Google+

Bhagavad Gita 11.2

 Bhagavad Gita 11.2

Bhagavad Gitā 11.2 dan 11.3: Teks dan Terjemahan

Bhagavad Gita 11.2

"Bhavāpyayau hai bhūtānāṁ śrutau vitaraśo mayā |
tvattaḥ kamala-patrākṣa māhātmyam api cāvyayam ||"

Terjemahan :
Wahai mata teratai, aku telah mendengar secara rinci dari-Mu tentang asal usul dan lenyapnya semuamakhluk, dan juga tentang kebesaran-Mu yang tak musnah.

Bhagavad Gita 11.3

"Evam etad yathāttha tvam ātmānaṁ parameśvara |
draṣṭum icchāmi te rūpam aiśvaraṁ puruṣottama ||"

Terjemahan :
Wahai Tuan Yang Mahatinggi, sesungguhnya demikianlah seperti yang Engkau uraikan tentang diri-Mu. Namun aku rindu melihat rupa-Mu sebagai Penguasa Semesta, wahai Yang Tertinggi.

Tafsir Bhagavad Gita 11.2-3

Arjuna Belum Stabil dalam Kebijaksanaan Ātma

Sloka ini menunjukkan bahwa Arjuna belum stabil dalam pengenalan Atman sebagai Brahman , meskipun Krishna telah menjelaskan bahwa semua makhluk datang dan pergi, dan Brahman itu tidak berubah. Dalam bab 2 sampai 10, Krishna sudah berkali-kali menjelaskan bahwa Yang Mutlak adalah Nirguna (tanpa bentuk).

Arjuna justru mundur ke cara pikir indrawi — “aku ingin melihat bentuk-Mu” — ini artinya ia masih terjebak dalam upāsanā (pemujaan bentuk) , bukan jñāna (pengetahuan).

Bandingkan dengan Bhagavad Gitā 2.16:
“Yang tidak nyata tidak pernah ada, dan yang nyata tidak pernah tidak-ada.”
11.3 adalah permintaan tampilan yang tidak kekal.


Konflik antara Rūpa (bentuk) vs Svarūpa (hakikat)

Krishna sudah menjelaskan dalam Bab 10 (Vībhūti Yoga) bahwa segala bentuk adalah manifestasi-Ku, namun bukan Diri-Ku sejati. Ketika Arjuna meminta untuk “melihat bentuk Tuhan”, itu berarti ia tidak paham bahwa bentuk hanyalah sarana, bukan tujuan .

Gitā 7.24
“Orang-orang yang tidak berakal berpikir bahwa Aku (dalam bentuk manusia) lah yang mutlak dan tidak dapat berubah. Mereka tidak mengerti hakikat-Ku yang tertinggi dan kekal.”


Krishna: 'Aku bukan pribadi ini'

Gitā 9.11
“Mereka yang mengira Aku (yang telah mengambil bentuk manusia) sebagai manusia biasa, tidak mengenal sifat-Ku yang lebih tinggi sebagai Tuhan dari semua makhluk.”

Sloka ini secara eksplisit menyanggah anggapan bahwa Krishna pribadi = Tuhan , melainkan Pribadi Krishna hanya sarana komunikasi agar manusia dapat menangkap ajaran yang lebih tinggi. Arjuna belum mencapai itu.


Kritik terhadap Pemahaman Hare Krishna

Sekarang kita menghancurkan argumen literal yang digunakan kelompok seperti Hare Krishna:

Kesalahan 1: Menganggap Krishna pribadi sebagai Tuhan Mutlak

Padahal dalam Upaniṣad dan Gitā sendiri, Brahman itu nirākāra (tanpa bentuk).
Krishna adalah avatara temporer dalam konteks Itihāsa. Ia tidak pernah menyuruh untuk menyembah-Nya secara fisikah, melainkan realitas yang berada di balik semua bentuk (Para-Brahman).

Kesalahan 2: Menafsirkan bentuk universal (viśvarūpa) sebagai bentuk permanen Tuhan

BhG 11.32 (kalaḥ asmi)
“Aku adalah Waktu yang maha perkasa”

Ini bukan bentuk Tuhan yang bisa disembah — ini simbol kehancuran , kefanaan, dan ketakutan. Bahkan Arjuna tak sanggup melihatnya dan meminta bentuk manusia Krishna kembali (BhG 11.45–47). Jadi bagaimana mungkin mereka menyuruh orang memuja “bentuk universal”? Bahkan Arjuna sendiri menolaknya!


Rujukan Upaniṣad & Veda Penegas Bhagavad Gita 11.2-3

Mandukya Up. 1.2

“Ayam ātma brahma” – Atman ini adalah Brahman. Tidak ada dualisme.

Bṛhadāraṇyaka Up. 1.4.10

“Aham Brahmāsmi” – Aku adalah Brahman.

Chandogya Naik. 6.8.7

“Tat tvam asi” – Engkau adalah Itu.

Artinya: kita tidak diminta untuk melihat bentuk Tuhan, tapi menyadari bahwa kita adalah kesadaran itu sendiri.


Kesimpulan dari Bhagavad Gita 11.2 dan BG 11.3

Arjuna dalam 11.2–3 bukanlah representasi cita-cita spiritual. Justru ia sedang berproses , dan masih menempel pada bentuk. Bab 11 adalah pengalaman simbolik, bukan doktrin penyembahan bentuk Krishna .

Yang patut dijadikan teladan bukan permintaan untuk melihat bentuk , tetapi transformasi Arjuna dari kebingungan menuju kebijaksanaan non-dualistik di akhir kitab — saat ia berkata:

“Nashto mohah smritir labdhā” (Bhagavad Gita 18.73)
“Kebingunganku telah hilang, dan ingatanku telah kembali.”

Inilah bentuk pencerahan. Bukan dengan memuja Krishna sebagai manusia atau Tuhan pribadi, tapi mengenal Atman sebagai Brahman .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar