Google+

Upacara Yadnya Membangun Rumah Adat Bali

Upacara Yadnya Membangun Rumah Adat Bali

tujuan diadakannya upacara ini adalah untuk menyeimbangkan alam yang akan ditempati oleh calon penghuninya, agar diperoleh "kerahajengan sekala-niskala" terpenuhi apa tujuan dari penghuni ataupun pemiliknya.

setiap bangunan yang dibuat/dibangun, dikatakan belum selesai pengerjaannya apabila belum diupacarai. karena itu, janganlah menempati bangunan tersebut, karena akan mengganggu keharmonisan dari orang yang menempati. itu akan dianggap selesai apabila setelah selesai diupacarai sesuai dengan aturan yang tertuang dalam sastra agama. adapun sarananya berupa bebantenan serta keanteb/kapuput oleh pinandita atau pandita.
adapun tatacara urutan Upacara Yadnya dalam Membangun Rumah Adat Bali, diantaranya:

Budha Cemeng Klawu - Hari Raya Memuja Dewa-Dewi Keberuntungan dan Rejeki

Budha Cemeng Klawu

Dalam sistem kalender Bali, Buda Cemeng Klawu atau Buda Wage Klawu yang jatuh setiap hari Rabu pada wuku Klawu di penanggalan Bali, merupakan hari perayaan yang cukup dianggap penting oleh umat Hindu khususnya di Bali. Hal ini sering disebut sebagai piodalan Ida Bhatara Rambut Sedana yang diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali oleh masyarakat Hindu di Bali.

Pemujaan pada hari ini lebih banyak diperuntukkan untuk Bhatara Sri Sedana. Dewa Kekayaan, kemakmuran, kemurnian, dan kedermawanan selalu dihubungkan dengan Dewi Laksmi.  

Dalam tradisi agama Hindu di Bali, “Batara Rambut Sedana” dipuja sebagai “Dewi Kesejahteraan” yang menganugerahkan harta kekayaan, emas-perak (sarwa mule), permata dan uang (dana) kepada manusia. Kegiatan peringatan “Sri Sedana” yang lazim disebut “Rambut Sedana” merupakan hari raya atau odalan bagi uang maupun nafkah yang telah dianugerahkan Tuhan Yang Mahaesa kepada umat Manusia.

Mantra dan Ritual Menarik Rejeki

Mantra dan Ritual Menarik Rejeki


Presiden pertama Indonesia menjelaskan bahwa
“Manusia hidup perlu makan, untuk makan perlu uang,
untuk dapat uang bekerjalah, agar dapat pekerjaan belajarlah”. 
Dari pernyataan pidato Bung Karno ini secara tidak langsung menekankan adanya korelasi antara belajar, uang dan hidup. Sehingga semua orang butuh uang, semua orang mencari uang, semua orang mengunakan uang agar dapat hidup.

Permasalahanya terletak pada pengertian uang, bentuk uang dan sebagai pemeluk Hindu yang percaya dengan manifestasi Tuhan adalah Dewa Uang.
Setiap orang yang ditanya tentang Dewa Uang jawabanya beragam, ada yang menyebut Bhatara Sri Rambut Sedana, Bhatara Sedana, dan yang lebih menyesatkan ada yang menyebut Bank, Tuyul atau brerong.

Babad Ki Patih Wulung

Babad Ki Patih Wulung

bagi pecinta babad bali, pasti pernah mendengar kebesaran nama dari Ki Patih Wulung atau Patih Ulung. teapi sangat sedikit literatur yang menerangkan keberadaan beliau dan keturunannya. untuk itu, memalui artikel ini mencoba mengungkap siapa sebenarnya sosok Ki Patih Wulung tersebut. sudah tentunya, tulisannya ini masih banyak kekuarangannya, karena itu masukan dari para semeton bali pecinta babad bali sangatlah diperlukan.

Riwayat Singkat Ki Patih Wulung

Nama Sebelumnya Mpu Jiwaksara Putra dari Mpu Dwijaksara.
  • Sampai tahun 1343 : menjadi patih Amangkubumi Sri Tapohulung sehingg di sebut Ki Patih Ulung
  • 1343-1351 dianugrahi Oleh Mahapatih Gajah Mada Sebagai Raja Bali (caretaker) dengan Gelar Kiyai Gusti Agung Pasek Gelgel (I)
  • 1351-1358 kembali menjadi Patih (patihnya Sri Krena Kepakisan ) dengan pangkat Patih Amangkubumi dengan Gelar Kiyayi Gusti Agung Pasek Gelgel (I)
  • 1358 : Karena ada intrik politik diantara para pejabat Keadipatian Bali, dimana para Arya dari Jawa menginginkan jabatan patih Amangkubumi dijabat olehnya maka Kiyayi Gusti Agung Pasek Gelgel (d/h Ki Patih Ulung) mengundurkan diri dari patih Amangkubumi dan memilih menjadi Bendesa (pemimpin wilayah desa/prebekel) di Desa Mas dengan gelar Kyayi Gusti Pangeran Bendesa Manik Mas (I)

Tips cepat mencapai SORGA

Tips cepat mencapai SORGA

mungkin bagi umat hindu judul artikel ini akan menjadi bahan gunjingan, karena semua orang hintu mengetahui bahwa tujuan agama hindu bukanlah sorga seperti yang diperebutkan agama-agama Non-Hindu, tujuan agama hindu adalah Jagadhita dan Moksa. tetapi kenapa masih juga menulis Tips cepat mencapai SORGA?
hanya ada satu jawaban, yaitu mengingatkan semeton Hindu Bali, bahwa Untuk Mendapatkan Sorga sangatlah mudah, tidak ribet seperti agama non-Hindu, tidak perlu menunggu Hari Kiamat yang tidak kunjung datang bagai janji palsu atau janji gombal untuk merayu anak kecil. Sorga atau Neraka bisa tercapai secara otomatis saat kita meningal dan bila Moksa tidak tercapai. dan ingatlah, sorga itu artinya kebahagiaan, bukan pesta pora, kesenangan pelampiasan hawa nafsu ataupun kesenangan duniawi lainnya. sorga adalah tempat yang tenang, tentram, nyaman penuh rasa kebahagiaan. sorga adalah sebutan kebahagiaan di akhirat, sedangkan jagadhita adalah kebahagiaan duniawi semasa hidup. apabila ada agama yang mencampur adukan kebahagiaan dengan kesenangan nafsu, bolehlah kita meragukan ajaran tersebut.

Sejarah Lahirnya Sistem Kasta

Sejarah Lahirnya Sistem Kasta

Buku pelajaran sejarah untuk kelas XB terbitan Viva Pakarindo, Klaten Jawa Tengah pada halaman 38 menulis sebagai berikut :
Di India, sistem kasta lahir dan berkembang bersamaan dengan munculnya agama Hindu. Ketika agama dan Kebudayaan Hindu mulai berkembang di Indonesia, sistem kasta tidak berlaku mutlak seperti di India. Masyarakat Hindu Indonesia mengenal sistem kasta dalam ajaran agamanya, tetapi tidak menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menyesuaikan sistem kasta dengan keadaan masyarakat Indonesia.
Dalam penyusunan materi buku sejarah tersebut, penulis menggunakan sumber literatur yang sesuai dengan kulikulum KTSP 2006 diantaranya dari :

  • Wawasan Sejarah 1 Indonesia dan Dunia Kelas X SMA dan MA, dengan pengarang Shodiq Mustafa, Terbitan Tiga serangkai, Solo, 2007...halaman 96
  • Mandiri (Mengasah Kemampuan Diri) Sejarah SMA/MA Kelas X, pengarang Leo Agung dan Dwi Ari Listiyani, Terbitan Erlangga, Jakarta, 2009..halaman 60


Sampai saat ini masih banyak buku buku yang memuat informasi menyesatkan tentang agama Hindu, disengaja atau tidak, buku tersebut terus dicetak berulang-ulang, referensi yang dipakai juga yang menyesatkan agama Hindu, sehingga saling dukung dan kompak, sementara sumber-sumber resmi dari penulis-penulis Hindu terpelajar tidak pernah dipakai sebagai bahan referensi.