Google+

Mantra Pengusir Setan, Iblis, Jin dan Makhluk Halus

Mantra Pengusir Setan, Iblis, Jin dan Makhluk Halus

mungkin semeton Bali yang gemar nonton tayangan TV swasta di indonesia, yang menayangkan para dukun ataupun paranormal menangkap hantu, mengusir setan dan jin dengan hanya komat-kamit bahkan ada terang-terangan menyatakan menyatakan hanya membaca ayat suci saja, "mereka" para Makhluk Halus seperti hantu, jin, setan iblis dan sebangsanya langsung kabur karena terbakar oleh rafalan para "balian" tersebut.

bila dipandang sepintas, tontonan tersebut terkadang akan memotivasi seseorang untuk pindah keyakinan, apalagi belakangan ini, ada tayangan yang sengaja atau tidak sengaja "melecehkan" keberadaan keyakinan kita di Bali. mungkinkah keyakinan kita di Bali, setaraf setan, jin serta Makhluk Halus, yang dengan mudah diatur oleh paranormal dari luar Bali, bahkan pada kabur karena takut akan ilmu paranormal tersebut? Bagi penekun ajaran Jnana dan Raja Marga akan tersenyu bila menonton hal tersebut, karena tontonan tersebut bagai parodi anak sekolahan yang baru mengenal panggung pentas. tapi akan berbeda pandangan dimata para penganut ajaran bhakti marga, ini merupakan "pelecehan keyakinan" karena itu menunjukan bahwa junjungan orang bali disamakan dengan sejenis Makhluk Halus. lebih jelasnya tentang pandangan tersebut silahkan baca "Catur Marga Yoga".

kembali kepokok bahasan, mungkin semeton para penggemar tontonan paranormal penangkap hantu/setan, jejak paranormal, dunia lain derta tontonan senada dengan mengumbar adanya alam gaib serta Makhluk Halus, akan memiliki pertanyaan yang hampir mirip.
apakah dalam agama hindu, mengenal Mantra Pengusir Setan, Iblis, Jin dan Makhluk Halus, seperti halnya ilmu yang dipakai paranormal di TV tersebut?
jawabannya, Ya Ada!!
trus, mantra apakah tersebut?
pernahkan semeton bali mendengar "Mantra Perlindungan Mrtyunjaya"?
adalah mantra pemujaan kepada dewa siwa, yang terkenal tersebut yang bisa melakukan hal yang sama.

Dalam sebuah teks lokal bernama Usana Bali terdapat kisah yang menyebutkan seorang raja di Bali bernama Sri Aji Jaya Kasunu. Namun ia tidak bereinginan menduduki tahtanya itu, mengingat raja-raja yang menduduki tahta sebelumnya selalu berumur pendek atau segera mati setelah dinobatkan. Kegelisahan ini membuatnya pergi melakukan sadhana yang dilakukan setiap tengah malam di setra gandhamayu (kuburan). Dengan memuja Dewi Durgha, Jaya Kasunu mohon anugerah agar kemalangan yang menderita raja-raja Bali dapat berakhir. Dia memuja Dewi Durgha karena merupakan dewa yang berkuasa untuk melenyapkan segala penyakit, bencana dan kemalangan lainnya.

Singkat cerita, pada suatu waktu, Dewi Durgha berkenan memperlihatkan dirinya di hadapan Jaya Kasunu dan menganugerahkan mantra kemenangan Mrtyunjaya. Selain itu Dewi Durgha juga mengamanatkan, agar penguasa Bali dan masyarakatnya merayakan Galungan. Dengan anugerah Dewi Durgha inilah Sri Aji Jaya Kasunu akhirnya dapat memerintah Bali dengan tenang dan dibebaskan dari wabah penyakit yang membahayakan. Ada pun mantra Mrtyunjaya anugerah Dewi Durgha itu adalah sebagai beriut:
Ong mrtyunjaya aya dewa sya
Yona mamyaman kirtaye
Dirgghayusa mawa pnotih
Sanggrame wijayam bhawet
Ong hayu werdhi yaso werddhi
Werddhi prajna suka sriya
Dharma santana werddhisca
Santute sapta werddhi syat.
Artinya:
Om, siapa pun yang mengucapkan pujaan kepada Mrtyunjaya (Tuhan yang jaya atas kematian), akan memperoleh umur yang panjang dan dalam perselisihan akan memenangkannya.
Om, hidup bahagia, berjasa, bijaksana, senang dan mulia, semua anak keturunan dalam aturan abadi, itu adalah bagian yang dapat kau peroleh. (sumber: Usana Bali Usana Jawa, halaman 28 dan 92).

Menurut Ida Bagus Putu Adriana, Mrtyunjaya menunjuk kepada aspek Siwa sebagai penguasa yang mengatasi kematian. Mrtyu artinya mati sedangkan jaya artinya menang. Jadi, mrtyunjaya artinya jaya atau menang atas kematian. Penekun lontar dan pembina di Yayasan Bukit Pengajaran (ghantayoga - Klinik Jalasiddhi) ini melanjutkan, bahwa pemujaan terhadap Siwa dengan nama-nama berbeda memang banyak dijumpai di Bali. Ini berhubungan dengan kepentingan si penyembah dalam menempatkan dewa pujaannya sebagai fungsi tertentu. Misalnya, di dalam menuntun umatnya di dunia, Siwa dipuja dengan nama Rare Angon (penggembala anak-anak). Beliau juga dipuja sebagai Sangkara ketika menciptakan dam memberikan kehidupan pada tumbuh-tumbuhan. Ia juga disebut dengan nama Pasupati, yaitu yang memberikan kehidupan.

Penyebutan nama-nama Tuhan yang banyak dalam Hindu dihubungkan dengan penciptaan yang dilakukan oleh Tuhan di dalam menjalankan lila-nya (permainan). Karena itu, Tuhan yang absolut mengejawantah dalam berbagai-bagai bentuk maupun fungsi dalam rangka menyelenggarakan ciptaanNya. Dari yang absolut atau mutlak yang bersifat Maha Sempurna, Maha Segalanya, tercipta sesuatu yang bersifat terbatas, yaitu ciptaan berupa makhluk hidup maupun benda mati. Sifat-sifat yang terbatas yang ada pada diri manusia manakala ingin bersentuhan kembali dengan Pusat Kesempurnaan (Tuhan), maka terjadilah situasi kerinduang spiritual dalam situasi dan kondisi tertentu yang sifatnya terbatas atau dibatasi oleh sifat-sifat penciptaan itu, sehingga pemujaan terhadap Tuhan dihubungkan dengan ruang dan waktu di mana manusia itu berada. Demikianlah misalnya, ketika manusia menderita sakit berat, dilanda wabah dan sebagainya, maka ia memuja Tuhan sebagai figur yang mengatasi kematian dan pemberi kesembuhan. Pada situasi itulah Tuhan (Siwa-dalam Siwaisme) dipanggil dengan gelar kebesaran Mrtyunjaya. Namun, pada saat petani merindukan Yang Maha Kuasa memberikan kesuburan pada pohon-pohon dan tanaman lainnya, maka dipujalah Tuhan sebagai Sangkara yang berkuasa atas tumbuh-tumbuhan.

Masih menurut Ida Bagus Putu Adriana, mantra Mrtyunjaya di Bali digunakan dalam berbagai prosesi penyucian (penglukatan) oleh sulinggih. Dan yang perlu dicatat, meskipun mantra ini disebutkan sebagai anugerah dari Dewi Durgha, namun untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan, maka seorang pelantun mantra ini mestilah memiliki sidhi supaya mantra yang diucapkannya dapat bertuah atau siddhi mantra. Di sinilah hukum-hukum spiritual senantiasa berlaku pada siapa saja, bahwa siddhi mantra ini hanya dapat diperoleh dengan usaha menaati perintah-perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam ajaran yoga dua langkah ini disebut yama dan niyama. Moralitas luhur adalah fondasi bangunan spiritual untuk menuju kesucian diri. Setelah memperbaiki moralitas, usaha berikutnya adalah melakukan perenungan dan mengingat Ida Sang Hyang Widhi terus menerus untuk menyelaraskan kembali ketidakterbatasan kita menuju sumber yang tak terbatas. Hanya dengan usaha yang tekun, sabar, tekad yang kuat, kesucian itu terbangun tahap demi setahap dan kemampuan siddhi mantra akan diperoleh. Siddhi mantra dalam konteks ini adalah dalam makna spiritual, bukan sidhhi dalam tataran wisesa atau sakti dalam ngelmu gaib atau pelajaran supranatural. Karena itu, menurut pembina Ajaran Ghanta Yoga ini, spiritual bukanlah sesuatu yang instan, melainkan evolusi bertahap di dalam mendewasakan batin untuk semakin memahami hakikat sang diri untuk kemudian menuju hakikat Sang Pencipta.

Uraian tersebut memberikan gambaran, bahwa mantra Mrtyunjaya akan memiliki tuah dan pengaruh berbeda pada setiap orang tergantung tingkat kesucian rohaninya. Karena itu mantra bukanlah jalan pintas memecahkan solusi, kecuali ada usaha kuat terlebih dahulu di dalam menguatkan mental dan tekad untuk maju, sebagaimana yang ditempuh Sri Aji Jaya Kasunu yang bertekad untuk tidak menjadi raja sebelum menerima karunia dari Yang Kuasa.

Mrtyunjaya stava dalam versi Bali sedikit berbeda dengan Maha Mrtjunjaya mantra versi India, namun sama-sama memuja Dewa Siwa dalam fungsinya sebagai pemusnah berbagai penyakit dan yang mengalahkan kematian. Dalam fungsinya seperti itu, di Bali ia dipuja sebagai Sang Hyang Mrtyunjaya, sedangkan di India Ia dipanggil sebagai Trayambhaka. Ada pun bunyi mantranya adalah sebagai berikut:
Om trayambakam yaja mahe
Sugandhim pusthi vardhanam
Urvarukamiva bandanan
Mrityor mukshiya mamratat (Rgveda VII.56.12)
Artinya:
Kami memujamu, wahai Siwa yang bermata tiga, yang memberikan keharuman dan memelihara segala makhluk, semoga Dia membebaskanku dari kematian menuju keabadian, seperti mentimun yang lepas dari tangkainya.
Menurut Svami Sivananda, mantra ini menjauhkan dari kematian karena gigitan ular, sambaran petir, kecelakaan, kebakaran, angin topan, air bah dan lain-lain. Di samping itu mantra ini dapat memberi efek penyembuhan. Mantra ini juga merupakan mantra mosa (mantra Siva). Ia menganugerahkan kesehatan (arogya), umur panjang (dirgha ayus), kedamaian (santih), kesejahteraan (aisvarya), kekayaan (pusti), kepuasan (tusti) dan kesempurnaan (moksa).

Trayambhaka adalah sebutan lain untuk Rudra, bentuk Dewa Siwa saat melebur alam semesta ini. Nama lain dari Rudra adalah Kapardin Karena itu, Maha Mrtjunjaya mantra ini juga disebut Rudra Mantra. Dalam Yajurveda dan Atharvaveda yang banyak menyebut Rudra, melukiskan sebagai sosok laki-laki bertubuh besar, perutnya berwarna biru dan punggungnya berwarna merah. Kepalanya berwarna biru (Nilagriwa) dan lehernya berwarna putih (Sitikantha), kulitnya berwarna coklat kemerah-merahan.

Ia tinggal di pegunungan, merupakan dewa yang sangat pengasih, seperti seorang ayah yang menyayangi putranya. Ia juga merupakan dewa yang memberikan kesembuhan kepada setiap makhluk dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Di dalam Rgveda, Rudra diidentikkan dengan Dewa Agni, namun di dalam Yajurveda, Rudra diidentikkan dengan Sarva dan Bhava. Kata Rudra berarti menakutkan yang berasal dari urat kata rud yang artinya mengaum.

Di Bali, umat Hindu secara umum memang tidak banyak yang mengerti mantra Mrtjunjaya yang dianugerahkan Dewi Durgha untuk Raja Sri Aji Jaya Kasunu yang juga sebagai pelindung jagat Bali. Namun, hasrat untuk mengusir mara bahaya, wabah penyakit dan sejenisnya itu terwujud dalam bentuk praktik tradisi merayakan Galungan yang disertai dengan pemasangan penjor di depan rumah penduduk. Sehari sebelumnya, yaitu pada Selasa, Wage, Dungulan, diamanatkan untuk melaksanakan upacara abeyakala disertai dengan bersenang-senang makan dan minum dengan terlebih dahulu mempersembahkan sesajen di pura masing-masing. Itu semua titah Bhatari Durgha, dan rakyat Bali hingga kini patuh untuk melasanakannya, karena dengan memasang penjor mereka yakin telah melakukan usaha untuk memenangkan dirinya terhadap berbagai halangan.

Mantra Mrtyunjaya Mampu Usir Makhluk Halus Seketika

Mari kita sempitkan Pengertian Immanen sekarang ini, karena kita berbicara masalah tuah dari sebuah mantra yang diucapkan. Demikian juga dengan transedensi. Dapat artikan secara sempit, maka immanen adalah badan jasmani kita sedangkan transedensinya adalah hal-hal yang niskala yang berkaitan dengan tubuh jasmani kita sendiri. Maka dengan demikian, kita akan menemukan bahwa jasmani ini akan dipengaruhi hal-hal yang tidak nampak secara material, baik secara energi dan juga mahluk halus yang hanya punya badan halus tanpa badan kasar.

Mantra Mrtyunjaya menyeberangi dua sisi alam berbeda ini dan memberikan energi baru untuk sebuah peyegaran dan kesehatan, juga perlindungan bagi manusia yang mengucapkannya dengan kesungguhan hati. Berbeda dengan mantra yang lain, mantra ini memang memiliki fungsi untuk proteksi diri secara jasmani dan rohani. Mengapa dinyatakan demikian. Begini penjelasannya.

Semeton Bali perlu tahu sebuah kisah unik dan nyata tentang kedahsyatan mahamantra ini. 
Pulau Bali, bukan hanya dikenal sebagai pulau surga, tetapi pulau yang penuh dengan daya pikat magis dan mistik. Terkait dengan hal ini, tentu saja pasukan makhluk tidak terlihat juga banyak di Bali. Suatu ketika, Wayan (nama samaran) melakukan sebuah tindakan yang mengundang kemarahan pasukan makhluk halus.
Suatu ketikka ia mengangkat sebuah batu besar hitam yang dia temukan di pinggir sungai dengan alasan untuk tempat duduk. Wayan sangat gemar memancing dan layaknya pemancing mania, dia tidak segan-segan datang ke sungai lebar dan tenget. Batu yang dia duduki ternyata rumah dari sekumpulan makhluk halus, dan kontan saja hal itu membuat petaka besar. Kakinya tiba-tiba terasa kesemutan dan susah bergerak, lalu kaku dan sama sekali tidak bisa digerakkan. Dia mengerang kesakitan, dan pancing yang dia bawa dilepaskan.
Ia lantas berteriak minta tolong sekeras mungkin, namun tidak ada yang datang, sebab tukad itu jauh dari pusat keramaian. Dia ingat dengan pesan mendiang nenek, bahwa tukad dimanapun pasti ada penunggunya. Teringat pesan itu, ia kemudian matur: “Aduh… kalau saya pernah berbuat salah di sini, mohon maaf. Saya hanya memancing dan jika saya keliru saya minta maaf.” Setelah berkata demikian, Wayan masih saja tidak dapat bergerak dan kakinya kaku laksana kayu kering. Darah mudanya mulai memuncak, merasa sudah minta maaf malah sakitnya menjadi-jadi, maka timbullah niatnya untuk melawan makhluk halus itu kali ini. Wayan ingat dengan sebuah mantra yang diberikan guru SMA nya dulu yang katanya baik untuk melindungi diri. Mantra itu yang bernama Mrtyunjayamantra dan itulah yang diucapkannya sekarang.
Dia baca mantra itu keras-keras dengan perasaan melawan dan berkali-kali, dia sendiri tidak sadar berapa kali dia bacakan mantra itu. Anehnya, kakinya sekarang terasa ringan kembali, tidak kaku lagi. Kesemutannya berangsur menghilang dan dengan segera dia bangkit lalu pergi meniggalkan tempat itu. Merasa kurang aman lalu dia nunas baos ke balian, dan menemukan jawaban bahwa batu yang dia duduki adalah rumah dari bangsa Jin. Makhluk halus itu ketakutan mendengar suara Mantra dan badannya seperti dibakar, oleh sebab itu mereka kabur.

bila kita menalar dengan seksama bahwa mantra sejatinya adalah gelombang-gelombang elektromagnetik yang dapat membawa perubahan energi potensial bagi tubuh. Kekuatan ini tidak dapat dilihat secara mata telanjang sebab dia berada di jalur transedensi, sedangkan tubuh jasmani kita ada di jalur immanen. Kekuatan niskala inilah yang datang kemudian meliputi dunia material dan membawa pengaruh yang kuat. Jadi kekuatan mantra, berada dalam dua aspek, pertama niskala dan kedua adalah sekala.

Dengan demikian, keselamatan yang didapat lewat membaca mantra adalah keselamatan jasmani dan rohani. Sebab tubuh kita akan mengalami gangguan jika dunia niskala terganggu. Untuk kasus ini sudah banyak bukti yang membenarkan. Sekarang pembaca budiman yang memiliki bagiannya, entah yakin atau tidak, yang jelas begitu mantra diucapkan kekuatan itu sudah langsung bereaksi.

Sama dengan ketika seorang pasien datang berobat ke dokter. Sang dokter memberikan obat, kemudian si pasien entah yakin atau tidak dengan obat itu, ketika obat itu diminum, obat itu akan bereaksi, demikian juga mantra. Namun karena kekuatan itu bersifat transedensi, maka perlu sebuah ketulusan. Disinilah mengapa sebelum orang membaca mantra, dia harus melihat dan memahami arti mantra tersebut.

Sebab orang-orang yang membaca mantra, itu bukan semuanya memiliki ketulusan hati, sebab ada juga yang membaca mantra hanya sekedar-sekedar. Namun meskipun demikian, klasifikasi ketika mantra diucapkan biasanya akan memenuhi hal berikut ini: 

  1. Ketika bhakti tulus, mantra diucapkan. Dan hal ini adalah yang paling baik. sebab reaksi mantra juga akan semakin baik, apalagi dengan konsentrai pikiran yang jernih.
  2. Ada orang yang membaca mantra karena ingin perlindungan. Entah karena takut dalam gelapnya malam, atau tengah pentas calonarang sambil ngundang Leak, maka orang yang bersangkutan perlu membaca mantra untuk proteksi diri sendiri dari gangguan niskala.
  3. Orang membaca mantra karena ingin sembuh dari sakit. Hidup ini tidak selamany ideal seperti dalam gambaran hayalan kita. Kadangkala seseorang harus jatuh sakit, dan menderita. Dia mengucapkan mantra untuk memberikan kesembuhan. Mantra disamping memberikan gelombang energi, juga memberikan sugestifitas yang baik untuk sebuah optimistis sembuh bagi semua penderita penyakit. Jadi alangkah baiknya dibaca.
  4. Ada juga yang membaca mantra untuk kekuatan (kawisesan) seperti para penekun spiritual di Bali.


Apa pun bentuknya, yang jelas Mahamantra Mrtyunjaya memberikan semua hal itu kekuatan. Sebab yang dipuja adalah Maharudra, aspek Tuhan yang menjadi bapak bagi jalan Prawerti Marga dan Niwerti Marga. Pemilik mantra ini adalah Sang Hyang Asuthosa, yang paling cepat berkenan yang paling bermurah hati. Layaknya seorang ayah, apa pun yang diminta oleh sang anak, maka sang ayah akan memberikannya.

Jadi apakah mantra ini sama dengan ayat kursi dalam agama Abrahamik untuk membunuh setan? Jawabannya tidak, sebab Mahamantra ini bukan untuk mengusir, untuk mentralisir. Jika mengusir, ini akan berada dalam kapasitas blok kanan dan blok kiri, sedangkan netral adalah tanpa ada atribut. Layaknya atom yang terdiri dari kekuatan positif (+) Proton, kemudian (-) electron dan netral (Neutron). Kelebihan muatan electron akan dientralkan oleh Neutron. Kelebihan ketakutan, dengan membaca mantra, dinetralkan agar gelombang otak yang kacau, menjadi lebih stabil lagi. atau ketika kekuatan tanpa badan jasmani (mahluk halus) menggangu, maka kekuatan mantra menetralisirnya, jadi mahluk itu hanya diusir. Bukan dibunuh. Sebab mereka (jin) juga makhluk Tuhan.
baca juga tentang:
Jadi sekarang terserah para pembaca yang meyakininya. Namun diingatkan, hidup di alam semesta, adalah hidup dalam gelombang energi, dan salah menggunakan energi atau benturan dengan energi lain, cukup membawa dampak fatal bagi kesehatan anda. Jadi rajin-rajinlah membaca mantra sebagai ekspresi keimanan kepada Ida Hyang Widhi.

19 komentar:

  1. Balasan
    1. Olong kosong ? Klo mau kaya ya usaha dan kerja dan typ berdoa memohon kepadanya

      Hapus
  2. artikel artikel dari budaya bali sangat bagus, namun saya belum bisa mengkopynya bagaimana caranya ya ??

    BalasHapus
  3. Moga yang telah memposting ini slalu de berkati IDHA SHANGHYANG WIDHI WHASA (TUHAN YANG MAHA ESA) SWHA

    BalasHapus
  4. Postingan yg sangat bermanfaat.
    Matur suksma

    BalasHapus
  5. Apakah ada youtubnya cara membaca mantra itu yg baik dan benar?? Suksme

    BalasHapus
  6. Saya pernah punya pengalaman terselamatkan Tuhan dari maut dg Mantra Gayatri. Pikiran perasaan dan sikap dibutuhkan dlm pengucapan mantra ini

    BalasHapus
  7. Saya pernah punya pengalaman terselamatkan Tuhan dari maut dg Mantra Gayatri. Pikiran perasaan dan sikap dibutuhkan dlm pengucapan mantra ini

    BalasHapus
  8. Bisa dibantuin untuk mendapatkan ucapan mantranya ?

    BalasHapus
  9. Om suastiastu Sukseme atas penjelasannya,,intinya semua mantra itu hanyalah jalan untuk kita bisa lebih dekat dengan tuhan.walopun kita tdk bisa baca mantra,,kita hanya cukup memohon kepada beliau dngn tulus,pasti kita akan di restui keselamatan.karna beliau maha kasih dan penyayang.Om Namah Siwaya,Om Dum Durgaye Namah🙏Om Santih Santih Santih Om🙏

    BalasHapus
  10. Tiang sampun membuktikan 18 maret 21 mantra dewa siwa sangat bermanfaat dan anak tian astungkare terselamatkan dari maut saat melahirkanya

    BalasHapus
  11. Om swastiastu....smoga yg menulis ini memberikan tuntunan lebih banyak dan menulis yg lebih kp kita umat hindu....jay...jay shiv...

    BalasHapus