalah Tuhan tertinggi. Arjuna hanya menyatakan rasa terima kasih karena Krishna telah membimbingnya dalam adhyātma-jñāna (pengetahuan spiritual tentang Diri/Ātman). Kalimat “moho 'yaṁ vigato mama” berarti “khayal/delusi telah hilang” , artinya Arjuna kembali kepada kejernihan dharma sebagai ksatria, bukan ketundukan secara religius.
Catatan penting : Yang dihilangkan adalah moha (kebingungan eksistensial), bukan ditukar dengan ketundukan dogmatis.
Tafsir Bhakta Hare Krishna mengandung “Eisegesis”
Apa itu eisegesis ?
Itu adalah memasukkan makna dari luar teks ke dalam teks.
Pernyataan bahwa “Krishna bukan penjelmaan, tapi sumber segala penjelmaan” adalah klaim yang diambil dari Smṛti sektarian , seperti Bhāgavata Purāṇa , bukan dari Gītā itu sendiri .
Bahkan dalam Mahābhārata , Krishna tidak pernah menyatakan secara mutlak bahwa dialah sumber Mahā-Viṣṇu , apalagi menciptakan segalanya. Yang dibahas dalam Gitā adalah Yoga, Buddhi, Karma, dan Jñāna , bukan asal-usul Tuhan.
Kṛṣṇa sebagai Guru dan Sakha, Bukan Tuhan Sembahan
Dalam banyak sloka sebelumnya (misalnya Bhagavad Gita 10.15 ), Krishna dijelaskan sebagai Puruṣa, Deva, dan Bhagavān , namun ini bisa bermakna secara fungsional , bukan ontologis. Kata “bhagavān” dalam tradisi Veda merujuk pada seseorang yang memiliki enam kekayaan , termasuk Rsi dan Mahātmā.
Bahkan Arjuna masih menyebut Krishna dengan sapaan manusia: “ Yadava , Govinda, Madhava.” Ini menunjukkan kedekatan sosial , bukan hubungan antara manusia dan dewa yang disembah.
Bentuk Semesta: Wujud Brahman, Bukan Tubuh Krishna
Ketika Arjuna meminta diperlihatkan “ Viśvarūpa ”, Krishna menjawab bahwa bukan mata biasa yang bisa melihat wujud itu. Maka diberikanlah “ cākṣuṣī divyaṁ ” (penglihatan ilahi) – artinya Krishna menjadi saluran pewahyuan , bukan bahwa tubuh Krishna itu sendiri adalah Viśvarūpa.
Lalu saat Arjuna ketakutan, Krishna menutup penglihatannya , dan kembali menampakkan wujud manusia .
Ini menegaskan bahwa bentuk semesta bukanlah bentuk sejati Krishna secara fisik , namun adalah manifestasi Brahman yang melampaui bentuk.
Upaniṣad Tidak Pernah Menyatakan “Krishna Adalah Tuhan”
Mari kita rujuk pada wahyu yang paling utama — Śruti , bukan Smṛti Purāṇa . Dalam keseluruhan Upaniṣad:
- Tuhan disebut sebagai Brahman – tanpa bentuk, tanpa nama
- Ātman adalah Diri Sejati – tak lahir, tak mati.
- Tidak ada satu pun nama “Krishna” atau sosok “manusia” yang disebut sebagai Paramātman secara eksklusif.
Contoh sloka pendukung:
🔸 nātasya kāryaṁ karaṇaṁ ca vidyate, na tat-samaś cābhyadhikaś ca dṛśyate
“Ia (Brahman) tidak memiliki karya atau alat kerja, tidak ada yang setara atau lebih tinggi dari-Nya.”
— Śvetāśvatara Upaniṣad 6.8
🔸 neti neti – “Bukan ini, bukan itu” – Upaniṣad menghindari segala bentuk antropomorfisme Tuhan.
Kesimpulan: Arjuna Menghargai Kebijaksanaan, Bukan Menyembah Sosok
Jadi, Bhagavad Gītā 11.1 menunjukkan Arjuna menghargai Krishna sebagai Guru spiritual , yang telah menyingkapkan rahasia Adhyātma – bukan menobatkannya sebagai Tuhan mutlak yang harus disembah.
Mengutip Bhagavad Gītā tanpa konteks Vedānta dan tanpa membedakan antara guru spiritual (āchārya) dengan Brahman nirākāra (Tuhan tanpa bentuk), akan menjerumuskan kita ke dalam pengultusan pribadi — sebuah penyimpangan dari jalan jñāna dan mokṣa.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar