Pages

Panca Yadnya

Panca Yadnya

Yadnya adalah berarti kurban suci yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas dalam ajaran Agama Hindu. Kata ini berasal dari Bahasa Sanskerta: यज्ञ (yajña) yang merupakan akar kata Yaj, yang berarti memuja, mempersembahkan atau korban suci. Dalam praktik agama Hindu di Bali, terdapat lima jenis Yadnya yang disebut dengan Panca Yadnya.

Panca yadnya berasal dari bahasa sansekerta, Panca berarti 5 dan yadnya berarti korban suci. Jadi panca Yadnya berarti lima korban suci yang tulus ikhlas tanpa mengarapkan imbalan. Orang yang melakukan Yadnya disebut Yajamana.

Dasar melakukan Yadnya

Semua yang ada di dunia ini merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa atau Hyang Widhi. Diantara ciptaan Tuhan maka manusia merupakan  ciptaanNya yang paling sempurna, karena manusia dapat berbuat, berkata-kata dan memiliki pikiran atau dengan  kata lain manusia memiliki unsur Tri Pramana yakni  bayu, sabda dan idep. Dengan  kesempurnaannya inilah  manusia wajib  menghormati dan menghargai semua ciptaan Tuhan, sebagai mana ada yang ditegaskan dalam sloka berikut ini:
Sarwa idam khalu Brahman” (Chandogya Upanisad 3.14.1)
yang maksudnya:
segala yang ada ini tidak lain  berasal dari pada Brahman.
Manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe, 
asubhesu sama vistam subheve va va karayet” (Sarasamuccaya, 2).
artinya :
Diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun yang buruk, leburlah kedalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu ; demikianlah  gunanya atau phalanya menjadi manusia.
Dari kutipan  sloka di atas bahwa makna  yang terkandung  didalamnya  adalah di mana Tuhan atau  Hyang Widhi itu maha kuasa dan maha pencipta, Tuhan dapat  menciptakan  segala-galanya  yang ada di dunia ini. dalam Bhagawad Gita juga ditegaskan bahwa:
Sahayajñáh prajah strishtva
puro vácha prajápatih
anena prasavishya dhvam
esha va stv ishta kámadhuk (Bhagawad Gita III.10)
yang artinya:
Dahulu kala Hyang Widhi (Prajapati), menciptakan manusia dengan jalan yadnya, dan bersabda: "dengan ini (yadnya) engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan (kamadhuk) sesuai dengan keinginanmu".

Deván bhávayatá nena
te devá bhávayantuvah
parasparambhávayantah
sreyah param avápsyatha. (Bhagawad Gita III.11)
yang artinya:
Dengan ini (yadnya), kami berbakti kepada Hyang Widhi dan dengan ini pula Hyang Widhi memelihara dan mengasihi kamu, jadi dengan saling memelihara satu sama lain, kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi.

Kewajiban umat Hindu untuk melaksanakan atau melakukan  persembahan (yajna) yang jumlahnya ada lima macam yajna, dan ada ditegaskan dalam kitab suci Manawadharmasastra yang bunyinya sebagai berikut :
Rsi yajnam dewa yajnam,
bhuta yajnam ca sarwada,
nryajnam pitra yajnam ca,
yatha sakti na hapayet” (Manawa dharmasastra IV.21)
artinya :
Hendaknya  jangan sampai lupa, jika mampu laksanakanlah Rsi yajna, dewa yajna, bhuta yajna, manusa yajna, dan pitra yajna.
Menyimak  makna sloka  di atas, tentu kewajiban umat untuk beryajna tertuju pada seluruh aspek kehidupan di dunia ini.  Lebih lanjut  mengenai pengertian bhuta yajna dapat dilihat  di dalam kitab suci Manawadharmasastra, yang berbunyi sebagai berikut :
Adhyapanam  brahma yajnah,
pitr yajnastu tarpanam,
homo daiwo  balibhaurto
nr yajno tithi pujanam” (Manawa dharmasastra III.70)
artinya :
Mengajar dan belajar adalah  yajna bagi Brahmana, menghaturkan tarpana  dan air suci adalah yajna untuk leluhur, menghaturkan minyak dan susu adalah yajna untuk para Dewa, mempersembahkan  Bali adalah yajna  untuk para  bhuta dan penerimaan tamu dengan ramah adalah yajna untuk manusia.

Rahayu pahalaya yan mangkana, sadadyani kaya olih sadya kaduluran Whidi, haywa enam ngutpati Dewa astiti ring Sang Hyang Widhi” (Lontar Tatwa Kusuma Dewa)
Artinya:
selamat phalanya bila telah demikian seluruh sanak keluarga memperoleh penghasilan dikarunia Tuhan. Janganlah ragu-ragu ber Yadnya pada Dewa dan berbakti Pada Tuhan.
Patram puspam phalam toyam,
Yo me bhaktya prayacchati,
Tad aham bhaktyaupashitam,
Asnami prayatatmanah, (Bhagawad gita IX.26)
Artinya:
Siapa saja yang sujud kepadaku dengan persembahan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari orangyang berhati suci
Bila dicermati makna sloka diatas, bahwa Tuhan menciptakan segalanya. Manusia hendaknya bersyukur Lakukan persembahan secara rutin dengan tulus (nirmala) Persembahkan alam isi ala mini untuk mendapatkan kebahagiaan bersama. Cintailah lingkungan. Jagalah lingkungan. Lenyapkan dosa dan papa. Tumbuhkan kebahagiaan bersama (sarva hita). Hormatilah Tuhan beserta segala isinya.

kegiatan Yadnya ini didasari oleh Tri Rna yaitu tiga hutang yang mesti dibayar sehubungan dengan keberadaan kita. adapun tri rana tersebut adalah
  1. Dewa Rna, hutang kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai para dewata yang telah memberikan anungrahnya kepada setiap mahluk.
  2. Pitra Rna, hutang kepada para leluhur termasuk orang tua, sehubungan dengan kelahiran kita serta perhatiannya semasahidup.
  3. Rsi Rna, hutang kepada para sulinggih, pemangku dan para guru lainya atas bimbingannya selama ini.
hutang – hutang tersebut kemudian dibayar dengan yadnya, yang kemudian diaplikasikan dengan Panca Yadnya. adapun cara pembayaran tersebut adalah:
  1. Dewa Rna, dibayar melalui Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya
  2. Pitra Rna, dibayar dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya.
  3. Rsi Rna, dibayar melalui Rsi Yadnya.
Dilihat dari waktunya yadnya dibagi menjadi 2, yaitu :

  1. Nitya karma : yadnya yang dilakukan setiap hari
  2. Naimitika yadnya : yadnya yang dilakukan pada hari tertentu

Dalam pelaksaanannya yadnya tersebut hendaknya disesuaikan dengan desa, kala, patra :

  • Desa artinya disesuaikan dengan daerah/ tempat diselenggarakannya yadnya
  • Kala artinya disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan yadnya
  • Patra artinya disesuaikan dengan keadaan/kemampuan penyelenggaraan yadnya

Dalam pelaksanaan upacara agama hindu, maka nama atau jenis upacaranya yang dilakukan idealnya bahwa setiap umat hindu telah memahami makna upacara yang dikandungnya juga bagaimana aturannya, sehingga pelaksanaan yajna itu dapat berlangsung secara tertib dan lancar, Tuhan tidak selalu meminta atau memaksa para umat pemujanya agar memenuhi segalanya, akan tetapi kita sebagai pemuja Tuhan memberi apa yang kita punya dan tidak dalam keadaan yang memaksa, Tuhan akan menerima setiap pemberian para umatnya jika dilandasi dengan tulus dan iklas, walau hanya sebiji buah, seteguk air serta sehelai daun dan bunga, Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak untuk berbuat yang lebih sulit, maka apapun yanh kita punya patut kita persembahkan terlebih dahulu kepada Tuhan sebagai Sang Pencipta.
sehingga bila dilihat dari kemampuan orang yang melakukan yadnya dibagi menjadi 3, maka besar kecilnya yadnya harus dipertimbangkan kemampuan , namun tidak menguragi nilai yadnya yang dilakukan , yaitu :

  1. Nista ( tingakatan rendah )
  2. Madya ( tingkatan sedang )
  3. Utama ( tingkatan tinggi/utama )

Tingkatan yadnya pada dasarnya hanya berbeda dalam bentuk tetapi kualitasnya tetap sama. Ada 3 jenis kualitas yadnya yang dipengaruhi oleh sifat-sifat tri guna :

  1. Satwika yadnya, yadnya yang dilaksanakan dengan tulus ikhlas sesuai dengan petunjuk sastra dan menyadari beryadnya adalah kewajiban
  2. Rajasika yadnya, yadnya yang dilaksanakan semata-mata bertujuan untuk pamer kekayaan seta akan terikat dengan hasil
  3. Tamasika yadnya, yadnya yang dilaksanakan tanpa didasari keyakinan, tanpa petunjuk sastra
Aphalakanksibhir yajno vidhi-drsto ya ijyate,
Yastavyam eveti manah samadhaya sa sattvikah (bhagawadgita.XVII.11)
Artinya :
Yadnya yang dihaturkan sesuai dengan sastranya, oleh mereka yang tidak mengharapkan buahnya dan teguh kepercayaannya, bahwa memang sudah kewajibannya untuk beryadnya, adalah satwika (baik)

Abhisandhaya tu phalam dambhartham api caiva yat,
Ijyate bharata-srestha tam yajnam vidhi rajasam (bhagawadgita. XVII.12)
Artinya :
Akan tetapi apa yang dihaturkan degan pengharapan akan buahnya atau hanya untuk memamerkan, ketahuilah oh arjuna, bahwa yadnya itu adalah rajasika (bernafsu).

Vidhi-hinam asrstannam mantram-hinam adaksinam,
Sraddha-vivirahitam yajnam tamasam paricaksate. (bhagawadgita, XVII.13)
Artinya:
Yadnya yang tidak sesuai degan petunjuk, dengan tidak ada makanan yang dibagi-bagikan, tidak ada mantra, syair yang dinyanyikan dan tidak ada punia daksina yang diberikan, tidak mengandung kepercayaan, mereka sebut yadnya yang tamasika (bodoh).

Dengan demikian tinkat kualitas yadnya dibedakan atas dasar pengaruh tri guna yang memberi motivasi dalam pelaksanaannya.Dalam tingkatan ini besar kecilnya tingkatan yadnya tidak menjadi ukuran, namun tingkat spiritual suatu persembahan/yadnya lebih ditentukan oleh sradha, bakti, keimanan, keiklasan serta jauh dari rasa ego.

Sesuai dengan agama dan tradisi di Bali yang merupakan penggabungan 9 sampradaya/sekte diBali yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan HINDU BALI, bahwa sesungguhnya manusia yang penuh ritual agama yang terbungkus dalam Panca Yadnya. Ritual agama itu dilakukan terhadap manusia Hindu Bali dari sejak dalam kandungan, dari lahir sampai menginjak dewasa, dari dewasa sampai mulih ke tanah wayah (meninggal).

Pemberkahan demi pemberkahan dilakukan untuknya dengan segala bebantenan serta mantra-mantranya agar munusia Bali Hindu itu menjadi manusia yang berbudi luhur atau memiliki sifat kedewataan di mayapada ini dan bisa amoring acintya dengan Sanghyang Widhi di alam vaikunta (alam keheningan).

Semua upacara yadnya disertai dengan bebantenan sesuai dengan fungsi atau peruntukannya. Daftar ritual agama Hindu Bali menunjukkan bahwa manusia Bali Hindu secara tradisi penuh dengan ritual agama. Seolah-olah tiada hidup tanpa ritual agama baik pada dunia maya ini maupun pada dunia akhirat (sekala dan niskala).

Jika semua upacara itu bisa diterapkan sesuai dengan aturannya, maka manusia Bali diharapkan menjadi manusia yang memiliki sifat yang mengarah kesifat kedewataan, pergerakan perilaku dari tamasik-rajasik mengarah ke rajasik-satwika atau bahkan pada satwika. Perputaran perilaku itu dapat dihasilkan dari begitu dalam makna tahap demi tahap ritual agama itu utk menghantarkan menjadi manusia yang bersifat rajasik-satwika atau satwika dari getaran-getaran energi positif getaran bebantenan dan mantra-mantranya secara sinergistik.
Panca Yadnya adalah lima jenis karya suci yang diselenggarakan oleh umat Hindu di dalam usaha mencapai kesempurnaan hidup. Adapun Panca Yadnya atau Panca Maha Yadnya tersebut terdiri dari:

DEWA YADNYA

Ialah suatu korban suci/ persembahan suci kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan seluruh manifestasi- Nya yang terdiri dari Dewa Brahma selaku Maha Pencipta, Dewa Wisnu selaku Maha Pemelihara dan Dewa Siwa selaku Maha Pralina (pengembali kepada asalnya) dengan mengadakan serta melaksanakan persembahyangan Tri Sandhya (bersembahyang tiga kali dalam sehari) serta Muspa (kebaktian dan pemujaan di tempat- tempat suci). Korban suci tersebut dilaksanakan pada hari- hari suci, hari peringatan (Rerahinan), hari ulang tahun (Pawedalan) ataupun hari- hari raya lainnya seperti: Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Saraswati, Hari Raya Nyepi dan lain- lain.
Contoh-contoh pelaksanaan Dewa Yadnya :

  1. Sembahyang Tri Sandya
  2. Melaksanakan Yadnya Sesa
  3. Menghaturkan banten keadapan para dewa / Sang Hyang Widhi
  4. Membersihkan dan merawa tempat suci
  5. Melaksanakan persembahyangan pada rerahinan/ hari suci
  6. Melaksanakan upacara melaspas, pujawali/piodalan, ngenteg linggih, dll
  7. Mendirikan tempat suci
lebih lanjut baca: "Upakara dan Upacara Dewa Yadnya"

PITRA YADNYA

adalah suatu korban suci/ persembahan suci yang ditujukan kepada Roh- roh suci dan Leluhur (pitra) dengan menghormati dan mengenang jasanya dengan menyelenggarakan upacara Jenasah (Sawa Wedana) sejak tahap permulaan sampai tahap terakhir yang disebut Atma Wedana.

Adapun tujuan dari pelaksanaan Pitra Yadnya ini adalah demi pengabdian dan bakti yang tulus ikhlas, mengangkat serta menyempurnakan kedudukan arwah leluhur di alam surga. Memperhatikan kepentingan orang tua dengan jalan mewujudkan rasa bakti, memberikan sesuatu yang baik dan layak, menghormati serta merawat hidup di harituanya juga termasuk pelaksanaan Yadnya. Hal tersebut dilaksanakan atas kesadaran bahwa sebagai keturunannya ia telah berhutang kepada orangtuanya (leluhur) seperti:

  • Kita berhutang badan yang disebut dengan istilah Sarirakrit.
  • Kita berhutang budi yang disebut dengan istilah Anadatha.
  • Kita berhutang jiwa yang disebut dengan istilah Pranadatha.

contoh-contoh pelaksanaanya :

  1. Menjadi anak yang baik ( Suputra )
  2. Mengikuti nasehat orang tua
  3. Menjaga nama baik orang tua
  4. Berusaha meringankan beban orang tua
  5. Berusaha mewujudkan keinginan orang tua
  6. Melaksanakan upacara ngaben, jika orang tua meninggal
  7. Membuat dan memelihara tempat suci untuk leluhur seperti di sanggah kemulan dan di pura kawitan , yang merupakan satu kewajiban kita sebagai suta kriya
lebih lanjut baca: "Upakara dan Upacara Pitra Yadnya"

MANUSA YADNYA

Adalah suatu korban suci/ pengorbanan suci demi kesempurnaan hidup manusia. Di dalam pelaksanaannya dapat berupa Upacara Yadnya ataupun selamatan. Di dalam menyelenggarakan segala usaha serta kegiatan- kegiatan spiritual tersebut masih ada lagi kegiatan dalam bentuk yang lebih nyata demi kemajuan dan kebahagiaan hidup si anak di dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan lain- lain guna persiapan menempuh kehidupan bermasyarakat. Juga usaha di dalam memberikan pertolongan dan menghormati sesama manusia mulai dari tata cara menerima tamu (athiti krama), memberikan pertolongan kepada sesama yang sedang menderita (Maitri) yang diselenggarakan dengan tulus ikhlas adalah termasuk Manusa Yadnya.

contoh-contoh pelaksanaanya :

  1. Saling menghormati sesame manusia
  2. Saling membantu antara sesame manusia
  3. Memberi sumabangan kepada yang membutuhkan

Melaksanakan manusa yadnya, seperti :

  • upacara megedong-gedongan ( saat bayi masih di dalam kandungan )
  • upacara bayi lahir (Jatasamskara/ Nyambutin) guna menyambut bayi yang baru lahir.
  • upacara kepus puser
  • upacara lepas hawon ( 12 hari setelah bayi lahir )
  • upacara tutug kambuhan
  • upacara nyambutin/ 3 bulanin (nelubulanin) untuk bayi (anak) yang baru berumur 3 bulan (105 hari).
  • upacara ngotonin/ 6 bulanin setelah anak berumur 6 bulan (oton / weton / 210 hari).
  • upacara ngempugin
  • upacara rajaswala, saat anak baru menginjak dewasa (pertama kali menstruasi untuk wanita dan suara ngembakin untuk lelaki)
  • upacara mepandes/ potong gigi/ metatah
  • upacara pernikahan / nganten / pawiwahan (Wiwaha) yang disebut dengan istilah Abyakala/ Citra Wiwaha/ Widhi-Widhana.
lebih lanjut baca: "Upakara dan Upacara Manusa Yadnya"

RESI YADNYA

Adalah suatu Upacara Yadnya berupa karya suci keagamaan yang ditujukan kepada para Maha Resi, orang- orang suci, Resi, Pinandita, Guru yang di dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam bentuk:

  • Penobatan calon sulinggih menjadi sulinggih yang disebut Upacara Diksa.
  • Membangun tempat- tempat pemujaan untuk Sulinggih.
  • Menghaturkan/ memberikan punia pada saat- saat tertentu kepada Sulinggih.
  • Mentaati, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran para Sulinggih.
  • Membantu pendidikan agama di dalam menggiatkan pendidikan budi pekerti luhur, membina, dan mengembangkan ajaran agama.

contoh lain pelaksanaanya :

  1. Mempelajari ilmu pengetahuan ( adnyayanam )
  2. Melestarikan pusaka-pusaka suci, lontar-lontar, dan prasasti
  3. Hormat dan patuh kepada catur guru
  4. Meneruskan dan melaksanakan ajaran catur guru
  5. Menghaturkan dana punia kepada para rsi, sulinggih dan pemangku
  6. Membantu dengan ikhlas pekerjaan para pendeta dan para pemangku
  7. Memenuhi kewajiban dengan baik kepada perguruan
lebih lanjut baca: "Upakara dan Upacara Rsi Yadnya"

BHUTA YADNYA

Adalah suatu korban suci/ pengorbanan suci kepada sarwa bhuta yaitu makhluk- makhluk rendahan, baik yang terlihat (sekala) ataupun yang tak terlihat (niskala), hewan (binatang), tumbuh- tumbuhan, dan berbagai jenis makhluk lain yang merupakan ciptaan Sang Hyang Widhi Wasa.

Adapun pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya ini dapat berupa: Upacara Yadnya (korban suci) yang ditujukan kepada makhluk yang kelihatan/ alam semesta, yang disebut dengan istilah Mecaru atau Tawur Agung, dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan, kelestarian antara jagat raya ini dengan diri kita yaitu keseimbangan antara makrokosmos dengan mikrokosmos.

contoh-contoh pelaksanaanya :
a. Secara Niskala ( maya ) :

  1. Nista ( tingakatan rendah ) : Segehan
  2. Madya ( tingkatan sedang ) : caru eka sata, caru panca sata
  3. Utama ( tingkatan tinggi/utama ) : tawur agung kesanga, tawur agung panca wali karma, tawur agung eka dasa ludra. 
  4. Merayakan rerahinan seperti : tumpek, anggara kasih, kajeng kliwon dll

b. secara skala ( nyata ) :

  1. Menjaga dan merawat kebersihan lingkungan
  2. Melakukan reboisasi
  3. Tidak membuang sampah sembarangan
lebih lanjut baca: "Upakara dan Upacara Bhuta Yadnya"


Di dalam pelaksanaan yadnya biasanya seluruh unsur- unsur Panca Yadnya telah tercakup di dalamnya, sedangkan penonjolannya tergantung yadnya mana yang diutamakan.

untuk lebih jelasnya tentang Panca Yadnya, silahkan baca artikel berikut ini:
Demikianlah sekilas tentang Panca Yadnya, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar