Google+

Pangeran Made Asak


Salah satu putra dari Arya Kresna Kepakisan. Pangeran Made Asak berputra Arya Nginte” sesuai yang tersurat dan tersirat dalam Pamencangah di Pura Kawitan Arya Kepakisan (Arya Nyuh Aya).

Kemudian Krian Madya Asak Menetap di desa Kapal tahun 1443 karena berselisih dengan saudaranya Krian Petandakan dan dijadikan menantu oleh Arya Pangalasan. Beliau menurunkan Krian Dauh Manginte

Krian Dauh Manginte menjadi Patih Agung tahun 1551-1582 ( Dalem Bekung ) setelah memadamkan pemberontakan yang dipimpin oleh Krian Batan Jeruk. Jabatan patih Agung kemudian dipegang oleh putra Kyai Agung Manginte yang bernama Kiyai Agung Widia, sedangkan adiknya Kiayi Kaler Pranawa diangkat sebagai Demung. 
Kiyai Agung Widia mempunyai delapan putra, masing-masing bernama : 
  • Kiayi Agung Kidung (Bekung) yang kemudian menjadi Patih Agung menggantikan ayahnya, 
  • Kiayi Kalanganyar, 
  • Kiayi Batulepang, 
  • Kiayai Basang Tamiang, 
  • Kiayai Karang Amla, 
  • Kiayai Istri Bakas, 
  • Kiayai Istri Kacang Pawos, 
  • Kiayai Istri Rimba.

Sedangkan Kiyai Kaler Pranawa mempunyai empat belas orang putra-putri, masing-masing : 
  • Kiyai Panida (kemudian menggantikannya menjadi Demung), 
  • Kiayai Wayahan Kamasan, 
  • Kiyai Sibetan, 
  • Kiyai Sampalan, 
  • Kiyai Tambesi, 
  • Kiyai Teges, 
  • Kiyai Ubud, 
  • Kiyai Basangkasa dan 
  • lima orang putri lainnya yang masing-masing menikah dengan Dalem, menikah ke sidemen, ke Sukaret, ke Bontiris dan Kubu Tambahan.

Begitulah generasi Kiyai Made Asak ke generasi berikutnya terus berlanjut sampai kemudian salah seorang diantaranya yaitu Kyai Agung Dimade merebut kekuasaan terhadap raja Gelgel yang kemudian menobatkan dirinya dengan gelar I Gusti Agung Maruti. 

Perebutan kekuasaan terpaksa dilakukan karena melihat lemahnya pemerintahan Dalem dan kehidupan rakyat yang semakin menderita serta persaingan pengaruh terhadap raja dikalangan pejabat tinggi kerajaan.

Tapi kudeta harus pula ditebus dengan kudeta. Kekuasaan I Gusti Agung Maruti akhirnya tergusur melalui perebutan kekuasaan kembali oleh Dalem yang dilakukan I Gusti Agung Jambe Putra Bungsu Dalem Dimade.

Melalui pertempuran sengit, pasukan I Gusti Agung Jambe yang dibantu oleh laskar Sidemen, Buleleng, Badung, Taman Bali dan lain-lain akhirnya berhasil menyingkirkan I Gusti Agung Maruti dan keluarganya. Sejak saat itu pula pusat kerajaan yang tadinya berada di Gelgel dipindahkan ke Semarapura.

Akibat perebutan kekuasaan tersebut I Gusti Agung Maruti yang sempat memerintah selama 30 tahun (1656-1686) merelakan saudara-saudara dan para pendukungnya melarikan diri bercerai berai tidak menentu. Banyak terpaksa melepas gelar kebangsawanannya (nyineb wangsa) untuk tidak dikenali oleh pengikut Dalem. Mereka tersebar kemana-mana, ada yang ke Jimbaran, Desa Sayan, Suwung, Batuyang, Kapal, Keramas, Celuk Penebel, Klungkung, Buleleng, Gianyar dan lain-lain.

artikel yang terkait:
Demikian sekilas tentang  Pangeran Made Asak, semoga sedikit kupasan babad ini bisa bermanfaat.

2 komentar:

  1. Saya mohon maaf jika saya salah, bukankah pangeran Nyuhaya dan pangeran Made Asak bersaudara kakak adik, pangeran Nyuhaya kakaknya, pangeran Made Asak adiknya maaf ya kalo saya salah, saya mohon petunjuknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar saudara kandung kakak-adik putera dari Arya Kepakisan yang memberontak terhadap kedudukan Raja Dalem Gelgel, baik itu dari keturunan Pangeran Nyuhaya, Kyai Gusti Agung Rakriyan Petandakan yaitu Gusti Agung Batanjeruk maupun dari keturunan Pangeran Made Asak, Kyai Gusti Agung Rakriyan Manginte, yaitu Kyai Agung Widya, Gusti Agung Maruti/Gusti Agung Dimadya/Dimade menjadi Raja Gelgel terakhir tahun 1656-1686.

      Hapus