Pawang Hujang - Balian Nerang di Bali
bila krama bali memiliki hajatan, baik dalam bentuk kegiatan sosial maupun yadnya, satu hal yang paling unik dan sering dilakukan adalah ritual "Nerang Hujan" dengan maksud agar hujan tidak turun selama kegiatan berlangsung. melihat fenomena tersebut, ada beberapa orang pintar dibali, baik yang menamakan dirinya "balian Nerang", pawang hujan dan lain sebagainya, mulai melirik bisnis niskala nerang hujan tersebut. banyak diantara mereka yang memasang iklan "Nerang Ujan, Pawang Hujan Bali, Terang Hujan di Seluruh Bali" atau iklan-iklan lainnya yang menawarkan jasa keahlian mereka dalam mengkondisikan alam agar tidak turun hujan selama acara kegiatan yang disepakati.
Kebanyakan orang mendengar istilah ‘pawang hujan’. Pawang hujan nama lain dari nerang. Bahasa Inggrisnya adalah ‘rain stopper’. Nerang berarti menerangkan langit dengan memohon pada Tuhan lewat para manifestasiNya.
Mungkin di zaman sekarang orang mencari atau ingin mendapatkan sidhisakti lebih didasari atas kepentingan pribadi, ekonomi atau atas dasar balas dendam. Seperti disebutkan di atas, di zaman ini orang tak bisa lagi menerapkan hukum rimba. Sehingga jalan yang ditempuh melalui jalan ngiwa atau niskala. Dan kesempatan untuk melakukan tersebut biasanya ada pada acara-acara seremonial seperti pernikahan, odalan. Hal ini terjadi karena kesempatan yang ada lebih terbuka pada saat-saat seperti itu. Apalagi yang berurusan dengan makanan orang yang berniat jahat punya kesempatan besar untuk menebar racun atau cetik di saat seperti itu.
Di Bali orang mengenal banyak gangguan saat mereka mengadakan perhelatan upacara, seperti adanya hujan buatan, gangguan para dedemit yang membuat pemilik upacara koos atau boros, sering terjadi pertengkaran karena saat melakukan upacara, ada juga pasangan mempelai yang tiba-tiba sakit bahkan sampai ada yang meninggal. Kejang-kejang atau membuat hal seperti itu merupakan sidhi yang didapat dari pemujaan-pemujaan kekuatan tertentu. Pemujaan-pemujaan yang ditujukan untuk memperoleh suatu kekuatan sebenarnya akan mengantarkan pelakunya menjauhi kepribadian Tuhan. Kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas sering dilakukan oleh kebanyakan dari kita karena kurang mengerti perbedaan mencari sidhi dengan kegiatan bhakti.
Bagi sebagian orang, pengertian bhakti baru sebatas mencakupkan tangan saat ada odalan atau upacara. Oleh karena itu bukan hal yang aneh bila terjadi penyimpangan dalam kegiatan keagamaan kita. Kegiatan pamer lesaktian atau kekuatan magis yang ditujukan untuk mengganggu, mengusik orang, perhelatan keagamaan, merupakan kegiatan asurik. Jadi bisa dikatakan setiap usaha atau kegiatan yang dimaksud untuk kegiatan ini mendapatkan pujian (puja), laba (keuntungan), kedudukan (pratista) namun jalan tersebut tidak berada dalam jalur bhakti, karena sidhi yang mereka kuasai lebih ditujukan kepada kepuasan diri mereka sendiri dan bukan untuk kesejahteraan semua makhluk hidup atau sarwa prani.
Penguasa atau orang yang mendapatkan kawisesan lewat jalur asurik akan cenderung mengumbar Sadripu, Saptatimira untuk mendapatkan kesenangan dirinya. Mereka terus mengharapkan penghormatan dari masyarakat. Bila mereka tidak mendapatkan pujian, kedudukan, keuntungan di masyarakat mereka akan cendrung memanfaatkan sidhi-nya untuk mengganggu, mengusik orang. Para pemilik sidhi juga akan mudah dimanfatkan oleh orang-orang yang memiliki permasalahan dengan warga lainnya. Apalagi bila orang yang menguasai sidhi tersebut emosinya tak terkendali. Di pihak lain ada juga penguasa sidhi (Sidhimantra) yang rendah hati, dan mereka ini bersifat penolong atau pelindung. Oleh karena pertentangan atau persaingan inilah terus terjadi perlombaan atau usaha meningkatkan ajian antara penguasa sidhimantra dengan penguasa aji ugig. Para penguasa aji ugig akan terus berusaha mencari celah untuk mengganggu, menyakiti orang lain. Karena ajian ini tidak mengajarkan orang tentang rasa rendah hati, prema, serta kebaikan-kebaikan lainnya. Mereka hanya berpacu meningkatkan kekuatan asura di dalam dirinya.
Bukan hal yang aneh lagi bila terjadi suatu ketimpangan dalam kehidupan sosial masyarakat dimana perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. Begitu mencolok, maka di sana akan berkembang perilaku-perilaku asura. Masyarakat di mana para warganya banyak menguasai sidhi akan cenderung tidak tertarik dengan kegiatan bhakti, rasa rendah hatinya kurang, senang mencari kesalahan orang lain atau singkat kata, mereka itu senang mencari-cari kesalahan orang. Seperti raksasa, mereka selalu ingin mengganggu kegiatan ritual, upacara pernikahan serta kejahatan-kejahatan lainnya. Karena keberhasilan mereka untuk mengganggu merupakan kepuasan pribadi mereka. Begitu hal itu terjadi, orang-orang akan dibuat oleh mereka itu takut, menghormati mereka, menyanjungnya dan lain sebagainya. Jika kebiasaan itu terus meningkat maka ego mereka pun terus semakin tinggi. Bila suatu ketika orang salah memperlakukannya, mereka akan memanfaatkan kemampuan magisnya.
Di Bali orang mengenal banyak gangguan saat mereka mengadakan perhelatan upacara, seperti adanya hujan buatan, gangguan para dedemit yang membuat pemilik upacara koos atau boros, sering terjadi pertengkaran karena saat melakukan upacara, ada juga pasangan mempelai yang tiba-tiba sakit bahkan sampai ada yang meninggal. Kejang-kejang atau membuat hal seperti itu merupakan sidhi yang didapat dari pemujaan-pemujaan kekuatan tertentu. Pemujaan-pemujaan yang ditujukan untuk memperoleh suatu kekuatan sebenarnya akan mengantarkan pelakunya menjauhi kepribadian Tuhan. Kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas sering dilakukan oleh kebanyakan dari kita karena kurang mengerti perbedaan mencari sidhi dengan kegiatan bhakti.
Bagi sebagian orang, pengertian bhakti baru sebatas mencakupkan tangan saat ada odalan atau upacara. Oleh karena itu bukan hal yang aneh bila terjadi penyimpangan dalam kegiatan keagamaan kita. Kegiatan pamer lesaktian atau kekuatan magis yang ditujukan untuk mengganggu, mengusik orang, perhelatan keagamaan, merupakan kegiatan asurik. Jadi bisa dikatakan setiap usaha atau kegiatan yang dimaksud untuk kegiatan ini mendapatkan pujian (puja), laba (keuntungan), kedudukan (pratista) namun jalan tersebut tidak berada dalam jalur bhakti, karena sidhi yang mereka kuasai lebih ditujukan kepada kepuasan diri mereka sendiri dan bukan untuk kesejahteraan semua makhluk hidup atau sarwa prani.
Penguasa atau orang yang mendapatkan kawisesan lewat jalur asurik akan cenderung mengumbar Sadripu, Saptatimira untuk mendapatkan kesenangan dirinya. Mereka terus mengharapkan penghormatan dari masyarakat. Bila mereka tidak mendapatkan pujian, kedudukan, keuntungan di masyarakat mereka akan cendrung memanfaatkan sidhi-nya untuk mengganggu, mengusik orang. Para pemilik sidhi juga akan mudah dimanfatkan oleh orang-orang yang memiliki permasalahan dengan warga lainnya. Apalagi bila orang yang menguasai sidhi tersebut emosinya tak terkendali. Di pihak lain ada juga penguasa sidhi (Sidhimantra) yang rendah hati, dan mereka ini bersifat penolong atau pelindung. Oleh karena pertentangan atau persaingan inilah terus terjadi perlombaan atau usaha meningkatkan ajian antara penguasa sidhimantra dengan penguasa aji ugig. Para penguasa aji ugig akan terus berusaha mencari celah untuk mengganggu, menyakiti orang lain. Karena ajian ini tidak mengajarkan orang tentang rasa rendah hati, prema, serta kebaikan-kebaikan lainnya. Mereka hanya berpacu meningkatkan kekuatan asura di dalam dirinya.
Bukan hal yang aneh lagi bila terjadi suatu ketimpangan dalam kehidupan sosial masyarakat dimana perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. Begitu mencolok, maka di sana akan berkembang perilaku-perilaku asura. Masyarakat di mana para warganya banyak menguasai sidhi akan cenderung tidak tertarik dengan kegiatan bhakti, rasa rendah hatinya kurang, senang mencari kesalahan orang lain atau singkat kata, mereka itu senang mencari-cari kesalahan orang. Seperti raksasa, mereka selalu ingin mengganggu kegiatan ritual, upacara pernikahan serta kejahatan-kejahatan lainnya. Karena keberhasilan mereka untuk mengganggu merupakan kepuasan pribadi mereka. Begitu hal itu terjadi, orang-orang akan dibuat oleh mereka itu takut, menghormati mereka, menyanjungnya dan lain sebagainya. Jika kebiasaan itu terus meningkat maka ego mereka pun terus semakin tinggi. Bila suatu ketika orang salah memperlakukannya, mereka akan memanfaatkan kemampuan magisnya.
Nerang Hujan bagi masyarakat Bali
Dibali secara umum, ritual ini bukanlah sesuatu yang baru. dan bila anda krama bali ingin melakukan "nerang hujan" tanpa bantuan balian atau pawang hujan, bisa-bisa saja, asalkan memiliki keyakinan kuat terhadap sesuhunan yang dimohonkan dalam hal tersebut. tempat yang biasanya digunakan untuk nerang hujan tergantung kegiatan yang dilaksanakan. misalnya;- kalau acaranya di rumah, cukup nunas penerangan hujan di sanggah kemulan atau pangijeng karang.
- bila acaranya menyangkut 2 rumah atau lebih, dimungkinkan nunas panerangan di pura banjar, di palinggih bhagawan penyarikan.
- tetapi bila kegiatan melibatkan warga antar banjar, baiknya nunas penerangan di pura khayangan tiga.
sebenarnya, sebagian besar perempuan bali, terutama para istri penyelenggara karya yadnya, yang selalu memikirkan kelangsungan yadnya yang diselenggarakan, sudah mengetahui upakara banten nerang ini, hanya saja mereka terkadang menyediakan saja bantennya, ditaruh di sanggah kemulan atau salah satu pelinggih dipura yang diyakini, kemudian menyerakan tugas selanjutnya kepada para suami untuk ngayab banten upakara nerang ini, tetapi terkadang bagi para suami yang kurang percaya diri, biasanya menyerahkan banten ini kepada pemangku untuk ngayab bantennya. adapaun rincian untuk banten upakara dalam rangkan melakukan ritual nerang hujan diantaranya:
Sambe Layar untuk Nerang Hujan |
- Santun sarad
- Suci
- Tipat kelanan
- Pengambyan
- Tebasan
- Soroan alit
- Segehan kepelan bang
- penastan; arak, berem, air
- dupa 11 batang
disamping itu, untuk memperkuat sarana diatas diperlukan sarana tambahan berupa sembe layar. Pamangku lain dapat menggunakan sarana seikat dupa menyala dan nyuh gading merajah Triaksara. Bila diperhatikan, tiada mantra khusus yang dijalankan waktu menghaturkan banten panerangan hujan diatas. umumnya isi doa saa para pemangku hanya memohon karya yadnya berjalan lancar, dan selama karya dimohonkan agar bhatara yang dihaturkan banten nerang hujan mengawasi, agar tidak turun hujan (nyelang galah). mantra yang sangat simple tetapi sangat religius.
Jasa Balian Nerang Hujan
nah, bila semeton bali memiliki bekal spiritual, ritual nerang hujan bisa dilakukan tanpa harus repot-repot menggunakan upakara banten, cukup dengan kekuatan batin (midep) memohon langsung kepada dewa-dewa yang berkaitan dengan proses terjadinya hujan. adapun dewa-dewa tersebut diantaranya:- Dewa Surya, sebagai saksi kegiatan kita, selaku dewa tertinggi dalam ritual Hindu Bali.
- Wulan-lintang-tranggana, merupakan saksi kegiaan, wakil dewa surya disaat malam hari.
- Dewa Agni, merupakan dewa yang memberikan anugrah kekuatan panasnya api, yang dapat menguapkan setiap embun disekitar kita.
- Dewa Indra, merupakan dewa hujan, hanya seijinnyalah hujan dapat terhenti.
- Dewa Bayu, merupakan dewa angin, yang membantu dalam proses menggeser embun yang telah teruap oleh panasnya jnana (idep).
adapun aturan umun untuk melaksanakan nerang hujan diantaranya:
- pahamilah, hujan merupakan ciri restu tuhan melalui para dewa dan leluhur kita, memberikan kesuburan dan panglukatan, jadi sangat tidak elok kalau kita nerang pada saat melakukan yadnya pecaruan atau sedang ngaturan piodalan, atau saat nunas panglukatan.
- pahami pula area dan dimana saja yang memerlukan perlindungan dari hujan (nerang hujan), karena kita tidak boleh nyengker desa hanya demi keinginan pribadi, ingatlah hujan merupakan sumber air yang sangat diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan dan para petani.
- sehubungan dengan point 2 diatas, waktu nerang hujan juga diperhatikan, janganlah nerang sepanjang hari, karena situasi pada saat nerang hujan, baik suhu serta keadaan akan menjadi penat, panas dengan minim hembusan angin, sehingga akan mengganggu kenyamanan lingkungan serta tetangga.
- pahami ciri-ciri petir, jangan sampai dewa hyang yang sedang melancaran, kita melakukan ritual nerang hujan maka akan berakibat kurang baik kedepannya untuk diri yang melakukan ritual dan orang yang memanfaatkan ritual nerang hujan tersebut.
berikut ini pilihan sarana nerang hujan yang biasa digunakan oleh balian nerang, diantaranya:
- dupa atau dipa
- sambe layar
- pasepan atau padupan
- rokok,
- api pedamaran, baik lilin atau ganjreng (untuk ganjreng biasanya menggunakan minyak nyuh surya)
- cabe yang ditusuk dengan sebatang lidi yang biasa digunakan untuk menyapu (sampat)
- banten pejati, dll
bagi para pemula, terutama yang baru Belajar Tenaga Dalam Asli Bali, berikut ini tehnik umum yang bisa diterapkan:
- lakukan doa saa pembuka, seperti saat awal latihan.
- ikuti doa dalam hati: "ratu sang hyang surya candra lintang tranggana, piceyang tityang penugran nyelang galah panerangan hujan, ledang ratu bhatara indra tan ngemedalan gulem lan hujan, bhatara bayu ngingsirang sekancan gulem ngaja nganinang, ngarangsuk bhatara agni ring sasiran tyang, menadi gni sakti, kedep sidhi mandi mantranku".
- tarik nafas dalam-dalam, letakkan di nabi dan ucapkan mantram (seperti saat latihan).
- tengadahkan salah satu telapak tangan, niatkan gni sakti keluar dari telapak tangan anda.
- gerakan tangan anda memutar berlawanan arah dengan jarum jam (prasawya), sambil tetap tahan nafas anda, dan niatkan gni sakti tersebut membumbung keatas, dan menguapkan awan dilangit
- bila nafas anda sudah tidak kuat, lepaskan pelan-pelan, sambil tetap berkonsentrasi, tarik nafas anda dan kunci nabi anda seperti point 2.
- terus lakukan hingga mendung, awan menjadi menipis.
- bila ada ciri-ciri: angin terasa lembab berair atau kabut semakin menurun, terus lakukan tehnik diatas, karena itu ciri serangan susulan.
- bila mendungnya terasa sudah berat, disarankan menggunakan alat bantu "pedamaran sambe layar" untuk memperkuat gni sakti yang digunakan.
putaran prasawya |
Pedamaran Sambe Layar atau "api terapung" adalah salah satu simbol Hyang Agni, merupakan sistim pedamaran (dipa) dengan menggunakan mangkok kramik (istilah balinya: cawan sutra), sumbu-nya benang tukel (sejenis kapas), minyaknya lengis nyuh surya, sumbu digantung dengan busung (janur) atau daun lontar berbentuk tapak dara yang dirajah "ong-kara pasupati", diatasnya diisi batas uang kepeng sebagai penyangga api. bila memungkinkan uang kepengnya gunakan yang tridatu/pancadatu dan sangat direkomndasikan menggunakan pis wayang (pis anoman, pis padma atau nawasanga). pendamaran sambe layar ini baiknya dibuat pada hari Kajeng Kliwon Enyitan atau Subacara.
selain tehnik diatas, ada cara yang paling simple digunakan adalah mantra nerang hujan pendek ini "Ang Ung Mang Syah" diucapkan 11x ngacep ida bhatara dalem mohon penugrahan panerangan. hanya saja, mantra ini akan bermanfaat apabila anda sudah Belajar Ilmu Spiritual Bali tahap lanjutan, gunakan sarana banten pejati dengan 11 dupa yang dihaturkan kehadapan bhatara surya (sanggah surya).
Disamping itu Ilmu Kawisesan asli Bali lainnya yang biasanya digunakan dalam rangka menahan posisi awan. logikanya dengan kalwung gni, hawa di sekitar target, akan menjadi panas, sehingga udara menjadi lebih hangat, penguapan menjadi lebih maksimal, dan apabila terbentuk awan, awan akan lebih cepat terpecah dan tergeser ke tempat yang lebih sejuk. berikut ini sedikit tentang kawisesan kaluwung gni:
"... iti kaluwung gni ngaran, iki ngawtokakan kasidyan ing pangiwa, salwiring pangiwa tunggal idep nia. yan wawu ataki-taki amtokakan kasidyan ing pangiwa, tatukna tingkahnia tkeng tarpania mwang solah nia. teher idit sanak nia patpat, kengetkna gnah nia mwang pasuk wtunia. yan wus tpet den ta, tut akna ulah ing pangiwa, iki glarakna, sakawenang paglarania. wus mangkana, rehan ing pangiwa, tut akna mwah gnah nia, yan wus mangkana donia, mtu mantra tingkah ing anglekas. yan wus puput, idepakna gnine ring sarira, kengetakna gnah nia mwang pasuk wtunia. gni manca warna gnah nia ring nabi, pasuk wetu nia ring siwadwara, irika pangulun ing gni. gni sweta gnah nia ring.... dan seterusnya..."
ini digunakan pada saat hujan sudah tidak bisa ditahan, biasanya akibat perbuatan orang-orang yang ingin merusak kegiatan dan sengaja menyerang dengan sarana hujan. adapun mantranya:
Ong Ang , Bang Gni Astra murub kadi Kala Rupa, Anyapu awu, Durga lidek teka geseng 3X, Aku Sanghayang Cintya Gni Angabar abar gni sejagat, Bhuta gseng, Kala Gseng, Desti gseng, Ndih aku kadi teja sumirat, Gseng tan patalu-talu, Teka geseng 3x, lah poma 3x dst...
berikut ini tehnik nerang hujan, dengan mengunakan kekuatan dasa aksara:
ring Buwana Agung, Brahma-Iswara, wetuakena.
Apan Trikasara lingganing api, yeh, angin.
Ida maraga Brahma, Wisnu, Iswara.
Ida meraga Sang Hyang Tunggal, malingga ring patining idepta. Yang sira anunggalan idep, Sang Hyang Triaksara awas ranuhun, apan irika lingganing idep, Sang Hyang Triaksara awas rumuhun, apan irika lingganing idep, beginilah adalnya:
Ang; bayu, Ung; sabda, Mang; idep. Ang metu ring irung karo.
Ang; Brahmaloka, Ung; Wisnuloka, Mang; Siwaloka.
Brahmaloka, tunggalakena ring Wisnuloka,
malih Brahmanaloka lan Wisnuloka tunggalakena ring Siwaloka.
Sambil aneleng tungtuning irung, aneleng tungtunging pamusti.
asiki ring idep (pikiran). Ang, Ung, Mang (Bayu, Sabda, idep) anunggal,
panunggalannya ingaran Sang Hyang Pasupati, sumungsang ring pakukuhing jiwanta.
Yang sira weruh anipta niki, asing pinuja sidhi palanya, away wera pingita jua.
lebih lanjut, silahkan baca: Dasa Aksara
tentu saja, mantra-mantra kawisesan diatas tidak bisa hanya dihafalkan saja, perlu kekuatan batin (idep) untuk ngurip (menghidupkan) mantra-mantra tersebut, sehingga mantra nerang hujan tersebut dapat berfungsi maksimal. bila ada keinginan semeton krama bali yang ingin belajar nerang hujan, carilah guru spiritual yang berkompeten, atau bisa saja belajar sendiri dirumah, dengan mempelajari tehnik tenaga dalam asli bali, hanya saja butuh waktu yang cukup lama karena tanpa bimbingan guru secara langsung.
demikian sekilas tentang Pawang Hujang - Balian Nerang di Bali, mohon untuk dicatat penulis bukanlah praktisi Balian Nerang Hujan, semoga informasi ini bermanfaat.
jual bongkahan batu bacan doko dan palamea
BalasHapusbatu bacan asli dari ternate.
harga bongkahan bacan doko dan palamea
- berat 1 ons : 500.000
- berat 5 ons : 1.250.000
- berat 1 kilo : 2.500.000
bagi yg minat hubungi kami
- tlpn : 082337053676
- pin bb : 588df60d
Yang ingin belajar nerang atau
BalasHapusPawaong hujan atau nerang bisa hub saya ... dijain bisa membantu anda
Kegiatan apa saja...
Tarip. Nerang
1 hari nerang 2.000.000
2 hari nerang 3.500.000
3 hari nerang 4.500.000
4 hari nerang 5.500.000
Dp sebagai tanda jadi 500,000
Hub 087862632999
Jero gede dukuh sakti