Gusti Ngurah Panji Membantu Dalem Gelgel
Pertemuan di Puri Singharsa - Sidemen (Tahun 1685).
Pemerintahan kerajaan Bali selama kekuasaan I Gusti Agung Maruti dijalankan
dengan cara semena-mena. Lama-lama kondisi seperti itu menyebabkan banyak
punggawa ataupun Manca di seluruh bagian wilayah Bali ingin melepaskan diri dari
pemerintahan yang berpusat di Gelgel dan membentuk kerajaan sendiri-sendiri.
Setelah beberapa kali mengadakan musyawarah di Sidemen, Anglurah Singharsa
atas nama Dewa Agung Jambe mengirim Surat Undangan ke pada I Gusti
Anglurah Panji di Denbukit dan Anglurah Nambangan di Badung. Juga ke semua
Punggawa sampai Manca yang masih setia untuk hadir di Puri Sidemen
membicarakan keadaan Bali yang dalam bahaya perpecahan.
I Gusti Anglurah Panji yang memang sudah paham isi surat segera memerintahkan
Panglima Perang Ki Tamblang Sampun ke Sidemen untuk mewakili beliau.
Pertemuan di Puri Sidemen di pimpin oleh Dewa Agung Jambe, Anglurah
Singharsa dan Pedanda Wayan Buruan. Mereka semua sepakat dengan tekad bulat
untuk menghancurkan kekuasaan I Gusti Agung Maruti. Dewa Agung Jambe
memberikan surat kepada Ki Tamblang Sampun supaya disampaikan kepada I
Gusti Anglurah Panji di Den Bukit yang isinya meminta bantuan menggempur I
Gusti Agung Maruti yang menguasai Istana Gelgel.
Pasukan "Teruna Gowak" Menyerang Gelgel.
Gabungan pasukan koalisi Bali terdiri dari laskar "Taruna Gowak" dari Den Bukit
dipimpin oleh Ki Tamblang Sampun dan I Gusti Made Batan bermarkas di desa
Panasan, lengkap dengan sarwa senjata keris, tombak, bedil sebagian dengan
berkuda. Juga tidak ketinggalan bunyi-bunyian perang, kendang bende, cengceng.
Pada waktu yang sudah ditentukan mereka mulai menyerang Istana Gelgel dari
arah Barat Laut.
Pasukan dari Badung dibawah pimpinan I Gusti Jambe Pule melalui arah pantai
menyerang dari arah Selatan Istana lengkap dengan garangnya. Sedangkan laskar
Singaharsa menyerang dari arah Timur Laut dengan terlebih dahulu menundukkan
desa-desa sekitar Gelgel. I Gusti Agung Maruti segera memerintahkan pasukan
untuk bertahan. Sulit untuk menceritakan dahsyatnya pertempuran, saling serang,
saling serbu sehingga banyak jatuh korban nyawa.
Pasukan Gelgel dibawah pimpinan I Gusti Agung Maruti sedang sengitnyamenggempur pasukan Badung di sebelah selatan Gelgel mengamuk sehingga
pasukan Badung banyak jatuh korban sehingga I Gusti Jambe Pule terpaksa
mundur. Pasukan Gelgel dengan orang-orang Jumpai sangat kuat terus
mengepung sehingga I Gusti Jambe Pule dari Badung akhirnya tewas.
Setelah itu pasukan Gelgel muncul dibawah pimpinan Ki Padangkerta yang
mengejar laskar Taruna Gowak dari Den Bukit yang lari tunggang langgang.
Seorang pimpinan regu Teruna Gowak terbunuh sehingga pasukan Den Bukit
terus mundur kembali ke desa Panasan. (Rakyat desa itu merasa panas dengan
adanya laskar Den Bukit, maka desa dinamakan Panasan)
Dengan mundurnya pasukan Badung dan Den Bukit maka Dalem Maruti Di Made
tetap menguasai Istana Gelgel. Rakyat menganggap I Gusti Agung Maruti sudah
menang dan rakyat berbondong-bondong kembali ke Istana Gelgel mendukung
kedudukan I Gusti Agung Maruti.
Mendengar berita bahwa I Gusti Agung Maruti masih tetap bercokol di Istana
Gelgel membuat I Gusti Anglurah Panji sangat kecewa dan marah. Segera
memerintahkan menyusun kembali pasukannya dan segera melakukan
penyerangan kembali langsung dibawah Panglima Perang I Gusti Tamblang dan I
Gusti Made Batan dengan tambahan persenjataan bedil.
Penyerangan kembali dilancarkan sesuai perintah I Gusti Anglurah Panji dengan turunnya I Gusti Tamblang Sampun ke medan pertempuran.
I Gusti Tamblang langsung berhadapan dengan Panglima Perang Gelgel, Ki Dukut Kerta. Perang tanding orang per orang berkecamuk dengan dahsyat antar jago silat, saling tebas saling tusuk. Keduanya sama berani dan tangguh. Selang berapa lama akhirnya Ki Tamblang mengeluarkan ajiannya dan dapat menipu Ki Dukut Kerta dengan gerakan yang tidak bisa ditangkap oleh penglihatan. Tiba-tiba Ki Dukut Kerta roboh oleh senjata di tangan Panglima Perang "Teruna Goawak" Ki Tamblang Sampun.
Penyerangan kembali dilancarkan sesuai perintah I Gusti Anglurah Panji dengan turunnya I Gusti Tamblang Sampun ke medan pertempuran.
I Gusti Tamblang langsung berhadapan dengan Panglima Perang Gelgel, Ki Dukut Kerta. Perang tanding orang per orang berkecamuk dengan dahsyat antar jago silat, saling tebas saling tusuk. Keduanya sama berani dan tangguh. Selang berapa lama akhirnya Ki Tamblang mengeluarkan ajiannya dan dapat menipu Ki Dukut Kerta dengan gerakan yang tidak bisa ditangkap oleh penglihatan. Tiba-tiba Ki Dukut Kerta roboh oleh senjata di tangan Panglima Perang "Teruna Goawak" Ki Tamblang Sampun.
Seketika itu pasukan Gelgel lari tunggang langgang tak tentu arah menyelamatkan
diri karena merasa ngeri dan ketakutan
Setelah itu pasukan Anglurah Singharsa membuat ranjau di sekitar Istana Gelgel.
Sedangkan laskar Dewa Agung Jambe menggempur pasukan pengawal I Gusti
Agung Maruti yang masih berada di dalam Istana Gelgel dan tidak mau menyerah.
Pasukan Den Bukit juga ikut menggempur Istana Gelgel. Kembali terjadi pertempuran sengit kacau balau tidak jelas kawan dan lawan, sehingga banyak rakyat yang jadi korban terbunuh didalam istana. Orang berlarian cerai berai keluar istana, bahkan keluar kota Gelgel. Dalam keadaan hiruk pikuk, I Gusti AgungMaruti dapat lolos keluar istana dan melarikan diri ke arah Barat ditemani Kyai Kidul dan Ki Pasek karena sudah berjanji sehidup semati. Namun terus dikejar oleh pasukan Dewa Agung Jambe dan pasukan Anglurah Singharsa sampai di Jimbaran. Di Jimbaran disambut oleh pasukan bersenjata yang dipimpin oleh Ida Wayan Petung Gading. Akhirnya melarikan diri ke desa Keramas.
Pasukan Den Bukit juga ikut menggempur Istana Gelgel. Kembali terjadi pertempuran sengit kacau balau tidak jelas kawan dan lawan, sehingga banyak rakyat yang jadi korban terbunuh didalam istana. Orang berlarian cerai berai keluar istana, bahkan keluar kota Gelgel. Dalam keadaan hiruk pikuk, I Gusti AgungMaruti dapat lolos keluar istana dan melarikan diri ke arah Barat ditemani Kyai Kidul dan Ki Pasek karena sudah berjanji sehidup semati. Namun terus dikejar oleh pasukan Dewa Agung Jambe dan pasukan Anglurah Singharsa sampai di Jimbaran. Di Jimbaran disambut oleh pasukan bersenjata yang dipimpin oleh Ida Wayan Petung Gading. Akhirnya melarikan diri ke desa Keramas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar