Google+

Sekilas Babad Arya Brangsinga

Kryan Brangsinga putra tertua dari Sira Arya Kanuruhan bermukim di Tangkas. Negara Bali aman dan sejahtera. Kyayi Brangsinga berputra dua orang. Kedua putra beliau ini sangat tampan dan memiliki ilmu pemerintahan yang sangat tinggi oleh sebab itu salah salu putra beliau yang bernama yaitu
  1. Kyayi Brangsinga Pandita
  2. Kyayi Madya Kanuruhan Kesari.
Kiyayi Brangsinga Pandita, dipercayakan sobagai pendamping raja Dalem Ketut Smara Kepakisan ( Dalem Ketut Ngelesir). saat beliau di undang untuk menghadap kepada Sri Maha Raja Hayam Wuruk di Kerajaan Mojopahit, pada waktu raja Hayam Wuruk akan melakukan upacara Cradha, yaitu Upacara yang dilakukan setiap 12 tahun sekali dengan tujuan untuk menghormati arwah nenek moyang raja - raja Mojopahit, disamping upacara ini sebagai upacara keagamaan maka upacara ini mengandung pula arti politik dimana pada upacara ini menghadaplah para adipati dan raja raja bawahan dengan membawa upeti sebagai tanda patuh, sehingga raja Hayan Wuruh, martabatnya menjadi naik.


Pada saat menghadapnya raja Bali dihadapan Sri Baginda Hayam Wuruk, maka raja Bali mendapat pituah di dalam pemerintahan hendaknya berpegang teguh pada Manawa Dharma Castra, yang merupakan pedoman hukum di dalam menjalankan roda pemerintahan; disamping itu maka Sri Baginda Maha Raja Mojopahit juga menganugrahkan keris kepada raja Bali yang diberi nama:
  1. Keris Canggu Yatra (ki bhagawan canggu), karena keris ini sempat jatuh dan mengambang di sungai canggu serta dapat berputar-putar di desa Canggu.
  2. Keris yang diberi nama Naga Basuki,Yaitu keris yang berisi gambaran Naga Taksaka yang sangat sakti.
Setelah tiba di rumah yaitu pulau Bali, maka pemerintahan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kerajaan Mojopahit.

Dalem Ketut Smara Kepakisan wafat tahun Çaka 1382, tahun 1460 Masehi (sapangrenga sang dwija sumirat agni kadi surya) digantikan oleh putra baginda yang bergelar Sri Waturenggong. Baginda seorang raja terbesar di masa kerajaan Gelgel.

Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong, Ki Gusti Batan Jeruk Menjabat Patih Agung, Ki Gusti Abyan Tubuh menjabat patih, Kyayi Brangsinga Pandita menjabat Kanuruhan (panyarikan).

Karena mahirnya beliau di dalam ilmu ke Tata Negaraan maka beliau di berikan anugrah atau piagam oleh raja Dalem Waturenggong yang disaksikan oleh Brahmana - brahmana keturunan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh.

Adapun isi piagam itu sebagai berikut:
”Hai kita Brangsinga, kita tosing Ksattya, mangke Arya pwa pawakanta, apaart ira amatihi ingong, Ingong Iccha Pyagam, gagaduhan iawan kita, sinerating lapihan, maka pamiket baktin ta atuhan, Yeka wistrakena, ri santana prakti santananta kateka tekeng wekas, didine tan singsala ring ulah anawi, angamong manteri sasana, mwang sapratyekaning pati Iawan hurip, Ingong lugraha ri kita, aywa cawuh mwang bucecer, aywa predo, apan donating uttama ri kawanganta, mwah wus siddha linugrahan, de sang wawu rauh, apan mangkana mulaning Wilwatikta."
Arti bebas:
Hai engkau Brangsinga, kamu adalah ketuninan dari Ksatrya, sekarang kaniu kubenkan nama Arya karena kamu sangat patuh padaku ( Raja), aku akan membenkan piagam kcpadamu, yang kamu harus pegang atau tulis pada Icmpengan, sebagai landa baktimu kepada raja, itulah yang patut engkau ikuti, sampai dengan keturunanmu, agar jangan menimbulkan hal yang tidak baik didalam kamu mengabdi, kamu sewajarnyalah memegang kewajiban - kewajiban yang harus dilakvikan oleh para mcntcn (Menleri Sasana ) baik membenkan hukuman mati maupun hidup, hal ini aku serahkan scmuanya padamu, janganlah kamu bermain main, dan janganlah kamu lengah, olch karena niaha utama penugrahanku ini.

Setelah diberikan anugrah yang maha suci oleh Sang Pandita Wawu Rawuh ( disaksikan ) karena dialah ( Brangsinga ) yang ikut datang dan menerima anugrah di Mojopahit. Demikianlah bunyi piagam yang diberikan oleh raja ( Dalem ) kepada keluarga Barangsinga yang diterima olch Kryan Brangsinga Pandita, dengan ucapan terima kasih di bawah duli tuanku raja semoga piagam tersebut dapat dipahami dan dilaksanakan olch prati sentanan atau turunan hamba.

Diceritakan putranya Sirarya Gajahpara yaitu Ki Pagatepan diutus meleraikan percekcokan putra-putra Arya Gajah Para di Tianyar, dan menetap di sana, berputra dua orang yaitu
  1. Kyayi Pagatepan
  2. Kyayi Madya Dukyan.
Kemudian Dalem Bali,  Dalem Waturenggong melamar putri dari Sri Juru Brangbangan, yang mana lamaran tersebut ditolaknya serta ditantangnya. Sehingga Dalem mengutus Patih Ularan untuk menangkap Sri Juru di Blambangan di bawah pimpinan Patih Ularan. Tetapi Sri Juru dipenggal dan dihaturkan kepalanya kepada Dalem. Dengan demikian terjadilah Pasek Ularan. Kyayi Madya Kanuruhan Kesari, gugur dalam pertempuran di Blambangan itu. Kekuasaan Dalem Waturenggong meliputi daerah-daerah sebelah timur Puger, Pasuruhan, Sumbawa, Sasak. Baginda didampingi oleh pendeta Siwa dan Buda yaitu Danghyang Nirartha dan Mpu Astapaka.

Dalem Waturenggong menganugrahkan surat wasiat tentang tata upacara yang harus diikuti oleh masing-masing kelompok kekeluargaan para Arya, dan pemuka pemuka masyarakat di Bali (=kini biasa disebut prasasti untuk di Bali).

Dalem Waturenggong wafat tahun 1472 atau tahun 1550 Masehi. Baginda digantikan oleh putranya bernama Dalem Bekung (Ida I Dewa Pemayun), didampingi oleh putra- putra Ida I Dewa Tegal Besung yaitu
  1. I Dewa Gedong Arta,
  2. I Dewa Anggungan,
  3. I Dewa Nusa,
  4. I Dewa Bangli,
  5. I Dewa Pagedangan.
Kemudian Sira Dalem Pemayun mengambil istri yang bernama Ni Gusti Ayu Samantiga, kemenakan dari Kiyai Telabah. Pada masa pemerintahan Dalem Bekung terjadi perebutan kekuasaan yang dipimpin. oleh I Gusti Batan Jeruk, Ki Agung Maruti membelot. Dan lama kelamaan terjadi perselisihan kepada Kiyai Telabah Kemudian timbul peristiwa I Gusti Pande, dimana kesalahan yang dilakukan oleh Dalem Bekung mengenai masalah perempuan maka meletuslah pemberontakan baru yang dipimpin oleh Pande Base, dengan kejadian terbunuhnya I Gusti Telabah, sehingga raja Dalem Bekung melarikan diri yang pertama kearah Kapal dan kemudian pindah ke Purasi, disinilah beliau menetap beserta Kiayi Gusti Madya Kanuruhan. ternyata Dalem Bekung seorang raja yang lemah.

Diuraikan silsilah keturunan I Gusti Brangsinga Pandita serta tempatnya masing-masing setelah mengalami perpindahan. Kemudian diuraikan perpindahan dan perkembangan keturunan Kyayi Brangsinga di Daerah Karangasem, yang mengikuti perjalanan perpindahan Ida I Dewa Anom Pemahyun dari Gelgel ke Perasi dan selanjutnya ke Tambega karena terjadi kesalahpahaman dengan adik baginda yang bergelar Ida I Dewa Dimade. Kryan Brangsinga Pandita berputra tiga orang yaitu:
  1. Ki Gusti Singa Kanuruhan
  2. Ki Gusti Madya Kanuruha
  3. Ki Gusti Abra Singasari.
Ida I Dewa Anom Pemahyun berkedudukan di Tambega. Kemudian putranya Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade pindah ke desa Sidemen. Dari desa Sidemen hendak mengadakan serangan balasan pada I Gusti Agung Maruti setelah Dalem Dimade mengungsi ke Guliang. Terakhir dicatat keturunan Ki Brangsinga yang mengikuti Ida I Dewa Anom Pemahyun ke Sidemen, serta tempat-tempat di mana kemudian mereka menetap. Lalu datanglah bantuan dari Kryan Tangkas, Kryan Tubuh, Ki Gede Baledan, dan Ki Pasek Tohjiwa.

Setelah Gelgel kosong, kemudian Sri Aji Pemayun Bekung digantikan oleh adik baginda, yang bernama Dalem Anom Seganing, tahun Çaka 1502 atau tahun 1589 Masehi. Keamanan pulih kembali, daerah-daerah yang pernah melepaskan diri dapat dikuasai lagi. Pemerintahan Dalem Sagening keadaannya sangat makmur.

Oleh sebab Ki Gusti Madya Kanuruhan mengikuti Dalem Bekung dan bertempat tinggal di Purasi maka sebagai Menteri Sekretaris Negara dalam pemerintahan Dalem Sagening adalah Ki Gusti Madya Abra Singosari. Baginda Dalem Seganing banyak istri dan anaknya. Di antara putra- putranya yang terutama
  1. Ida I Dewa Anom Pemahyun,
  2. Ida I Dewa Dimade,
  3. Ida I Dewa Ayu Rangda Gowang.
Salah satu keturunan dari Brangsinga ini, ada pula di kirim ke tanah Lombok, setelah beliau mengalahkan musuh di Kuta. Adapun beliau ini bernama Ki Gusti Singa Padang Rata, putra dari I Gusti Brangsinga Pandita. Oleh karena 1 Gusti Brangsinga Pandita hanya memiliki satu putra, dan telah dikirim beperang ke tanah Lombok, maka beliau menjadi sepi yang akhirnya beliau kawin lagi dengan I Gusti Luh Padang Galak. Dari Perkawinan ini maka memperolehlah 3 ( tiga ) orang putra antara lain:
  1. I Gusti Padang Rata, yang nantinya ditempatkan di desa Tanggu Wisia.
  2. I Gusti Padang Galak.
  3. Ki Gusti Podang Kanuruhan, yang kemudian bertempat tinggal di Kuta
Kemudian diceritakan Ki Gusti Singha Kanuruhan mengambil istri dari Padangrata yang menurunkan
Ki Gusti Brangsinga,
  1. I Gusti Luh Padangrata,
  2. I Gusti Singha Padangrata.
Ki Gusti Madya Kanuruhan menjadi panyarikan Kanuruhan dari Dalem Bekung, Beliau ini menurunkan
  1. Ki Gusti Gede Singha Kanuruhan,
  2. Ki Gusti Madhya Abra Singasari
  3. Ki Gusti Ayu Brangsinga yang kawin dengan I Gusti Ngurah Jlantik, dan selanjutnya menurunkan Kiyai Ngurah Jlantik Bogol.
Ki Gusti Madhya Abra Singasari, beliau ini menggantikan kedudukan ayahanda menjadi Menteri Sekretaris Negara, yang mana beliau mengambil istri dari Padang galak, akhirnya berputralah beliau yang diberi nama:
  1. Ni Gusti Luh Padang Galak
  2. Ki Gusti Singha Lodra
  3. Ki Gusti Kesari Dimade.
Disebutkan Ki Gusti Singha Lodra mempunyai dua orang putra yang bernama
  1. Ki Gusti Brangbangan Pandita yang tinggal di istana Gelgel
  2. Ki Gusti Madhya Kanuruhan.
Diceritakan kemudian Ki Gusti Singha Lodra, putra dari I Gusti Abra Singosari, beliau pergi meninggalkan Gelgel menuju desa Blahbatuh , bersama dengan Kryan Jelantik yang masih merupakan ipar beliau, di Belahbatuh. Beliau bertempat tinggal di desa Brangsinga di sebelah Selatan dari kota Belahbatuh, disini beliau kawin lagi, maka beliau memperoleh putra tiga orang yaitu
  1. Ki Gusti Sabranga, yang nantinya berdomisili di Seblanga ( Badung ).
  2. Ki Gusti Made Belang, beliau bertempat tinggal di Blangsinga ( Blahbatuh }
  3. I Gusti Padang Singha
Ki Gusti Made Belang menurunkan
  1. I Gusti Singapadu
  2. I Gusti Singhaprang
  3. I Gusti Padang Singha
  4. I Gusti Singha Aryata.
Kemudian Ki Gusti Gede Singha Kanuruhan menurunkan 
  1. Singha Nabrang, beliau akhirnya menjadi kepala Desa Watwaya di Karangasem, dan bertempat tinggal di Selatan Pasar,
  2. I Gusti Madya Abhra Singha
  3. I Gusti Singasari, bertempat tinggal di Mengwi, dan akhirnya beliau pergi ke desa Penebel, dan terakhir beliau bertempat tinggal di desa Rangkan,
  4. Ki Gusti Singhaghara, mernerintah di Subagan
Setelah dewasa Ki Gusti Madhya Singharaga mempunyai putra-putri yaitu
  1. Ki Gurun Singharaga (Wayahan Singha Kanuruhan),  memerintah di desa Bulakan
  2. Ki Gurun Singha Kanuruhan, memerintah di Ujung
  3. Ki Gurun Wira Kanuruhan, memerintah di Desa Abyan Jero
Ketika Ki Gusti Wayahan Singha Kanuruhan berada di Bulakan mempunyai tiga orang putra bernama
  1. Ki Gurun Gede Bulakan,
  2. Ki Gusti Made Abhrasinga
  3. Ki Gurun Made Singha mengungsi ke Desa Ujung.
Kemudian Ki Gurun Gede Bulakan menurunkan Ki Gurun Gede Mrakih yang tinggal di Desa Datah, dan dihormati oleh masyarakat Desa Datah (Banjar Tindhih). Dan adiknya Ki Gurun Singha-bulan dikalahkan oleh musuh dari Pendem dan akhirnya bersama anak istrinya beralih ke Penuktukan.

Demikianlah silsilah singkat Arya Brangsinga, semoga cerita ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi keluarga besar ARYA BRANGSINGA, mohon cerita ini disebarluaskan karena masih banyak saudara kita yang belum megetahui cerita dari leluhur kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar