Bhagavad Gita 11.38
Sloka Bhagavad Gita 11.38 :
tvām ādi-devaḥ puruṣaḥ purāṇas
tvām asya viśvasya paraḿ nidhānam
vettāsi vedyaḿ ca paraḿ ca dhāma
tvayā tataḿ viśvam ananta-rūpa
Terjemahan harfiah :
Engkau adalah dewa pertama (ādi-deva), puruṣa purāṇa (jiwa purba), tempat bersandarnya alam semesta (param nidhānam), engkau adalah sang pengetahu dan yang patut diketahui, tempat tertinggi (param dhāma), dan wujud-Mu tak terbatas (ananta-rūpa), Engkau menembusi seluruh alam semesta.
Catatan : Ini adalah pujian dari Arjuna saat melihat Viśvarūpa , wujud semesta Brahman — bukan pernyataan ontologis absolut bahwa Krishna dalam tubuh manusianya adalah Brahman personal abadi.
Baru-baru ini, muncul lagi tafsir dari kalangan Hare Krishna yang menegaskan bahwa Krishna bukan sekedar tokoh, tapi adalah Tuhan Personal Yang Maha Esa , mutlak dan tanpa tanding. Bukti pamungkasnya? Sloka Bhagavad Gita 11.38:
tvām ādi-devaḥ puruṣaḥ purāṇaḥ... tvayā tataḿ viśvam ananta-rūpa
"Engkau adalah Tuhan pertama, Puruṣa purba, tempat segala bersandar, wujud-Mu tak terbatas, Engkau mencakup segalanya."
Tanpa basa-basi, mereka lalu menyimpulkan:
- Krishna = Tuhan Mutlak.
- Brahman pun bersumber dari Krishna.
- Semua orang wajib tahu dan menyembah Krishna sebagai Tuhan, karena... katanya Gitā berkata begitu.
Ringkasan Pandangan Hare Krishna
Dalam sebuah artikel yang disebar dalam sosial media, kelompok Hare Krishna menafsirkan Bhagavad Gitā 11.38 sebagai bukti bahwa Krishna adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa ( ādi-deva , puruṣa purāṇa , param nidhānam ), objek pengetahuan tertinggi , tempat tinggal spiritual yang utama , dan realitas yang menembus seluruh alam semesta . Mereka menegaskan bahwa segala bentuk pengetahuan, termasuk cahaya Brahman, bersumber dan bersandar kepada pribadi Krishna. Dengan Merujuk komentar Śaṅkarācārya yang menyebut param dhāma sebagai tempat tinggal Viṣṇu, mereka menyimpulkan bahwa Krishna-lah Tuhan yang mutlak, melampaui materi dunia, dan menjadi tujuan spiritual tertinggi.
Namun, penafsiran seperti ini—yang menjadikan Krishna sebagai sosok Tuhan absolut secara literal dan personal—perlu dikaji ulang secara lebih jernih dan mendalam. Jika kita membaca dalam konteks ajaran Vedānta, Upaniṣad, Brahmasūtra, hingga kisah dalam Mahābhārata dan Harivaṃśa, akan tampak bahwa figur Krishna dalam Bhagavad Gītā adalah perantara bagi pengungkapan kebenaran , bukan objek penyembahan itu sendiri.
Sloka-sloka seperti Bhagavad Gita 11.38 memang sarat pujian, tetapi perlu dibedakan antara ekspresi devosional (bhakti emosional) dengan kebenaran metafisik (tattva-jñāna) . Justru lewat pembedaan ( viveka ) antara rupa dan tattva , kita akan menemukan bahwa realitas tertinggi dalam kitab-kitab utama Veda adalah Brahman yang tak berwujud, tak terbatas, dan bukan figur personal seperti Krishna.
Mereka bahkan menarik nama besar Śaṅkarācārya untuk melegitimasi tafsir-tafsir Hare Krishna, seolah Adi Śaṅkara ikut menuhankan Krishna secara pribadi.
Tapi bentar dulu... masa iya logika keagamaan kita bertanya main label nama?
"Kalau Disanjung Itu Otomatis Tuhan?"
Mari kita ambil jarak sejenak.
Apa yang terjadi di Bab 11 Bhagavad Gītā adalah Arjuna dalam kondisi syok spiritual , setelah melihat Viśvarūpa — manifestasi kosmis yang menakjubkan sekaligus menakutkan. Dalam kondisi batin seperti itu, Arjuna spontan mengeluarkan pujian-pujian luar biasa.
Tapi, kawan...
"Kalau teman lo lihat lo sukses terus bilang, 'Lo dewa bro! Lo legenda hidup!' — masa langsung dikultuskan sebagai Hyang Widhi?”
Begitulah kira-kira logika Hare Krishna versi tafsir instan.
“Viśvarūpa Itu Brahman, Bukan Krishna Sebagai Pribadi”
Nah, ini kuncinya. Sloka Bhagavad Gita 11.38 itu memuji wujud Viśvarūpa — manifestasi Brahman — yang sementara diwujudkan melalui Krishna . Tapi bukan berarti Krishna sebagai manusia = Brahman.
Upaniṣad menegaskan:
na tasya pratimā asti – “Dia tidak punya bentuk atau rupa yang bisa dipersonifikasikan.”
(Yajurveda 32.3)
Dan bahkan Śaṅkarācārya yang mereka kutip pun justru mendukung pemahaman nirguṇa Brahman, bukan dewa bertangan empat, bermakota, atau duduk manis di Vaikuṇṭha.
brahma satyaṃ jaganmithyetyevaṃrūpo viniścayaḥ, so’yaṃ nityānityavastuvivekaḥ samudāhṛtaḥ || 20 ||
"Brahman adalah nyata, dunia adalah ilusi - inilah kepastiannya. Ini disebut sebagai pembedaan antara yang kekal dan yang tidak kekal." (Vivekacūḍāmaṇi 20)
ini menyiratkan bahwa Hanya Brahman yang nyata. Dunia ini maya. Jīva tak terpisah dari Brahman."
lho? Jadi Brahman bukan Krishna?
Bukan! Krishna hanyalah salah satu ekspresi, bukan sumber mutlak dari Brahman.
Maka, Krishna sebagai wujud nama-rupa adalah bagian dari jagat (fenomena), bukan Brahman itu sendiri.
“Kalau Krishna Adalah Tuhan, Kenapa Masih Mati?”
Ini bagian paling fatal dari seluruh logika mereka.
Menurut Mausala Parva dalam Mahābhārata, Krishna mati kena anak panah pemburu biasa. Iya bro, tuhan versi Hare Krishna terbunuh karena kesalahan teknis pencarian.
“...kemudian pemburu itu melepaskan anak panahnya dan mengenainya di telapak kaki...” (MB18, Mausala Parva) --> lebih lengkapnya baca "Kisah Kehidupan Sri Krishna"
Kalau Krishna adalah "Tuhan Yang Tak Tersentuh Kematian" , kenapa bisa mati?
Atau jangan-jangan...
Tuhan di dunia ini harus punya versi “asuransi jiwa” dulu biar tetap ilahi?
Mahābhārata, Śānti Parva 348.51–52 :
brahmaṇyaṃ dharmamūlaṃ ca satyaṃ ca pratipālayan
“Krishna adalah pelindung dharma, bukan sumber eksistensi.”
Harivaṃśa Parva 2.74.15 :
Krishna berkata: "Atmā hi sarvabhūteṣu..." — "Atman ada dalam semua makhluk."
Menekankan bahwa Kesadaran universal (Atman), bukan tubuh Krishna, adalah hakikat tertinggi.
"Tuhanmu Terdeteksi GPS?"
Sloka Bhagavad GIta 11.38 juga diklaim sebagai bukti bahwa Krishna “meliputi seluruh alam semesta”.
Tapi tunggu...
tvayā tataḿ viśvam ananta-rūpa = “Wujud-Mu tak terbatas mencakup seluruh dunia.”
Ini bukan berarti Krishna yang naik kereta perang itu ada di mana-mana, tapi Viśvarūpa-lah (sebagai simbol dari Brahman universal) yang tak terbatas.
Tapi Hare Krishna: “Tuh kan, berarti Krishna Tuhan, Dia di mana-mana!”
Vedanta: “Itu kayak bilang 'Matahari menyinariku', lalu kamu sembah bayanganmu di lantai karena merasa itu wujud Tuhan.”😀
“Yang Dipuja: Atman atau Aktor?”
Dalam Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad 1.4.10:
ahaṁ brahmāsmi – “Aku adalah Brahman.”
Krishna sendiri dalam Gītā 4.13, 3.22–26 menegaskan adalah untuk menggerakkan dharma , bukan menuntut penyembahan pribadi.
Bahkan dalam Harivaṃśa Purāṇa, Krishna berkata:
“Aku adalah Atman semua makhluk.”
Lagi-lagi, bukan berarti tubuh Krishna sebagai pusat penyembahan, tapi Kesadaran Universal yang bekerja melalui dirinya.
Muṇḍaka Upaniṣad 1.1.6 :
yasmin vijñāte sarvam evaṁ vijñātaṁ bhavati
“Dengan mengetahui-Nya, segala sesuatu.”
Ini sejalan dengan “ vettāsi vedyam ” – namun jelas yang dimaksud adalah Brahman , bukan figur Krishna historis.
Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad 3.9.26 :
neti neti , "bukan ini, bukan itu."
Tuhan tidak bisa dipersonifikasikan. Ini menolak ide Tuhan pribadi yang memiliki rupa tertentu , apalagi dengan nama Krishna.
Brahmasūtra 1.1.2 :
janmādy asya yataḥ
“Brahman adalah sumber dari penciptaan, pemeliharaan, dan pelarutan alam semesta.”
Tapi, sloka ini tidak menyebut Krishna . Bahkan seluruh Brahmasūtra tidak pernah menuhankan figur Krishna , yang artinya: tidak ada dasar Vedantik untuk mempersonifikasikan Brahman sebagai Krishna.
Shankara Bhāṣya terhadap Brahmasūtra 2.1.14 :
Menolak gagasan bahwa Brahman berwujud atau terikat pada nama dan rupa. Pemujaan terhadap figur (saguna) hanya langkah awal menuju realisasi nirguna.
Kitab Veda 1.164.46 :
ekam sad viprā bahudhā vadanti
"Kebenaran adalah satu, orang bijak menyebut dengan berbagai nama."
Tidak ada penyebutan Krishna. Nama Krishna baru muncul dalam susunan Veda belakangan, dan tidak menjadi pusat wahyu Ṛgveda. Jadi, menisbatkan keseluruhan kenyataan kepada Krishna adalah kekeliruan yang fatal.
Antara Pemujaan dan Pencerahan
Sloka Bhagavad Gītā 11.38 adalah ekspresi devosional Arjuna dalam kondisi emosional melihat wujud viśvarūpa — bukan pernyataan ontologis yang mengikat secara universal bahwa Krishna sebagai individu adalah Tuhan Sang Realitas Mutlak.
Viveka (pembedaan) harus digunakan di sini: mana bentuk saguna (pemujaan figuratif) dan mana yang nirguna (hakikat tertinggi).
Upaniṣad dan Brahmasūtra jelas berpihak pada Brahman yang tak berbentuk, tak tergambarkan, dan tak terbatas nama-rupa .
Biar lo makin paham, Baca juga artikel:
- Apakah Visnu dalam Rigveda adalah Sri Krisna?
- Benarkah Krishna merupakan Ayah Ibu semesta dan kita semua?
- Tuhan memiliki dua tangan, atau banyak tangan? (Visvarupa)
- Apakah Krishna Tuhan?
- Menelanjangi mitos ke-Tuhanan Krishna
- Vaikuntha sebagai rumah Tuhan
- Tuhan menyenangkan dan melayani penyembahnya?
- Makna AKU dalam Bhagavad Gita
- Bhagavad Gita 4.7-8
- Bhagavad Gita 4.11
- Bhagavad Gita 10.12-13
- Bhagavad Gita 10.25
- Bhagavad Gita 11.1
- Bhagavad Gita 11.2
- Bhagavad Gita 11.3
- Bhagavad Gita 15.15
- Bhagavad Gita 15.17
- Bhagavad Gita 18.78
- Avatara adalah konsep sastrawi
- Menyikapi kisah inkarnasi Tuhan
- Mengenali Upanisad Puranik
- Apakah Bhakti Yoga adalah yoga tertinggi?
- Bhakti bulahlah histeria sankirtana ala Hare Krishna
- Tidak Semua Jalan menuju Krishna
- Menjawab Klaim Hare Krishna tentang Yogeswara
- Guru Palsu: Ketika manusia dijadikan Tuhan
- Sruti tidak pernah memerintahkan untuk menyembah guru
- Bahaya kecanduan rohani
- Tanda Bhakti yang Sesat
- Sruti larang menyembah manusia
- Bhakti berujung Jnana
- Mengapa SEKTE mengabaikan Sruti dan berpegang pada cerita?
- TUHAN bukan tokoh cerita
- Berjapa saja sudah cukup? Spiritualis instan dan kemalasan yang diberkahi
Penutup: Saat Bhakti Jadi Histeria Kolektif
Kita bisa mencintai Krishna seperti mencintai mentari pagi — hangat, inspiratif, meneduhkan.
Tapi ketika cinta itu berubah menjadi fanatisme, sampai semua sloka diseret agar terlihat memutlakan Krishna dan berjanji menyembah-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang mutlak, maka kita sedang bukan bicara spiritualitas — kita sedang bicara dogma yang dibalut bhakti .
Dan seperti kata Ṛgveda 1.164.46:
Ekam sat viprā bahudhā vadanti — “Kebenaran itu satu, namun para bijak menyebutnya dengan berbagai nama.”
Namun sayangnya, beberapa orang berhenti menjadi “vipra” dan mulai menjadi “marketing eksklusif Tuhan”.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar