Menjawab Klaim Hare Krishna tentang Yogeswara
Gerakan Hare Krishna sering mengutip Bhagavad Gita 18.78 sebagai landasan bahwa Krishna adalah "Tuhan pribadi" atau "Tuhan tertinggi". Ayat tersebut menyebut Krishna sebagai Yogeśvāra atau "Penguasa Yoga". Namun, pemahaman ini cenderung mengabaikan konteks filosofis yang lebih dalam dalam Mahabharata, Upanishad, dan Veda-Veda utama. Artikel ini bertujuan mengurai istilah "Yogeśvāra" secara kritis dan holistik, dengan merujuk langsung pada teks-teks utama Hindu.
1. Teks Bhagavad Gita 18.78 dan Konteksnya
Sloka Bhagavad Gita 18.78:
yatra yogeśvāraḥ kṛṣṇo yatra pārtho dhanur-dharaḥ |
tatra śrīr vijayo bhūtir dhruvā nītir matir mama ||
Terjemahan:
"Di mana pun ada Kṛṣṇa, sang Yogeśvāra (Penguasa Yoga), dan di mana pun ada Pārtha, pemanah agung, di sanalah pasti ada kemegahan, kemenangan, kemakmuran, dan kebenaran abadi. Itulah keyakinanku." (Sanjaya, Bhīṣma Parva, Mahabharata)
Pernyataan ini diucapkan oleh Sanjaya, bukan oleh Kṛṣṇa sendiri. Sanjaya adalah narator dan penasihat Raja Dhritarashtra. Ucapan Sanjaya ini bukan sebuah wahyu mutlak, tetapi kesimpulan naratif dari seorang saksi perang, yang menyaksikan transformasi batin Arjuna di bawah bimbingan Krishna.
2. Arti "Yogeśvāra" dalam Konteks Vedantik
Dalam Sanskrit, kata Yogeśvāra berasal dari:
Yoga = penggabungan, kesatuan, disiplin spiritual
Iśvāra = penguasa, tuan, pengendali
Namun, dalam pemahaman Vedanta, Iśvāra bukanlah Tuhan personal seperti figur manusia, tetapi kesadaran yang mengatur alam semesta—Brahman yang terpersonifikasi secara sementara untuk pemahaman duniawi.
3. Rujukan Upanishad
Muṇḍaka Upaniṣad 3.2.8:
sa viśvakḍ prajāḍ yajñam tanvānaḥ abhyapsyata | sa eva vidvān yogavidyām ca kurute ||
"Dia yang mengetahui Yang Mahabesar itu, Ia adalah penguasa sejati, Ia sendirilah yang memegang kendali atas Yoga dan Pengetahuan."
Namun, di sini tidak disebutkan nama Krishna. Yang dimaksud adalah Purusha atau Brahman, bukan individu sejarah.
Śvetāśvataropaniṣad 6.11:
ekaḥ devaḥ sarvabhūteṣu gūdhaḥ śarvavyāpī sarvabhūtāntarātma | karmādhyakṣaḥ sarvabhūtādhivāsaḥ sākṣī cetā kevalo nirguṇař ca ||
"Dia satu-satunya Tuhan yang tersembunyi dalam semua makhluk, yang menyaksikan semua perbuatan sebagai Pengamat, yang adalah Kesadaran itu sendiri, tanpa sifat (nirguna)."
4. Veda: Konsep Ketuhanan Tidak Personal
Ṛigveda 10.129.7:
yo asyādhyakṣaḥ parame vyoman | so añga veda yadi vā na veda ||
"Dia yang menjadi pengawas atas segalanya di angkasa tertinggi, hanya Dia yang tahu—atau mungkin tidak tahu."
Sloka ini menegaskan bahwa konsep ilahi dalam Veda bersifat misterius dan tak terbatas, bukan sosok tertentu bernama Krishna.
Atharvaveda 10.8.28:
eko devah sarvabhūtēḥu gūdhah
"Satu Tuhan yang tersembunyi dalam segala makhluk." — lagi-lagi merujuk pada Brahman, bukan individu tertentu.
Kesimpulan: Yogeśvāra adalah Fungsi, Bukan Identitas Mutlak
Sebutan Yogeśvāra kepada Krishna dalam Mahabharata tidak berarti Krishna adalah Tuhan personal yang wajib dipuja. Sebutan ini adalah gelar fungsional, merujuk pada perannya dalam mengajarkan dan mewakili Yoga sebagai jalan pembebasan.
Krishna disebut sebagai penguasa yoga karena:
Ia membimbing Arjuna melewati kebingungan mental dan ego.
Ia mewakili integrasi antara karma, jñāna, dan bhakti, dalam satu kesatuan disiplin spiritual.
Ia bukan Brahman itu sendiri, tetapi perwujudan Buddhi Yoga dalam konteks epik.
Dalam Mahabharata dan Upanishad, Brahman-lah Tuhan yang sejati—nirguna, tak berwujud, dan melampaui semua nama dan rupa. Krishna, dalam perannya sebagai Yogeśvāra, adalah guru batin, bukan Tuhan personal antropomorfik.
Dengan demikian, klaim bahwa Krishna adalah Tuhan tertinggi karena disebut Yogeśvāra merupakan kesalahan kategori. Dalam Mahabharata sendiri, Krishna adalah manifestasi terbatas dari prinsip kosmis yang tak terbatas—yakni Brahman. Ia adalah jembatan, bukan tujuan akhir.
Pemujaan terhadap Krishna sebagai manusia historis yang mutlak, seperti dalam ajaran Hare Krishna, justru menjauh dari kedalaman metafisika Veda dan Upanishad itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar