Google+

Kisah Kehidupan Sri Krishna

 Kisah Kehidupan Sri Krishna

Kisah Hidup Sri Krishna Berdasarkan Mahabharata dan Harivamsa

Dalam sejarah epik Mahabharata dan teks suplemennya Harivamsa, Krishna tampil bukan hanya sebagai tokoh utama dalam kisah Pandava, melainkan juga sebagai manusia unggul yang memainkan peran luar biasa dalam dinamika dharma. Ia tidak dikisahkan sebagai Tuhan yang kekal dan tak tersentuh, tetapi sebagai sosok yang lahir, tumbuh, berjuang, dan wafat—sebagaimana manusia agung lainnya. Mahabharata tidak menampilkan kisah Krishna dalam bentuk pemujaan tanpa logika, melainkan sebagai bagian dari sejarah yang menekankan tanggung jawab moral, pengabdian kepada kebenaran, dan tindakan demi dharma. Artikel ini akan menelusuri perjalanan hidup Sri Krishna dengan merujuk langsung pada sloka-sloka asli berbahasa Sanskerta, agar tidak terjebak pada pemujaan buta dan bisa kembali ke makna sejati dari narasi besar Mahabharata.


1. Kelahiran Krishna

Dalam kitab Harivamsha Parva, yang menjadi suplemen Mahabharata, kisah kelahiran Krishna diceritakan secara simbolik namun juga manusiawi. Ia lahir sebagai anak Devaki dan Vasudeva, dan ditakdirkan menghancurkan kezaliman Kamsa.

devakyām adbhutaṃ putraṃ samutpannaṃ caturbhujam
śaṅkha-cakrāsi-gadā-pāṇiṃ vanamāla-vibhūṣitam
Di rahim Devaki lahirlah seorang anak yang menakjubkan, berwujud empat tangan, memegang sangkha, cakra, gada, dan terhias karangan bunga hutan.
(Harivaṃśa Parva 1.55.1)

Namun kemudian ia berubah menjadi bayi biasa, menunjukkan bahwa manifestasi ilahi ini tetap menjalani proses manusiawi:

athainaṃ vasudevas tu dṛṣṭvā devīṃ vyalokayat
tato rūpam apāvṛtya bāla-rūpaṃ vyajāyata
Setelah Vasudeva melihat wujudnya, sang anak menanggalkan rupa ilahinya dan menjadi bayi biasa.”
(Harivaṃśa Parva 1.55.2)

2. Krishna Sebagai Utusan Pandava

Dalam Bhishma Parva Mahabharata, Krishna diutus oleh para Pandava untuk menyampaikan pesan damai kepada para Kaurava. Ia tidak datang sebagai Tuhan, tetapi sebagai diplomat dan sekutu bijak.

kṛṣṇo dūtas tava bhrātṝṇām āgato dharmavatsalaḥ
Krishna, yang saleh dan penuh dharma, telah datang sebagai utusan saudara-saudaramu (Pandava).
(MBh 5.83.12)

Namun, kedamaian itu ditolak, dan Krishna kembali dengan kesadaran bahwa perang tidak dapat dielakkan.

3. Membantu Brahmana dan Mendapatkan Cakra

Dalam Adi Parva Mahabharata dan juga disebutkan dalam Harivamsa, diceritakan bagaimana Krishna bersama Arjuna membantu dewa Agni membakar hutan Khandava demi memuaskan rasa laparnya. Dalam peristiwa ini, Krishna menunjukkan kepahlawanan dan kesaktiannya:

kṛṣṇārjunau mahābhāgau dadṛśāte 'gnim āśritau
Krishna dan Arjuna yang agung terlihat mendampingi Agni saat pembakaran hutan.
(MBh 1.219.1)

Sebagai balasannya, Agni menghadiahi Krishna dengan senjata:

 cakraṃ ca kṛṣṇāyādāt śārṅgaṃ ca dhanur uttamam
Agni memberikan cakra kepada Krishna dan busur agung Sharnga kepadanya.”
(MBh 1.220.16)

4. Krishna Memarahi Bhishma di Medan Kurukshetra

Dalam Bhishma Parva, diceritakan bahwa Bhishma sangat kuat dan tak terkalahkan, bahkan oleh Pandava. Krishna sendiri sampai murka melihat kegigihan Bhishma yang menyebabkan penderitaan luar biasa di pihak Pandava. Dalam momen yang dramatis, Krishna hampir melanggar sumpahnya sendiri untuk tidak mengangkat senjata.

saṃgrāme bhīṣmam ālokya pāṇḍavānāṃ paraṃtapaḥ
yudhyamānam atītyārkān kruddho ratham upāruhat
Melihat Bhishma yang mengalahkan para Pandava, Krishna, penuh kemarahan, melompat turun dari keretanya.”
(MBh 6.102.9)

gṛhītvā ca gadāṃ śubhrah saṃrambhāt saśarāsanam
abhidudrāva bhīṣmaṃ vai yatra saṃgrāmam āsthitaḥ
Mengambil gada dan busur, Krishna maju dengan amarah ke arah Bhishma.
(MBh 6.102.10)

Bhishma sendiri menyambut Krishna dengan senyum, berkata bahwa akan menjadi kehormatan tertinggi jika ia mati di tangan Krishna. Namun Krishna akhirnya meredam amarahnya dan kembali ke kereta, membiarkan Arjuna kembali maju. 

5. Kematian Krishna

Kematian Krishna diceritakan dalam dua sumber utama: Mausala Parva dan Harivamsa, di mana ia duduk dalam keadaan bermeditasi di bawah pohon, lalu dibunuh secara tak sengaja oleh pemburu Jara:

Versi Mahabharata (Mausala Parva):

lubdhas tadānīṃ mṛgalipsur ugraḥ
sa keśavaṃ yogayuktaṃ śayānaṃ;
mṛgāśaṅkī lubdhakaḥ sāyakena
jarāvidhyat pādatale tvarāvāṃs
Seorang pemburu yang berhasrat membunuh rusa melihat Keśava (Krishna) berbaring dalam keadaan bersatu dalam yoga. Karena disangka rusa, ia memanah tumit Krishna.”
(MBh 16.5.20)

tataḥ sa labdhvā gātraṃ tu nārāyaṇasya pārthivaḥ
divam eva yayau rājan sa śarīram athotsasarja
Setelah itu, Krishna meninggalkan tubuh ragawinya dan naik menuju dunia surgawi.
(MBh 16.5.28)

Versi Harivamsa:

śarīraṃ yat tad avyagraṃ bhūtānām apy apūjitam
tat tyaktvā divam ājagmur devakīnandanāḥ prabhuḥ
Tubuh yang tenang, yang bahkan dipuja oleh makhluk-makhluk, itu ditinggalkan oleh putra Devaki, dan sang Tuan naik ke surga.”
(Harivaṃśa Parva 2.125.71)

Versi Harivamsa menekankan suasana damai dalam kematiannya, menyiratkan bahwa Krishna secara sadar meninggalkan tubuh fana setelah menyelesaikan tugas-tugasnya.

6. Kesaksian Yudhishthira: Roh Krishna Telah Meninggal

Dalam Svargarohanika Parva, Yudhishthira mengalami penglihatan spiritual yang menegaskan bahwa Krishna benar-benar telah wafat dan rohnya mencapai alam para dewa. Ini menjadi pengesahan bahwa kematian Krishna bukanlah ilusi, melainkan nyata.

tatra śrīmad-vṛṣṇi-kulaṃ dṛṣṭvā kṛṣṇaṃ ca keśavam
divyāṃ gatiṃ prāptavataṁ mahātmānaṃ mahāyaśaḥ
Di sana Yudhishthira melihat seluruh wangsa Vṛṣṇi, termasuk Krishna Keśava, yang agung dan termasyhur, telah mencapai tujuan surgawi yang mulia.”
(MBh 18.5.21)

Penglihatan ini bukanlah pengalaman fana, melainkan penegasan spiritual bahwa Krishna, meskipun dihormati karena jasanya, tetap mengalami kematian dan meninggalkan dunia seperti manusia lainnya.

Penutup

Kisah hidup Krishna sebagaimana tercatat dalam Mahabharata dan Harivamsa menunjukkan bahwa ia adalah manusia agung dengan aspek ilahi, bukan Tuhan absolut yang kekal tanpa lahir-mati. Ia lahir, menjalani hidup penuh dharma, menjadi teladan, diplomat, dan pejuang—dan akhirnya wafat sebagaimana manusia lainnya. Inilah ajaran sejati Mahabharata: BUKAN KULTUS, melainkan dharma dalam tindakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar