Google+

Empat Tiang Dharma? ala Purana

“Empat Tiang Dharma?”

Kritik Filsafati atas Manipulasi Srimad Bhagavatam dan Kontradiksi Kaum Bhajan-Histeris

Tiang Dharma Diambil dari Kitab Sekunder, Bukan Sruti

Mereka membuka argumen dengan mengutip Bhāgavatam , padahal:

Śrīmad Bhāgavatam adalah Purāṇa, yaitu Smṛti , bukan Śruti .
Dalam tradisi Veda, Sruti adalah sumber tertinggi , bukan cerita legenda atau kitab pujian belakangan.

Sruti seperti Upaniṣad dan Veda tidak pernah menyebut ada “4 tiang dharma” dengan nama-nama seperti ini. Jadi:

  • Dasar ajarannya bukan dari wahyu , melainkan karangan teologis yang baru populer abad ke-10 ke atas .

  • Mereka memakai Srimad Bhagavatam seolah-olah itu wahyu mutlak, padahal itu bukan kitab otoritatif universal.


Retoris! Serang Adharma Tapi Lupakan Adharma Sendiri

Mereka menyerang:

  • Perjudian

  • Minuman keras

  • Zina

  • Penyembelihan hewan

  • pembunuhan

Tapi... mari kita lihat realita komunitas yang mengangkat dalil ini . Apakah mereka:

  • Tidak pernah menyimpang?

  • Bebas dari skandal?

  • Tidak munafik?

Banyak yang justru melakukan kebiasaan adharma secara diam-diam , namun ditutupi dengan penampilan religius : tasbih japa, tilak, pakaian oranye, dan jargon “nama suci”.

Contoh nyata :

  • Para “brahmacari” sering kedapatan terlibat skandal seks.

  • Ada oknum yang mengklaim diri guru suci, tapi dipuja setara dengan Tuhan.

  • Komunitas mereka sering menjadi ruang represi psikologis dan fanatisme sektarian.

Mereka begitu bersemangat menyalahkan dunia, tapi lupa memeriksa cermin sendiri.


Menghina Orang Lain, Tapi Bhaktinya Histeris dan Tidak Veda

Mereka menyebut Bali dan agama lokal penuh adharma, padahal...

  • Ritual Bali tidak ada yang berjudi .

  • Tidak ada umat Hindu Bali mabuk di pura .

  • Tari sakral bukan ekspresi seksualitas, tapi ekspresi bhakti.

  • Daging pun hanya dipakai dalam upacara yajña , tidak dikonsumsi massal.

Sementara itu:

  • Kaum mereka sendiri menari-nari di jalan sambil menjerit (katanya bhakti).

  • Mereka mengulang nama pribadi Tuhan seperti mantra robotik , padahal tidak ada ajaran Veda yang mengajarkan menyebut nama pribadi terus-menerus .

  • Mereka tidak menghormati tradisi lokal dan menuntut semua orang harus menyembah Krishna secara literal , seolah-olah Gītā mengajarkan ajaran pribadi.


Bhagavad Gitā Bukan Kitab Pelarangan Sosial, Tapi Panduan Yoga Kesadaran

Bhagavad Gitā tidak membangun agama berdasarkan larangan eksternal , namun:

  • Membangun buddhi-yoga , dhyāna , karma-yoga , dan jñāna-mārga .

  • Tidak pernah menyuruh memuja Krishna secara harafiah , apalagi menari-nari massal.

Bhagavad Gita 6.5“Tingkatkan dirimu melalui diri sejati. Jangan menegaskan dirimu sendiri.”

Gita mengajarkan penguasaan batin , bukan melabeli dunia dengan 4 dosa.
Kalau bhakti hanya diukur dari seberapa sering kamu bilang “Hare Krishna”, itu bukan spiritualitas, tapi fanatisme kolektif.


Veda dan Upaniṣad Mengajarkan Keheningan, Bukan Teror Bhajan

Kaṭha Upaniṣad 2.3.11
“na ayam ātmā pravacanena labhyo...”
→ “Atman tidak didapat melalui ceramah, hafalan, atau ritual gaduh.”

Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad 3.8.8
→ “Yang tertinggi tidak bisa dijelaskan. Ia hanya bisa direalisasikan dalam keheningan.”

Sementara itu, kelompok mereka mengganti yoga sunyi menjadi konser harian .
Mana yang lebih dekat dengan ajaran Veda? Jelas bukan mereka.


Kontradiksi Bhakti Histeris vs Bhakti Vedantik

AspekTradisi Weda/UpanisadRitual ala Sekte Bhajan
Sumber AjaranSruti (Weda, Upanisad)Smṛti (Purāṇa, Bhāgavatam)
Bentuk bhaktiKontemplatif, sunyi, pribadiMassal, teriak-teriak, histeris
Tujuan spiritualRealisasi Atman–BrahmanKrishna yang menyenangkan secara harfiah
Metode utamaMeditasi, jñāna, tapasNyanyi, tari, repetisi nama pribadi
Pandangan duniaIlusi (jagat mithyā)Dunia ini ciptaan literal Krishna
Arah Pemahaman TuhanNirākāra (tanpa bentuk)Sakāra (berbentuk, pribadi)


Kesimpulan: Hati-Hati Terhadap Pola Penyesatan Moralitas

Mereka menyebut dunia ini penuh adharma, namun mengajarkan sekte bhakti emosional yang justru menjauhkan umat dari refleksi dan pencerahan.

Bhakti sejati bukan histeria massa.
Bhakti adalah perjalanan hening menuju Brahman , bukan lomba memanggil nama Krishna ribuan kali sambil melompat.

Jika seseorang mengklaim membela dharma tetapi tidak memahami Sruti , dan memusuhi ritual lokal yang penuh kesadaran, maka ia hanya memperluas adharma dengan jubah agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar