Bagaimana Upaniṣad Membongkar Kultus dan Fanatisme
Dari Pemujaan Tokoh Menuju Penemuan Diri
Di tengah dunia yang haus akan "pemimpin spiritual", banyak orang terjebak pada fanatisme buta terhadap figur seperti:
-
Krishna yang dipuja literal sebagai Tuhan oleh Hare Krishna
-
Sai Baba yang dianggap inkarnasi Viṣṇu oleh para bhaktanya
Tapi Upaniṣad, sebagai wahyu tertinggi, justru membongkar semua itu—karena ajarannya tidak berbasis pada tokoh, bentuk, atau dogma, melainkan realisasi kesadaran diri sebagai jalan menuju mokṣa.
Upaniṣad Tidak Mengenal Kultus Tokoh
“neti neti” – ‘Bukan ini, bukan itu’
— Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad 2.3.6
Sruti tidak pernah mengarahkan penyembahan ke figur tertentu. Justru, ia mengikis semua nama dan bentuk, hingga yang tersisa hanyalah kesadaran murni tanpa objek.
Fanatisme terhadap satu tokoh (Krishna, Sai Baba) bubar di hadapan ajaran “neti neti”, karena Tuhan sejati tak bisa dikurung dalam nama atau rupa.
2. Upaniṣad Menolak Tuhan yang Bisa Dikenali
“yato vāco nivartante aprāpya manasā saha”
“Dari-Nya kata-kata dan pikiran kembali, tak mampu mencapainya.”
— Taittirīya Upaniṣad 2.9.1
Kalau Tuhan tidak bisa dijangkau oleh pikiran dan ucapan,
bagaimana mungkin kamu menyebut-nyebut nama-Nya terus-menerus (seperti dalam japa Hare Krishna)?
Atau menyapa-Nya dengan “Om Sai Ram” seolah kamu telah menguasai-Nya?
Upaniṣad justru menggugurkan pengultusan dan memurnikan pendekatan spiritual ke arah kontemplasi batin, bukan ekstase kelompok.
Upaniṣad Membangkitkan Diri, Bukan Mengkultuskan Figur
“tat tvam asi” – ‘Engkau adalah Itu’
— Chāndogya Upaniṣad 6.8.7
Fanatisme membuat seseorang berkata:
“Krishna adalah Itu”, atau “Sai Baba adalah Itu”.
Tapi Upaniṣad berkata:
“Engkau adalah Itu”
Perbedaannya sangat besar:
Fanatisme | Upaniṣadik |
---|---|
Fokus ke luar | Fokus ke dalam |
Bergantung pada tokoh | Mengenali Diri sendiri |
Menyembah figur | Menyadari Ātman |
Menunggu karunia | Menjadi sadar akan Brahman |
Upaniṣad tidak mengajarkan kamu untuk menyembah orang suci, melainkan menyadari kesucian yang ada di dalammu sendiri.
Upaniṣad Membebaskan dari Ketakutan dan Ketergantungan
Kultus dibangun dari:
-
Ketakutan (kalau tidak ikut sekte, akan tersesat)
-
Ketergantungan (hanya guru/avatāra ini yang bisa menyelamatkan)
-
Eksklusivisme (cuma ini jalan satu-satunya)
Tapi Sruti menegaskan:
“Ātmanam eva vijānīyāt”
“Seseorang harus mengenali Ātman-nya sendiri.”
— Taittirīya Upaniṣad 2.1
Artinya:
-
Kebenaran tidak di luar
-
Tidak dipegang oleh satu figur
-
Tidak ada monopoli keselamatan
Kultus butuh pengikut. Upaniṣad hanya butuh keberanian untuk menyelam ke dalam Diri.
Upaniṣad Membongkar “Nama” sebagai Jalan Mutlak
“nāma rūpe vyākṛte”
“Nama dan bentuk adalah yang pertama muncul dari ketidaktahuan.”
— Chāndogya Upaniṣad 6.3.2
Kalau nama dan rupa adalah produk avidyā (ketidaktahuan), maka penyembahan nama Krishna, Sai, atau tokoh lain sebagai bentuk penyelamatan bukanlah spiritualitas Vedānta, tapi justru perpanjangan samsāra.
Nama bisa dijapakan, tapi mokṣa hanya datang lewat pengenalan hakikat Diri.
Fanatisme Membunuh Kebenaran, Upaniṣad Membebaskannya
Fanatisme berkata:
-
“Jangan membaca kitab lain!”
-
“Hanya Hare Krishna yang benar!”
-
“Sai Baba adalah Tuhan turun ke dunia!”
Tapi Upaniṣad berkata:
“sa vidyā ya vimuktaye”
“Hanya pengetahuan yang membebaskan.”
— Muṇḍaka Upaniṣad 1.1.4
Bukan nama.
Bukan tokoh.
Bukan sekte.
Hanya pengetahuan tentang Diri yang membebaskan.
Kesimpulan: Sruti Menuntun ke Mokṣa, Fanatisme Menuntun ke Ilusi
Jika kamu:
-
Masih bergantung pada tokoh untuk keselamatan
-
Takut keluar dari satu ajaran
-
Menyamakan bhakti dengan sujud pada manusia
Maka kamu masih belum mengenal ajaran Upaniṣad.
Karena Upaniṣad tidak menumbuhkan pemujaan, tapi membakar ilusi.
Ia tidak memperluas kelompok, tapi meluluhkan ke-aku-an.
Ia tidak menciptakan pengikut, tapi melahirkan jiwa merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar