Setelah masa pemerintahan Dalem Segening berakhir, akhirnya Gelgel diperintah oleh Dalem Di Made sekaligus sebagai raja terakhir masa kerajaan Gelgel. Saat-saat damai yang pernah dirintis oleh Dalem Segening tidak dapat dipertahankan oleh Dalem Di Made. Hal ini disebabkan karena Dalem Di Made terlalu memberikan kepercayaan yang berlebihan kepada pengabihnya I Gusti Agung Maruti. Sehingga pembesar-pembesar lainnya memilih untuk meninggalkan puri.
Hal inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh I Gusti Agung Maruti untuk menggulingkan pemerintahan Dalem Di Made. Usaha ini ternyata berhasil, Dalem Di Made beserta putra-putranya menyelamatkan diri ke desa Guliang diiring oleh sekitar 300 orang yang masih setia. Disinilah Dalem Di Made mendirikan keraton baru. Hampir selama 35 tahun Gelgel mengalami kevakuman karena Dalem Di Made telah mengungsi ke Guliang (Gianyar).Dalem Di Made kemudian wafat di sana.
Setelah berhasil melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Dalem Di Made, Patih Agung Kryan Maruti memegang kekuasaan dengan tetap beristana di Suwecapura Gelgel, pada tahun 1686 M.
Sementara Maruti menguasai Gelgel. Hal ini justru membuat Bali terpecah-pecah yang mengakibatkan beberapa kerajaan bagian seperti Den Bukit, Mengwi, Gianyar, Badung, Tabanan, Payangan dan Bangli ikut menyatakan diri merdeka keadaan ini diperparah dengan wafatnya Dalem Di Made di keraton Guliang.
Hal inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh I Gusti Agung Maruti untuk menggulingkan pemerintahan Dalem Di Made. Usaha ini ternyata berhasil, Dalem Di Made beserta putra-putranya menyelamatkan diri ke desa Guliang diiring oleh sekitar 300 orang yang masih setia. Disinilah Dalem Di Made mendirikan keraton baru. Hampir selama 35 tahun Gelgel mengalami kevakuman karena Dalem Di Made telah mengungsi ke Guliang (Gianyar).Dalem Di Made kemudian wafat di sana.
Setelah berhasil melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Dalem Di Made, Patih Agung Kryan Maruti memegang kekuasaan dengan tetap beristana di Suwecapura Gelgel, pada tahun 1686 M.
Sementara Maruti menguasai Gelgel. Hal ini justru membuat Bali terpecah-pecah yang mengakibatkan beberapa kerajaan bagian seperti Den Bukit, Mengwi, Gianyar, Badung, Tabanan, Payangan dan Bangli ikut menyatakan diri merdeka keadaan ini diperparah dengan wafatnya Dalem Di Made di keraton Guliang.
Naiknya
Patih Agung Maruti sebagai penguasa di Gelgel, menyebabkan raja – raja di Bali
memisahkan diri dari kekuasaan Gelgel. Raja – raja yang masih setia kepada
Dinasti Dalem Kepakisan menghimpun diri untuk melakukan perebutan kekuasaan
Patih Agung Maruti.
I Dewa
Agung Jambe salah seorang putera terkemuka dari Dalem Di Made, yang beribu dari
Badung, mengatur siasat. Beliau pindah dari lokasi pengungsian di desa Guliang
Bangli menuju istana Ulah di desa Sidemen, dengan diiringi rakyat yang masih
setia sekitar 150 orang. Di desa Sidemen beliau disambut oleh I Gusti Ngurah
Sidemen atau I Gusti Ngurah Singharsa nama lainnya. Di tempat inilah
direncanakan siasat untuk merebut kembali kota Gelgel dan mengembalikan
kekuasaan kepada keturunan Dalem.
Gerakan
penyerangan terhadap kota Gelgel dilakukan secara mendadak dan rahasia sesuai
dengan rencana.
- Penyerangan dari Selatan oleh laskar Badung dipimpin oleh Panglima I Gusti Pemedilan atau Kyai Ngurah Pemecutan (I). Laskar ini lebih dahulu kontak dengan laskar Gelgel. Dalam pertempuran ini Kyai Ngurah Pemecutan I gugur di desa Batu Klotok. Beliau kemudian bergelar Kyai Anglurah Macan Gading.
- Penyerangan dari Barat-Laut oleh laskar Taruna GowakBuleleng, dipimpin oleh Panglima Ki Tamblang Sampun berhasil membunuh Panglima laskar Gelgel Ki Dukut Kerta.
- Penyerangan dari arah Utara diperkuat oleh laskar Taman Bali di bawah pimpinan Kyai Paketan.
- laskar Sidemen dalam jumlah besar menyerang dari arah Timur Laut bermarkas di desa Samplangan sekarang di bawah pimpinan I Dewa Agung Jambe dan I Gusti Ngurah Sidemen.
Kota Gelgel menjadi hancur porak poranda akibat
pertempuran ini. Sementara itu moral laskar Gelgel merosot karena terbunuhnya
Panglima mereka Ki Dukut Kerta. Patih Agung Maruti melihat tanda – tanda
seperti itu segera mengatur persiapan untuk melarikan diri. Laskar I Dewa Agung
Jambe dengan mudah memasuki kota Gelgel tanpa perlawanan, karena telah ditinggal
oleh laskar Gelgel. Kota Gelgel dapat direbut pada tahun 1705, tapi dalam
keadaan sudah hancur lebur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar