Google+

Pengetahuan Yang Paling Rahasia

Bhagavadgita Bab IX - Pengetahuan Yang Paling Rahasia

Photobucket

Bhagavad-gita 9.1
9.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Arjuna yang baik hati, oleh karena engkau tidak pernah iri hati kepada-Ku, Aku aka menyampaikan pengetahuan dan keinsafan yang paling rahasia ini kepadamu. Dengan mengenal pengetahuan rahasia dan keinsafan ini, engkau akan dibebaskan dari kesengsaraan kehidupan material.

Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa

Bhagavadgita Bab VIII - Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa

Photobucket

Bhagavad-gita 8.1
8.1 Arjuna berkata; O Tuhan Yang Maha Esa, o kepribadian yang paling utama, apa arti Braman? Apa itu sang diri? Apa arti kegiatan untuk membuahkan hasil? Apa arti manifestasi material ini? Apa arti para dewa? Mohon menjelaskan hal-hal ini kepada hamba.

Pengetahuan Tentang yang Mutlak

Bhagavadgita Bab VII - PENGETAHUAN TENTANG YANG MUTLAK

Photobucket

Bhagavad-gita 7.1
7.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Wahai Putera Prtha, sekarang dengarlah bagaimana engkau dapat mengenal Diri-Ku sepenuhnya, bebas dari keragu-raguan, dengan cara mempraktekkan yoga dan menyadari Aku sepenuhnya, dengan pikiran terikat kepada-Ku.

Dhyana yoga

Bhagavadgita Bab VI - Dhyana yoga

Photobucket

Bhagavad-gita 6.1
6.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; orang yang tidak terikat pada hasil pekerjaan dan bekerja menurut tugas kewajibannya berada pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi. Dialah ahli kebatinan yang sejati, bukanlah orang tidak pernah menyalakan api dan tidak melakukan pekerjaan apapun yang menjadi sannyasi dan yogi yang sejati.

Karma-Yoga perbuatan dalam kesadaran Krisna

Bhagavadgita Bab V - KARMA YOGA PERBUATAN DALAM KESADARAN KRISHNA

Photobucket

Bhagavad-gita 5.1
5.1 Arjuna berkata; O Krsna, pertama-tama Anda meminta supaya hamba melepaskan ikatan terhadap pekerjaan, kemudian sekali lagi Anda menganjurkan bekerja dengan bhakti. Sekarang mohon memberitahukan kepada hamba secara pasti yang mana di antara keduanya lebih bermanfaat?

Pengetahuan Rohani

Bhagavadgita Bab IV - PENGETAHUAN ROHANI

Photobucket

Bhagavad-gita 4.1
4.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krsna, bersabda; Aku telah mengajarkan ilmu pengetahuan yoga ini yang tidak dapat dimusnahkan kepada dewa matahari , vivasvan, kemudian vivasvan mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada Manu, ayah manusia, kemudian Manu mengajarkan ilmu pengetahuan itu kepada iksvaku.

Karma Yoga

Bhagavad-gita Bab III - Karma Yoga

Photobucket

Bhagavad-gita 3.1
3.1 Arjuna berkata; O Janardana, o Kesava, mengapa Anda ingin supaya hamba menjadi sibuk dalam perang yang mengerikan ini, kalau Anda menganggap kecerdasan lebih baik dari pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil?

RINGKASAN ISI BHAGAVAD-GÄŖTĀ

Ringkasan Bhagavad-Gita Bab II

Photobucket

Bhagavad-gita 2.1
Sanjaya berkata; setelah melihat Arjuna tergugah rasa kasih sayang dan murung, matanya penuh air mata, Madhusudana, krisna, bersabda sebagai berikut.

Menghadapi Tantangan Global Dengan Bhagavad-Gita

Menghadapi Tantangan Global Dengan Bhagavad-Gita

Photobucket

Bhagavad-Gita adalah Veda-siddanta, kesimpulan Kitab suci Veda (Perhatikan Bhagavad Gita 15.15 dan Gita – dhyanam sloka 4). Dikatakan bahwa seseorang yang dengan tekun mempelajari dan mengamalkan ajaran Bhagavad –Gita dalam kehidupannya, dijamin tidak lahir kembali di dunia fana ini dan mencapai alam rohani nan kekal dan membahagiakan (Bhagavad Gita 2.72, 4.9, 8.5, 9.34 dan 18.62)

Meninjau tentara-tentara di medan perang kuruksetra

Bhagavadgita Bab I - Meninjau tentara-tentara di medan perang kuruksetra

Photobucket

Bhagavad-gita 1.1
dhṛtarāṣṭra uvāca, dharma-kṣetre kuru-kṣetre, samavetā yuyutsavaḥ, māmakāḥ pāṇḍavāś caiva, kim akurvata saƱjaya
Artinya;
Dhrtarastra berkata; Wahai Sanjaya, sesudah putera-puteraku dan putera pandu berkumpul di tempat suci kuruksetra dengan keinginan untuk bertempur, apa yang dilakukan oleh mereka?

Kenapa menjadi Hindu?

Kenapa Menjadi Hindu???

merupakan pertanyaan umum para bule kepada anak bali, nah... disini ada sesuatu yg dpt menjelaskannya.

Stephen Knapp, seorang mantan Kristen keturunan Yahudi berkebangsaan Amerika memilki 28 alasan mengapa ia masuk Hindu, yaitu:
  1. Apa yang diajarkan oleh agama Hindu? Peradaban Veda atau agama Hindu modern, adalah satu cara hidup. Ia bukanlah satu ras manusia atau sekedar agama atau keyakinan sektarian. Ia tidak menjadi milik satu ras atau negeri tertentu. Ia adalah satu jalan yang mendukung satu aturan tingkah laku (code of conduct) yang menghargai kedamaian dan kebahagiaan dan keadilan bagi semua orang.
  2. Hindu adalah peradaban tertua di dunia yang tetap hidup.
  3. Veda adalah kitab suci yang tertua dan paling lengkap.
  4. Veda mempunyai filsafat spiritual yang paling maju dan paling sempurna.
  5. Veda memberikan lebih banyak informasi mengenai ilmu pengetahuan tentang kehidupan sesudah mati, karma dan reinkarnasi.

Tentang Gayatri Mantram

Tentang Gayatri Mantra

Stuta maya varada vedamata pracodayantam pavamani dvijanam. Ayuh pranam prajam pasum kirtim dravinan brahmawarcasam, Mahyam dattwa vrajata brahmalokam. (Atharvaveda XIX.71.1)
Gayatri mantram yang diakhiri dengan kata pracodayat, adalah ibunya dari empat veda (Rgveda, Yayurveda, Samaveda, Atharwaveda) dan yang mensucikan semua dosa para dvija. Oleha karena itu saya selalu mengucapkan dan memuja mantram tersebut. Gayatri mantram ini memberikan umur panjang, prana dan keturunan yang baik, pelindung binatang, pemberi kemasyuran, pemberi kekayaan, dan memberi cahaya yang sempurna. Oh Tuhan berikanlah jalan moksa padaku.

Mantra tersebut adalah mantra dari Atharwaveda. Veda secara luas dianggap sebagai sumber dari segala pengetahuan sejati, kata “Veda” itu sendiri berarti “Pengetahuan”. Di situ dijelaskan Gayatri mantra. Gayatri Devi juga memberikan “Mantra Gayatri” kepada umat manusia yang juga dikenal sebagai “Mantra Guru”atau “Mantra Savitri”, mantra terdapat dalam veda dan mantra ini adalah paling suci diantara mantra. Veda, Upanisad, purana dan Bhagawad gita, selalu mengatakan bahwa gayatri mantra paling suci dan penting, mantra ini perlu dan harus diucapkan setiap orang yang ingin mendapatakan kebahagiaan dunia dan moksa, begitu pentingnya gayatri mantra sehingga tuhan menurunkan mantra dalam atharwaweda untuk penjelasan gayatri. Gayatri Mantram adalah salah satu mantra tertua, dan umumnya dianggap sebagai mantra tertinggi dan paling kuat diantara semua mantra. Oleh karena itu, mantra ini sering disebut sebagai “Bunda Weda”. Dalam Bhagavad Gita X.35, Sri Krishna telah menyatakan kepada Arjuna – “Diantara semua mantra, Akulah Gayatri”.

Puja Tri Sandhya bukan karangan

Puja Tri Sandhya bukan karangan

Tri Sandhya, tepatnya bukan "dikarang" tetapi "disusun". Menurut Svami Sathya Narayana, guru kerohanian Weda di India, Trisandhya adalah persembahyangan tiga kali sehari yaitu pagi hari disaat matahari terbit disebut "Brahma Muhurta" bertujuan menguatkan "guna Sattvam" menempuh kehidupan dari pagi hingga siang hari. Siang hari sebelum jam 12 sembahyang bertujuan untuk mengendalikan "guna Rajas" agar tidak menjurus ke hal-hal negatif. Sore hari sebelum matahari tenggelam sembahyang bertujuan untuk mengendalikan "guna Tamas" yaitu sifat-sifat bodoh dan malas. Jadi Puja Trisandhya adalah persembahyangan pada saat pergantian waktu (pagi-siang-malam) yang bertujuan untuk menghilangkan aspek-aspek negatif yang ada pada manusia.

Puja Trisandhya terdiri dari enam bait.

Bait pertama Tri Sandhya

atau sebagai Sandya Vandanam (awal) diambil dari Gayatri atau Savitri Mantram (Rg Veda, Sama Veda dan Yayur Veda). Gayatri Mantram terdiri dari tiga unsur mantram yaitu :
  • Pranawa (OM),
  • Vyahrti (BHUR BHUVAH SVAH), dan
  • Tripada (TAT SAVITUR VARENYAM, BHARGO DEVASYA DIMAHI, DHYO YONAH PRACODAYAT).

Makna Universal Om Swastyastu

Makna Universal Om Swastiastu

UMAT Hindu di Indonesia, kalau saling berjumpa dengan sesamanya, umumnya mengucapkan Om Swastyastu.

Selanjutnya perlu kita pahami bersama makna apa yang berada di balik ucapan Om Swastyastu tersebut. Umat Hindu di India umumnya mengucapkan Namaastu kalau bertemu dengan sesamanya. Bahkan, ucapan itu dilakukan secara umum oleh masyarakat India. Para pandita maupun pinandita dalam memanjatkan pujastawa sering kita dengar menutup pujastawanya dengan Om naamo namah. Inti semua ucapan itu pada kata naama, yang dalam bahasa Sansekerta artinya menghormat. Dalam bahasa Jawa Kuno disebut dengan sembah.

Kata sembah dalam bahasa Jawa Kuno memiliki lima arti. Sembah berarti menghormati, menyayangi, memohon, menyerahkan diri dan menyatukan diri. Karena itu, umat Hindu di Bali mengenal adanya Panca Sembah yang diuraikan dalam lontar Panca Sembah. Dalam tradisi Hindu di Bali ada sembah ke bhuta, ke manusa, ke pitra, ke dewa dan Hyang Widhi.
  • Kalau menyembah bhuta atau alam semesta tangan dicakupkan di pusar. Sembah seperti itu berarti untuk mencurahkan kasih sayang kita pada alam untuk menjaga kelestariannya.
  • Menyembah sesama atau pitra, mencakupkan tangan di dada. Sembah seperti itu adalah untuk menghormati sesama manusia.
  • Menyembah dewa tangan dicakupkan di selaning lelata yaitu di antara kening di atas mata. Hanya menyembah Tuhanlah tangan dikatupkan dengan sikap anjali di atas ubun-ubun. Ini artinya hanya menyembah Tuhanlah kita serahkan diri secara bulat dan satukan diri sepenuh hati.

Sifat Kesatria Dalem Dukut Patut Diteladani

Sifat Ksatria Dalem Dukut patut di teladani.


Dalam Lontar Ratu Nusa diceritakan upaya Dalem Klungkung menyatukan Nusa Penida dengan Bali. Upaya itu dilakukan untuk membangun hubungan yang lebih produktif antara rakyat Bali dan rakyat Nusa. Hanya saat Ngurah Peminggir diutus oleh Dalem Klungkung mendekati Dalem Nusa ternyata gagal. Kegagalan itu karena Ngurah Peminggir menggunakan kekerasan perang mau menguasai Nusa. Bagaimana hubungan kesejarahan antara Pura Dalem Peed dengan Dalem Dukut?

SAAT itu Dalem Nusa melepaskan wong samar-nya mengalahkan Ngurah Peminggir dengan pasukannya. Dalem Klungkung melanjutkan upaya penyatuan Pulau Bali dengan Nusa dengan mengutus I Gst. Ngurah Jelantik Bogol. Pendekatan yang digunakan oleh I Gusti Ngurah Jelantik Bogol adalah pendekatan yang etis mengikuti tata krama seorang kesatria sebagai utusan raja. Dalem Dukut pun menerima dengan sangat hormat sesuai dengan tata krama kerajaan dalam menerima utusan raja.

Dalem Dukut atau ada juga sumber yang menyebut Dalem Bungkut bersedia menyerahkan Kerajaan Nusa melalui suatu cara yang terhormat dalam tata krama sebagai kesatria. Dua tokoh ini pun mengadakan perang tanding secara terhormat dengan tidak melibatkan prajurit dan rakyatnya. Mereka melakukan perang tanding secara kesatria tidak berdasarkan kebencian dan kesombongan akan kelebihan diri masing-masing.

Brahmacari, "Long Life Education"

Brahmacari, "Long Life Education"


Masyarakat Hindu yang menekuni ajaran dharma tidak asing lagi dengan konsep Catur Asrama, empat tahapan kehidupan yang harus dilalui. Ada Brahmacari, Grahasta, Wanaprasta dan Sanyasin. Dalam konteks kekinian, Brahmacari banyak mendapat perhatian. Brahmacari merupakan dasar penciptaan manusia yang berkualitas, sebelum melangkah ke tahap berikutnya. Bagaimana seharusnya kita memahami dan menjalani Brahmacari ini?

Pada awalnya, Catur Asrama banyak berhubungan dengan dunia kependetaan. Pembagiannya pun sama. Ada Wiku Brahmacari (pendeta yang tidak menikah), Wiku Grahasta (pendeta yang berumah tangga), Wiku Wanaprasta (pendeta yang tinggal menyepi di hutan) dan Wiku Sanyasin (pendeta yang mengembara).

"Raja-raja pada zaman dahulu berusaha menciptakan suasana yang kondusif agar pendeta-pendeta itu bisa memberi getaran atau vibrasi spiritual bagi wilayahnya". Bahkan, rakyat juga ikut berlomba-lomba memberikan makanan bagi Wiku Sanyasin. Mereka percaya dengan adanya pendeta yang mengembara dan sampai ke wilayahnya, tentu mereka akan memperoleh kekuatan spiritual dan bisa meningkatkan kualitas kehidupan mereka.

Karma Phala dan Punarbhawa / reinkarnasi

Karma Phala dan Punarbhawa / reinkarnasi

PROSES PERPINDAHAN AMAT HALUS

Veda menyatakan bahwa proses perpindahan sang makhluk hidup (jiva) dari badan jasmani kasar lama yang telah usang dan rusak ke badan jasmani kasar baru dengan berkendaraan badan halus, adalah proses amat halus dan berada diluar pengamatan indriya-indriya jasmani kasar.

Perpindahan tersebut, kata Veda, adalah bagaikan perpindahan si ulat dari satu lembar daun ke lembar daun lainnya. Sebelum melepaskan daun yang ditempatinya, si ulat sudah berpegangan pada daun lain yang hendak di tempati.

Begitu pula, sebelum meninggalkan badan jasmani kasar lama, sang jiva sudah masuk (=berpegangan) ke badan jasmani halus tertentu yaitu pikiran (manah) yang telah dimuati mentalitas tertentu sesuai dengan karma (kegiatan) yang paling disenangi dan paling sering dilakukan dengan badan jasmaninya sekarang.

Keadaan mentalitas pikiran atau macam kesadaran pada saat ajal menentukan jenis badan jasmani kasar berikutnya yang akan dihuni oleh sang jiva.

Karma Phala dan Punarbhawa

Karma Phala dan Punarbhawa 

Kenapa ada orang-orang yang tidak pernah berbuat curang, dusta, korup, amoral atau jahat selama hidupnya, ternyata mengalami nasib sial, hidup sengsara dan ditimpa bermacam-macam  kesusahan, sedangkan banyak orang yang nyanyata-nyata hidup berdosa  malahan hidup makmur, enak, nyaman dan senang?
Inilah yang sering disebut problem of evil.
Ada 2 (dua) teori yang dikemukakan untuk menjawab fakta paradok atau problem of evil ini yaitu:
1. Teori dosa turunan
  • Manusia menderita karena mewarisi dosa dari leluhur pertama.
  • Hidup susah atau senang karena kebijakan Tuhan yang punya wewenang mutlak dalam mengatur segala kehidupan di dunia fana.
2. Teori ujian Tuhan
  • Manusia lahir tanpa dosa, jadi baik atau jahat karena lingkungan.
  • Dualitas kehidupan (sehat-sakit, senang-susah, pujian-hinaan, dsb) adalah ujian/cobaan yang diberikan oleh Tuhan.
  • Hidup susah atau senang karena kebijakan Tuhan yang punya wewenang mutlak dalam mengatur segala kehidupan di dunia fana.

Punarbhawa itu kesempatan melunasi hutang karma

Punarbhawa itu kesempatan melunasi hutang karma

Kelahiran kembali ke dunia fana atau alam material akibat hutang karma yang belum lunas, oleh Veda disebut punarbhava (punar = lagi, dan bhava =lahir, menitis atau menjelma).

Secara umum, punarbhava disebut reinkarnasi (reincarnation) yang berarti penjelmaan kembali atau tumimbal lahir. Artinya, sang makhluk hidup (jiva) yang di-belenggu oleh hutang karma dari penjelmaan sebelumnya, harus menjelma (lahir) lagi ke dunia fana dengan badan jasmani baru tertentu (manusia, deva, hewan, reptil atau badan jenis lain) untuk menikmati atau menderita akibat (phala) dari perbuatan (karma) yang telah dilakukannya itu.

Dengan ber-punarbhava sebagai manusia, sang makhluk hidup (jiva) dapat kesempatan untuk :
  1. Mengurangi hutang karma buruk (asubha-karma).
  2. Menambah hutang karma bajik (subha-karma), dan
  3. Berangsur- angsur melunasi segala hutang karma bajik dengan tekun melakukan pelayanan bhakti (cinta-kasih) kepada Sri Krishna.
Jika seseorang sudah tidak memiliki (=bebas dari segala ) hutang karma buruk dan bajik, itu berarti dia telah tersucikan, berada pada tingkat spiritual, dan memenuhi syarat untuk kembali tinggal di alam rohani.

Cara memahami Veda

cara memahami weda 

yaitu dengan mengikuti prosedur yang telah diarahkan dalam Vayu Purana. 1.20 , berikut jalannya:

Itihasa Puranabhyam vedam samupabrmhayet.
Bibhetyalpasrutaad vedo mamayam praharisyati.

Maksudnya:
Hendaknya memahami makna Veda melalui Itihasa dan Purana. Veda takut pada orang yang sedikit pengetahuannya. Veda berpikir bahwa ia akan memukulnya.

Karma Phala merupakan Hukum Universal

Karma Phala merupakan Hukum Universal

Dalam melangsungkan kehidupan, maka kita senantiasa melakukan bermacam-macam gerak dan aktivitas. Gerak dan aktivitas yang kita laksanakan itu pada umumnya untuk memenuhi segala kepuasan dan kenikmatan hidupnya secara lahir dan bhatin, yang disesuaikan dengan pandangan dan kebutuhan hidup masing-masing. Segala gerak atau aktivitas yang dilakukan, disengaja atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah, disadari atau diluar kesadaran, kesemuanya itu disebut dengan karma. Menurut hukum sebab akibat, maka segala sebab pasti akan membuat akibat. Demikian pulalah sebab dari suatu gerak atau perbuatan akan menimbulkan akibat, buah, hasil atau phala seperti buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Karma phala ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keadaan hidup seseorang. Karena karma phala itulah yang menentukan bahagia atau menderitanya hidup seseorang, baik dalam masa hidup didunia ini, diakhirat maupun dalam penjelmaan yang akan datang. Nasib seseorang tergantung pada karmanya sendiri. Barang siapa yang berbuat baik akan mengalami kebahagiaan, yang berbuat jahat akan mendapat hukuman. Apa saja yang dibuatnya, begitulah hasilnya. Apa yang ditanam begitulah tumbuhnya. Menanam padi tentu tumbuhnya padi.

kanda Pat - Saudara Kandung Manusia

Kanda pat yang merupakan saudara yang akan menemani manusia sejak lahir hingga meninggal nanti.

Kanda Pat adalah Empat Teman: Kanda = teman, Pat = empat, yaitu kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang selalu menyertai roh (Atman) manusia sejak embrio sampai meninggal dunia mencapai Nirwana.

Menurut Kitab Suci Lontar Tutur Panus Karma, nama-nama Kanda Pat berubah-ubah menurut keadaan/ usia manusia:

Kanda Pat Rare;

Embrio; Karen, Bra, Angdian, Lembana.
Kandungan 20 hari; Anta, Prata, Kala, Dengen.
Kandungan 40 minggu; Ari-ari, Lamas, Getih, Yeh-nyom.
Lahir, tali pusar putus; Mekair, Salabir, Mokair, Selair.

Kanda Pat Butha;
Bayi bisa bersuara; Anggapati, Prajapati, Banaspati, Banaspatiraja.

Tutur Kamoksan - Jalan menuju penyatuan Atma

Tutur Kamoksan merupakan petuah - petuah yang berhubungan dengan kematian, penyatuan diri manuasia kepada asalnya yaitu Tuhan. berikut akan dipaparkan sekilas tentang petuah tersebut. tulisan ini hanyalah gambaran luarnya saja, untuk lebih lengkap mempelajari tutur kamoksan ini di anjurkan untuk mencari pembimbing yang kompeten dan perlu pengorbanan yang cukup besar, yaitu waktu dan kebiasaan.
Photobucket

Tujuan utama orang hindu adalahmenuju moksa (Nirwana),
tetapi pada jaman sekarang ini terasa sangat sulit untuk mencapai hal tersebut. Na.. tar ta share sedikit pengetahuan tentang tutur kamoksan, dimana tutur ini sudah saya ringkas yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Sebenarnya sih bukan saya yg ngumpulin dulunya tapi hanya sebatas melanjutkan saja.

Kesalahpahaman Kasta dan Wangsa di bali

Kesalahpahaman Kasta dan Wangsa di bali

WANGSA VERSI BALI

Di Bali penduduknya sejak awal mayoritas beragama hindu. Di Bali ini pun system pelapisan sosial mengalami sejarah pertumbuhan, oleh masyarakat disebut Wamsa dan berkembang menjadi Wangsa. Wangsa membeda-bedakan masyarakat berdasarkan keturunan.dalam sistim ini ada satu keturunan yang dipandang lebih tinggi dan ada yang dipandang lebih rendah, demikian pula ada kelompok keturunan yang secara tradisional mendapatkan hak-hak istimewa terutama dalam pergaulan adat.

Timbulnya sistim ini semenjak pemerintahan dalem di bali pada abad ke XV. Umat hindu di Bali menurut sumber tradisional sebagian besar dari jawa yang diawali oleh kedatangan Dang Hyang Markandya yang membawa petani-petani dari gunung rawung di Jawa Timur.

Masyarakat bali dalam kenyataan dewasa ini dibagi menjadi tiga golongan (tri wangsa), yaitu
  • Golongan pertama, yang secara tradisional dikatakan berasal dari keturunan Dang Hyang Dwijendra dan Dang Hyang Astapaka, yang kemudian diyakini sebagai cikal bakal Wangsa Brahmana Siwa dan Brahmana Budha. Umumnya, rumah tinggal kedua Wangsa Brahmana ini disebut Geria. 
  • Golongan kedua, adalah golongan yang berasal dari keturunan para Ksatria yang berasal dari Kediri dan Majapahit. Keturunan ini disebut Wangsa Ksatria, yang tempat tinggalnya disebut dengan Jero atau Puri. 
  • Golongan ketiga adalah golongan yang bertempat tinggal di luar Jero, Puri dan Geria. Mereka disebut orang Jaba.

Tugas, Peranan dan Fungsi Warna, bukan kasta wangsa

Tugas, Peranan dan Fungsi Warna, bukan kasta wangsa

Peranan dan Fungsi Brahmana

Brahmana (brh artinya tumbuh), berfungsi untuk menumbuhkan daya cipta rohani umat manusia untuk mencapai katentrama hidup lahir batin. Brahmana juga berate Pendeta, yang merupakan pemimpin agama yang menuntun umat Hindu mencapai ketenangan dan memimpin umat dalam melakukan upacara agamanya. Oleh karena tugasnya itu seorang Brahmana wajib untuk mepelajari dan memelihara Weda, dan tidak melakukan pekerjaan duniawi.

Penjelasan tentang Brahmana ada pada Slokantara sloka I yang berbunyi 
“…..tidak ada manusia yang melebihi Brahmana, Brahmana arti (tepatnya) ialah orang yang telah menguasai segala ajaran-ajaran Brahmacari ……….. Brahmana ialah beliau yang mempunyai kebijaksanaan yang lebih tinggi melebihi (pengetahuan) manusia umumnya……” 
selanjutnya Mahabharata III. CLXXX, 21, 25 dan 26 menguraikan sifat-sifat dan tanda-tanda Brahmana dan hal itu tidak turun menurun. Bunyinya 
“…….jujur, dermawan, suka mengampuni, bersifat baik, sopan, suka melakukan pantangan agama dan pemurah dialah yang hendaknya dipandang Brahmana…..”
“……bila sifat-sifat ini ada pada Sudra dan tidak ada pada Brahmana, Sudra itu bukan Sudra dan Brahmana itu bukan Brahmana”
“Pada siapa tanda ini terdapat, hai ular, dialah yang harus dipandang Brahmana, pada siapa tanda ini tidak terdapat, hai ular, dia harus dipandang sebagai Sudra”.

Kasta Vs Wangsa, Warna di Bali part 1

Kasta Vs Wangsa dan Warna di daerah Bali umumnya.

Agama diturunkan kedunia oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menuntun manusia agar mendapatkan kebahagiaan hidup didunia maupun di alam rohani. Untuk itu setiap orang harus mempunyai empat landasan yang disebut dengan Catur Purusartha, yang artinya empat tujuan hidup.

Catur Purusartha sering disebut Catur Warga. Kata Warga dalam hal ini artinya ikatan atau jalinan yang saling melengkapi atau saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Disamping itu, keempat tujuan hidup itu saling menunjang. 
  • Dharma adalah landasan untuk mendapatkan Arta dan Kama, 
  • Arta dan Kama landasan atau sarana untuk melaksanakan Dharma. 
  • Dharma, Arta dan Kama adalah landasan untuk mencapai Moksa, 
  • Moksa Juga landasan untuk mendapatkan Dharma, Arta dan Kama, akan justru mengikat mengikat manusia karena bukan tujuan akhir. 
Dalam kitab tafsiran tentang Catur Purusartha, disebutkan bahwa Dharma, Arta dan Kama merupakan tujuan pertama dan Moksa disebut tujuan akhir atau tujuan tertinggi untuk kembali kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa.

hurup-hurup suci sumber alam semesta

hurup-hurup suci yang merupakaran sumber dari alam semesta termasuk manusia adalah dasaaksara. mungkin sudah banyak yang sering mendengar kata Dasa Aksara ini, berikut ini akan diulas kembali Dasa Aksara tersebut..

10 hurup suci (Dasa Aksara)
yang merupakan sumber alam semesta
Photobucket
Semoga tiada halangan.
Ini merupakan wejangan yang teramat mulia, diceritakan dalam setiap tubuh manusia terdapat hurup – urup yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa Dewa - dewa dari hurup suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa aksara’. Dasa aksara merupakan sepuluh hurup utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya. Dari sepuluh hurup bersatu menjadi panca brahma(lima hurup suci untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara(tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak di dalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun dalam jagat raya ini (bhuana agung).

Pustaka Suci Weda - catur veda

Pustaka Suci Weda CATUR VEDA

Ajaran Catur Veda dapat diringkas sebagai berikut.
 
Menutut Veda, ada 33 juta Dewa yang memiliki wewenang dalam mengatur kehidupan segala makhluk di alam material. Sementara itu, ada beraneka-macam pemujaan kepada para Dewa dengan melaksanakan berbagai-macam ritual (yajna) agar hidup bahagia di dunia fana melalui pemuasan indriya badan jasmani. 
Contoh: 
Bila ingin kuat pisik, sembah Prthivi. Banyak rejeki, sembah Durga Devi. Kuat seksual, sembah Indra. Ingin keturunan, sembah Prajapati, dan sebagainya. 

Secara umum, ajaran memuaskan indriya secara terkendali sebagaimana diatur dalam Catur-Veda, disebut ajaran Karma-Kanda Veda. Tujuan tertinggi yang ditawarkan adalah kebahagiaan sorgawi dengan lahir di planet Svarga-loka. Dalam hubungannya dengan Karma-Kanda Catur Veda ini, Sri Krishna berkata bahwa ajaran ini diperuntukkan bagi mereka yang kurang cerdas dan dicengkram kuat oleh sifat-sifat alam material (Tri-Guna).

Pustaka Suci Weda

Pustaka Suci Weda

Photobucket

Secara harfiah Veda berarti pengetahuan. Veda berasal dari dan disabdakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Sebagaimana disampaikan dalam Brhad-Aranyaka Upanisad 2.4.10
“ Rg. Yajur, Sama dan Atharva Veda dan Itihasa semuanya keluar dari nafas kebenaran mutlak, Tuhan Yang Maha Esa”. 
Hal serupa juga disampaikan dalam Bhagavad Gita 3.15
“Brahmaksara-samudbhavam, pengetahuan Veda langsung diwejangkan oleh Tuhan Yang Maha Esa”. 
Karena itu, Veda bersifat mutlak (absolut), benar dengan sendirinya (self-authoritative), apauruseya (bukan buatan manusia) dan berhakekat mengatasi hal-hal duniawi (transendental). 
Veda disabdakan oleh Tuhan, Sri Krishna kepada Brahma sebelum alam mateterial tercipta (Yo brahmanam vidadhati purvam yo vai vedam ca gapayati sma krsnah – Atharva-veda. Tene brahma hrdaya adi kavaye – Bhagavata Purana 1.1.1).
Kemudian Brahma mengajarkan Veda tersebut kepada putra-putranya yakni para Rishi. Selanjutnya melalui proses menurun (deduktip) yang disebut parampara dalam garis perguruan (sampradaya) resmi, para Rsi itu mengajarkan Veda kepada murid-muridnya (perhatikan Bhagavad Gita 4.2). Demikianlah melalui proses deduktip (parampara) pengetahuan Veda akhirnya menyebar di masyarakat manusia.

Om Swastiastu - salam sekaligus doa

Om Swastiastu - salam sekaligus doa

Om Swastiastu, merupakan salam pembuka yang biasa diberikan oleh orang bali kepada seseorang yang ditemuinya. Dan saat ini UMAT Hindu di Indonesia, kalau saling berjumpa dengan sesamanya, umumnya mengucapkan Om Swastyastu. Salam umat ini sekarang telah menjadi salam resmi dalam sidang-sidang Dewan Perwakilan maupun pertemuan resmi lainnya, adapun maksud dari salam tersebut adalah sapaan sekalugus doa untuk lawan bicara agar orang tersebut selalu diberkahi oleh Tuhan YME. 
adapun penjelasan mengenai kata tersebut, dapat dilihat dari percakapan Rsi dengan seorang suyasa. Setelah sang Suyasa memperbaiki cara duduknya. 

Rsi Dharmakertipun mulailah: 
“Anakku, tadi anakku mengucapkan panganjali: “Om Swastyastu”. Tahukah anakndaapa artinya? 
Jika belum, dengarlah! OM adalah aksara suci untuk Sang Hyang Widhi. Nanti akan Guru terangkan lebih lanjut. Kata Swastyastu terdiri dari kata-kata Sansekerta: SU + ASTI + ASTU, Su artinya baik, Asti artinya adalah, Astu artinya mudah-mudahan. 
Jadi arti keseluruhan OM SWASTYASTU ialah “Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi”.

Swastika - lambang yang Universal

SWASTIKA lambang yang universal

Swastika
Swastika dengan ornamen ukiran bali
Swastika merupakan lambang yang juga di pakai oleh umat hindu. Lambang saling menyilang dalam ajaran Hindu merupakan kerangka dasar dari salah satu symbol agama Hindu yaitu Swastika.
Kata Swastika berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari Su-Asti-Ka;

  • Su artinya baik, selamat , rahayu
  • Asti artinya adalah
  • Sedangkan akhiran Ka adalah untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda. 
Jadi Swastika merupakan lambang keselamatan dan kesejahteraan. Lambang keramat yang digunakan sebagai penangkal agar terhindar dari segala rintangan.

Hari Raya Nyepi dan Yadnya Tawur Agung

Hari Raya Nyepi dan Yadnya Tawur Agung


Muwujudkan kesejahteraan lahir batin atau jagadhita dan moksha merupakan tujuan agama Hindu. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, umat Hindu wajib mewujudkan 4 tujuan hidup yang disebut Catur Purusartha atau Catur Warga yaitu dharma, artha, kama dan moksha. Empat tujuan hidup ini dijelaskan dalam Brahma Sutra, 228, 45 dan Sarasamuscaya 135.

Menurut agama, tujuan hidup dapat diwujudkan berdasarkan yajƱa. Tuhan (Prajapati), manusia (praja) dan alam (kamadhuk) adalah tiga unsur yang selalu berhubungan berdasarkan yajƱa. Hal ini tersirat dalam makna Bhagavadgita III, 10:
manusia harus beryajƱa kepada Tuhan, kepada alam lingkungan dan beryajƱa kepada sesama. 
Tawur kesanga menurut petunjuk lontar Sang hyang Aji Swamandala adalah termasuk upacara Butha YajƱa. YajƱa ini dilangsungkan manusia dengan tujuan membuat kesejahteraan alam lingkungan. Dalam Sarasamuscaya 135 (terjemahan Nyoman Kajeng) disebutkan, untuk mewujudkan Catur Warga, manusia harus menyejahterakan semua makhluk (Bhutahita).

"Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan mĆ¢sih ring sarwa prani."
Artinya:
Oleh karenanya, usahakanlah kesejahteraan semua makhluk, jangan tidak menaruh belas kasihan kepada semua makhluk.

"Apan ikang prana ngaranya, ya ika nimitang kapagehan ikang catur warga, mĆ¢ng dharma, artha kama moksha."
Artinya:
Karena kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kama dan moksha.

Hari Raya Nyepi dan Tahun Saka

Hari Raya Nyepi dan Tahun Saka

Weda Sruti merupakan sumber dari segala sumber ajaran Hindu. Weda Sruti berasal dari Hyang Maha Suci/Tuhan Yang Maha Esa (divine origin). Mantra Weda Sruti tidak dapat dipelajari oleh sembarang orang. Karena mantra-mantranya ada yang bersifat pratyaksa (yang membahas obyek yang dapat diindra langsung oleh manusia), ada yang bersifat adhyatmika, membahas aspek kejiwaan yang suci (atma) dan ada yang bersifat paroksa, yaitu yang membahas aspek yang tidak dapat diketahui setelah disabdakan maknanya oleh Tuhan. Tingkatan isi Weda yang demikian itu menyebabkan maharsi Hindu yang telah samyajnanam membuat buku-buku untuk menyebarkan isi Weda Sruti agar mudah dicerna dan dipahami oleh setiap orang yang hendak mempelajarinya. Kitab yang merupakan penjabaran Weda Sruti ini adalah Upaveda, Vedangga, Itihasa dan Purana. Semua kitab ini tergolong tafsir (human origin).

Pedoman Sembahyang - Persiapan

Pedoman Sembahyang


Persiapan sembahyang

Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Demikian pula persiapan sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:

Kupasan Mantra - mantra Tri Sandya

Kupasan Mantra - mantra Tri Sandya

kenapa mantra trisandya begitu penting untuk diucapkan dan dihayati?
inilah secara singkat penjelasan untuk hal tersebut,
semoga bermanfaat....

Mantram Pertama

Puja Trisandhya terdiri atas 6 mantram.
Mantram pertama disebut gayatri mantram, menurut nama iramanya, yaitu gayatri. Irama-irama lain misalnya:
  • anustup
  • tristup
  • canustup
  • pragathah
  • jagati, dan sebagainya
Di dalam Rg Veda III. 62. 10, kata bhur bhuvah svah tidak ada pada mantram ini.
Tambahan bhur bhuvah svah itu terdapat pada Yajur Veda Putih 36. 3.

Sembahyang, kramaning sembah - Memuja Tuhan

Sembahyang atau sering juga disebut muspa kramaning sembah  merupakan jalan dan salah satu cara Memuja Tuhan


salah satu hakekat inti ajaran agama Hindu (sanata dharma) adalah sembahyang. setiap orang yang mengaku beragama, ia pasti melakukan sembahyang karena sembahyang menurut agama bersifat wajib (harus). sembahyang intinya adalah iman atau percaya sehingga semua tingkah laku atau perbuatan, pikiran dan ucapan sebagai perwujudan dalam bentuk "bakti" hakekatnya sumber pada unsur iman (sradha).

menurut kitab Atharwa Weda XI.1.1, unsur iman atau sradha dalam agama hindu meliputi : Satya, Rta, Tapa, Diksa, Brahma dan Yadnya.

dari keenam unsur srada tersebut, dua ajaran trakhir termasuk ajaran sembahyang.
sembahyang terdiri dari dua suku kata, yaitu:
  • Sembah yang artinya "sujud atau sungkem" yang dilakukan dengan cara - cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata - kata maupun tanpa ucapan (pikiran atau perbuatan).
  • Hyang artinya "yang dihormati atau dimuliakan" sebagai obyek pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut kepercayaan itu.
dalam kehidupan sehari - hari, sembahyang kadang sering disebut "muspa, mebakti atau maturan".
  • Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim dilakukan dengan jalan persembahan kembang, bunga (puspa).
  • Mebakti, yang berasal dari kata bakti. dikatakan demikian karena inti sembahyang itu adalah untuk memperlihatkan rasa bakti atau hormat yang setulus - tulusnya, sebagai penyerahan diri kepada yang dihormati atau Tuhan YME.
  • Maturan, artinya menyampaikan persembahan dengan mempersembahkan (menghaturkan) apa saja yang merupakan hasil karya sesuai menurut kemampuan dengan perasaan tulus iklas. intinya adalah perwujudan rasa bakti dan kerelaan untuk beryadnya.

Trisandya - mantra wajib bagi umat Hindu Bali

Trisandya - mantra wajib bagi umat Hindu Bali

Marilah kita memuja Tuhan, Ida Hyang Widhi WaƧa
Pemujaan kepada Tuhan dapat dilaksanakan dengan banyak cara. Salah satu di antaranya ialah dengan bersembahyang tiap hari. Kita yang beragama Hindu bersembahyang tiga kali sehari, pagi, siang dan malam hari. Sembahyang demikian disebut sembahyang Trisandhya. Mantram yang dipakaipun disebut mantram Trisandhya.

Mantram ini ditulis dalam bahasa Sansekerta, bahasa orang Hindu jaman dahulu. Kita boleh bersembahyang dengan duduk bersila, duduk bersimpuh atau berdiri tegak sesuai dengan tempat yang tersedia. Sikap duduk bersila disebut padmasana. Sikap duduk bersimpuh disebut bajrasana dan yang berdiri disebut padasana.

Setelah sikap badan itu baik, dilanjutkan dengan pranayama. Pranayama artinya mengatur jalannya nafas. Gunanya: untuk menenangkan pikiran dan mendiamkan badan mengikuti jalannya pikiran, bila pikiran dan badan sudah tenang maka barulah mulai bersembahyang.